TNI AU naksir berat dengan pesawat amfibi buatan Rusia Beriev Be-200. Kecanggihannya sebagai pesawat amfibi yang mampu lepas landas dan mendarat di air dirasa cocok untuk bentuk wilayah Indonesia. Beriev Be-200 pernah melakukan “promosi” saat memadamkan kebakaran hutan. Pesawat ini sangat efektif memadamkan kebakaran yang letaknya jauh dari sumber air atau pesisir pantai dan sungai.
Be-200 cukup “akrab” menangani kasus kebakaran hutan. Seperti pada 2007, Pemerintah Portugal menyewa pesawat ini untuk memadamkan api. Pesawat ini bekerja total selama 167 jam dengan membawa air dengan total mencapai 2.322 ton. Di tahun yang sama, pesawat ini juga disewa Pemerintah Yunani untuk menangani kebakaran hutan. Bahkan Pemerintah juga pernah menggunakan jasa pesawat ini pada 2006 selama 45 hari dengan biaya 5,2 juta dollar AS.
Pada zaman Soviet, pesawat amfibi ini dibuat sebagai pesawat penerjun sekaligus penyelamatan bagi Angkatan Laut Rusia. Be-200 dapat terbang rendah sambil setengah menenggelamkan diri di air untuk menampung 12 ton air dalam waktu beberapa menit. Ia kemudian bisa kembali terbang ke udara menuju titik kebakaran dan menumpahkan seluruh tampungan air tersebut untuk memadamkan api. Setelah itu kembali ke sumber air terdekat dan mengulangi prosedur sebelumnya. Pesawat ini mulai diperkenalkan pada 1989, dan Pemerintah Rusia memberikan izin produksi pada 8 Desember 1990. Pada 1991, pesawat ini diperkenalkan dalam pameran dirgantara internasional, Paris Air Show. Be-200 memiliki kapasitas angkut air hingga 12 ton (12.000 liter atau 3.170 galon) serta 72 penumpang.
Bagian bawah badan pesawat dibuat seperti lambung kapal laut, sementara mesin penggeraknya diletakkan di bagian atas sayap pesawat agar tidak tersentuh oleh air. Be-200 pada awalnya didesain untuk memenuhi kebutuhan militer, yaitu pesawat penerjun dan penyelamatan. Dalam modifikasi terbaru, pesawat amfibi ini juga dapat digunakan menjadi pesawat serbu penghancur kapal laut. Produk perusahaan Rusia, Beriev Aircraft Company ini dirancang untuk menjalankan beragam tugas, sebagai pemadam kebakaran, menjalani fungsi SAR, patroli keamanan laut, hingga membawa penumpang ataupun kargo. Harga per unitnya 40 juta dollar AS atau setara Rp 500 miliar.
Namun, Be-200 juga memiliki kompetitor berat dikelasnya, yakni pesawat amfibi US-2 yang diproduksi ShinMaywa Industries Ltd. Pesawat buatan Jepang ini telah lama diincar untuk kepentingan SAR (Search and Rescue). US-2, sebagai pesawat amfibi Short Take Off and Landing (STOL) dapat mendarat di tanah atau air. Menhan Ryamizard Ryacudu tertarik dengan salah satu keunggulan dari Pesawat Amphibi ShinMaywa Industries US-2 ini, yaitu pesawat ini bisa menahan gelombang ombak setinggi 3 meter saat berada di laut.
Pesawat ini juga mampu membawa 11 awak ditambah 20 penumpang atau 12 tandu pasien saat bertindak sebagai ambulance udara dengan beban maksimal sampai 17 ton. Pesawat dapat melaju 560 km per jam dengan mesin 4 × Rolls-Royce AE 2100J turboprop, 3,424 kW (4,591 shp), dan 6 baling-baling Dowty R414. US-2 dapat lepas landas di air dengan jarak pacu 280 meter.
Untuk lepas landas di daratan, dibutuhkan landas pacu sepanjang 490 meter. Kemampuan ini jelas membuatnya lebih superior ketimbang Beriev Be-200 Altair yang sempat menjadi incaran TNI-AU. Sebagai perbandingan, Be-200 memerlukan jarak pacu 2.300 meter di air dan landas pacu darat sepanjang 1.800 meter. Tampaknya TNI AU akan mendapatkan kedua pesawat ini mengingat kebutuhan lapangan. Kita tunggu saja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar