Ini adalah 7 kapal perang yang dikirim Indonesia ke Laut Natuna yang berbatasan langsung dengan wilayah sengketa, Laut China Selatan. Kapal yang dikirim tampak beberapa jenis yang saling melengkapi. Ada kapal angkut Landing Dock Helikopter, Kapal anti-anti kapal selam di kiri dan kanan, serta kapal anti kapal permukaan. Tentu dalam formasi seperti ini, akan ada kapal selam yang berlayar di bawahnya. Mungkin warjager, bisa melengkapi cerita tentang jenis dan formasi kapal perang Indonesia ini.
Indonesia juga mengerahkan sejumlah jet tempur F-16 dan Hawk ke Laut Natuna. Hawk tampaknya diposisikan sebagai pesawat pengintai dan air covering untuk armada kapal perang ini, sementara F-16 akan bertugas sebagai elemen pemukul.
Adalah hal yang menarik mengapa TNI memilih F-16 di medan ini dan bukan Sukhoi 27/30. Tampaknya ancaman yang dianggap serius di sini adalah armada China yang juga memiliki pesawat tempur Sukhoi dari Rusia, Untuk itu anti-dot nya, TNI memasang F-16, yang China tidak paham detil dari manuver pesawat ini.
Mungkin kalau yang dihadapi Australia, Indonesia akan memajukan Sukhoi SU27/30, yang Australia tidak paham detil dari kemampuan Sukhoi. Jika asumsi ini benar, maka kemungkinan TNI AU ke depannya akan membeli juga F-16 Viper, atau dari blok barat lainnya, sebagai anti-dot dari pesawat tempur China alias Tiongkok. Jika tidak membeli Viper, kemungkinan TNI AU akan mengandalkan upgrade F-16 block 25ID, yang kini sedang proses pengiriman ke Indonesia. Sementara SU-35, akan bertugas jika berhadapan dengan armada pesawat tempur Australia, Singapura dan Malaysia. Untuk skenario di Laut China Selatan, SU 27/30 bisa menjadi back up bagi F-15 (reserve).
Hari senin kemarin Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan akan meminta penambahan alutsista karena situasi di Laut China Selatan memanas. Pernyataan ini diperkuat oleh Komandan Korpaskhas, bahwa mereka akan konsentrasi membeli pertahanan udara berbasis rudal. Dengan demikian patut diduga, di pulau Natuna ke depannya, akan dipasang sistem pertahanan udara jarak menegah/ jauh, untuk supremasi udara di wilayah itu, sekaligus melindungi armada TNI AL yang nantinya akan berjaga di sana. Jika tidak ada pertahanan udara jarak menengah/ jauh, akan berbahaya sekali bagi armada TNI AL yang ada di sana, karena rata rata sistem pertahanan kapal perang Indonesia masih berjarak pendek.
TNI AL juga akan membeli 6 kapal selam Kilo dan Amur yang diduga akan dijadikan anti-akses bagi armada lawan yang mencoba-coba masuk ke laut Natuna. Indonesia juga sedang membeli helikopter Apache dan Chinok. Menteri Pertahanan yang lalu mengatakan, Apache akan ditempatkan di Natuna, sebagai tank-killer, jika ada lapis baja musuh yang coba mendarat. Sementara Chinook bisa mendeploy pasukan dengan cepat, untuk pergerakan pasukan.
Indonesia yang tadinya tampak pasif dan seperti gadis manis, kini mulai menunjukkan jati diri dan mulai serius dalam menjaga wilayah di Laut China Selatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar