KRI Sutedi Sena di Natuna
Jakarta -Pemerintah Cina akhirnya memberikan
pernyataan resmi mengakui hak penuh Indonesia atas Kepulauan Natuna di
Laut Cina Selatan. Wilayah ini telah memicu ketegangan sejak beberapa
waktu, ketika Cina mereklamasi dan memperluas pulau-pulau kecil Mischief
Reef dan Pulau Subi sebagai bagian Kepulauan Spratly di Laut Cina
Selatan.
Kepulauan Natuna, yang berada di antara ujung barat laut Indonesia di
Kalimantan dan ujung selatan Vietnam, memiliki sekitar 270 pulau yang
menjadi bagian Provinsi Kepulauan Riau Indonesia dengan 70 ribu
penduduk.
Pada 12 November, Cina mengejutkan negara-negara di kawasan itu
dengan mengeluarkan pernyataan publik mengenai Kepulauan Natuna. Menurut
juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hong Lei, Indonesia tidak
memiliki klaim teritorial ke China atas Kepulauan Spratly. “Pihak China
tidak keberatan atas kedaulatan Indonesia di Kepulauan Natuna,” kata
Hong Lei seperti dikutip Washington Times kemarin, Jumat 20 November
2015.
Pernyataan Cina ini penting meskipun Kepulauan Natuna berada di luar
garis klaim Cina dalam Nine Dash Line yang mengklaim hampir semua
wilayah Laut Cina Selatan dan zona ekonomi eksklusif (ZEE) dalam garis
tersebut. Ini berarti ada pengakuan Cina terhadap legitimasi Indonesia
atas ZEE yang berada dalam garis imajiner wilayah yang diklaim Cina.
7 KR Patroli di Natuna
Pernyataan Cina ini cukup mengagetkan karena Cina selama ini tidak
ingin menunjukkan kelemahannya pada negara-negara yang menantang klaim
maritimnya di Laut Cina Selatan. Kegagalan pemerintah Cina
mengklarifikasi klaim Indonesia atas Kepulauan Natuna dan ZEE terletak
pada akar kecemasan yang dirasakan oleh Jakarta selama beberapa dekade
terakhir.
Pemerintah Indonesia menggunakan jalur diplomasi dengan Cina mengenai
Natuna. Indonesia, sebagai negara terbesar ASEAN bersama empat negara ASEAN lain (Filipina, Vietnam, Malaysia dan Brunei) membantah klaim maritim CinaPemerintah Indonesia sebelumnya mengatakan mereka menerima jaminan
dari Cina karena kedua negara tidak memiliki sengketa dalam wilayah
tersebut. Cina tidak membantah kedaulatan Indonesia atas Kepulauan
Natuna. Akan tetapi, pemerintah Cina sengaja menghindari diskusi publik
terkait isu ZEE, yang memicu keraguan pemerintah Indonesia. Beberapa
pengamat berpendapat Cina menggunakan strategi Fabian kepada Indonesia
sehingga masalah ZEE seolah menguap.
Indonesia tidak sabar dengan sikap ambigu pemerintah Cina terkait
ZEE. Cina memulai proyek reklamasi untuk merebut kawasan di sekitar
Spratly. Ini memicu kemarahan, tidak hanya Vietnam dan Filipina, tetapi
juga Jepang, Australia, Amerika Serikat, dan Indonesia. Perairan
Kepulauan Natuna berpotensi konflik dan melibatkan angkatan laut dari
beberapa negara di dunia.
Tempo.co / WASHINGTON TIMES
Tidak ada komentar:
Posting Komentar