Senin, 26 Oktober 2015

Tak Mau Kalah, Swedia Ajukan Tawaran Paket Alutsista ke Indonesia

Ditengah semakin meruncingnya persaingan untuk memperebutkan pasar pengadaan alutsista Indonesia khususnya pesawat tempur pengganti F-5, Swedia dan SAAB kembali membuat gebrakan baru. Meski tawarannya tidak berbeda dengan tawaran sebelumnya, gebrakan baru Swedia dan SAAB ini cukup menarik perhatian ditengah hingar bingar tawaran pesawat tempur F-16 Viper dari Amerika dan Su-35BM dari Rusia.

Tawaran ini semakin menarik karena didengungkan kembali oleh Swedia dan SAAB tidak lama setelah Amerika dan Lockheed Martin memberikan tawaran terbarunya kepada Indonesia. Apalagi kita ketahui bersama saat ini Presiden RI Joko Widodo sedang melakukan lawatan ke Amerika dan kabarnya tawaran F-16V Viper ini akan menjadi salah satu agenda.
Maka bisa dipahami bahwa gebrakan baru Swedia dan SAAB ini adalah untuk mengimbangi tawaran F-16V Viper dari Amerika dan Lockheed Martin, serta melawan ‘terpilihnya’ pesawat tempur Su-35BM dari Rusia sebagai pengganti F-5 TNI AU. Namun terlepas dari apa motivasi dibalik gebrakan baru dengan tawaran tidak berbeda dari sebelumnya ini, kita akan membahas apa saja tawaran dari SAAB dan Swedia.


Paket Komplit Tawaran Alutsista dari Swedia dan SAAB

Paket komplit tawaran alutsista dari SAAB dan Swedia untuk Indonesia ini disebut dengan istilah “The Swedish Air Power Package”, yang tidak berbeda jauh dengan tawaran sebelumnya namun dengan detail yang lebih jelas. Tawaran “The Swedish Air Power Package” ini didengungkan kembali oleh Swedia dan SAAB di acara konferensi pers yang dilakukan di Kedutaan Besar Swedia di Indonesia, beberapa hari lalu. Dalam acara konfrensi pers yang dahului dengan acara sarapan bersama ini, Swedia dan SAAB secara khusus mengundang beberapa media Indonesia dan komunitas pecinta dunia militer Indonesia.

Adapun paket komplit dari tawaran “The Swedish Air Power Package” ini terdiri dari :
a. Pesawat tempur SAAB Gripen terbaru
b. Pesawat peringatan dini SAAB Erieye AEW&C (Airbone Early Warning and Control)
c. Ground Based Command and Control
d. Tactical Data Link
e. Kerjasama Industri termasuk transfer of technology (ToT) dan produksi lokal.
f. Penciptaan lapangan pekerjaan.

Ke-enam point tawaran diatas adalah paket komplit dari tawaran terbaru dari Swedia dan SAAB untuk menambah kekuatan militer Indonesia dimasa datang. Tawaran ini sangat menggiurkan dan akan sangat sulit untuk diabaikan begitu saja oleh pemerintah Indonesia. Namun sayang sekali tidak disebutkan secara khusus berapa jumlah pesawat tempur Gripen terbaru dan pesawat SAAB Erieye AEW&C yang harus dibeli Indonesia beserta peralatan pendukungnya untuk memuluskan seluruh tawaran ini masuk ke Indonesia.

Pesawat tempur SAAB Gripen C Republik Ceko. Pesawat tempur SAAB Gripen C Republik Ceko. Source : Wikipedia.org

Pesawat tempur SAAB Gripen terbaru yang dimaksudkan dalam tawaran ini akan tergantung kepada permintaan dari pihak Indonesia. Sehingga belum bisa dipastikan apakah Gripen C/D ataukah Gripen E/F. Namun sepertinya pihak Indonesia lebih tertarik dengan pesawat tempur Gripen E/F dibandingkan dengan pesawat tempur Gripen C/D untuk memperkuat alutsista TNI. Namun segala hal bisa saja terjadi jika TNI AU sebagai user dan pemerintah mempertimbangkan kembali tawaran ini.

Pesawat peringatan dini SAAB Erieye AEW&C sendiri adalah pesawat peringatan dini dan komando buatan SAAB Swedia yang sudah memperkuat alutsista beberapa negara seperti Swedia, Thailand, Mexico, Yunani, Uni Emirate Arab, Brazil dan Pakistan. SAAB sendiri punya dua pilihan flatform Erieye ini yaitu berbasis SAAB-340 Erieye dan SAAB-2000 Erieye yang bisa disesuaikan dengan pilihan konsumen.

Ground Based Command and control ini sendiri adalah perangkat vital yang akan menjadi pusat komando di darat dari operasional pesawat tempur Gripen dan Erieye AEW&C nantinya. Perangkat ini akan menjadi pengendali dari keseluruhan operasional untuk mengoptimalkan semua taktik dan system dalam menjalankan misi.

Sedangkan tactical data link sendiri sudah lama didengungkan akan menjadi tawaran dari SAAB kepada Indonesia. Tactical data link ini akan memungkinkan (jika dibeli) pesawat tempur Gripen Indonesia bisa saling berbagi data satu dengan lainnya dalam menghadapi ancaman dari musuh. Tawaran seperti ini sudah pernah diberikan SAAB kepada Thailand ketika Thailand membeli 12 unit Gripen C/D dan 2 unit SAAB Erieye AEW&C.


Pesawat peringatan dini SAAB-340 Erieye milik ThailandPesawat peringatan dini SAAB-340 Erieye milik Thailand. Image Source: defenseindustrydaily.com

Hal lain yang turut dalam tawaran SAAB ini adalah paket transfer of technology (ToT) dan kemungkinan adanya produksi lokal pesawat tempur ini. Namun kemungkinan produksi lokal ini tampaknya baru akan terwujud jika Indonesia membeli lebih dari 1 skuadron pesawat tempur Gripen. Demikian juga dengan tawaran lapangan pekerjaan diatas juga akan terkait dengan seberapa banyak yang dibeli Indonesia.

Untuk masalah pembiayaan, Swedia tidak mau kalah dari Amerika, Rusia dan konsorsium EuroFighter dimana mereka juga menawarkan pembiayaan dengan skema kredit eksport yang cukup menjanjikan.

Detail tawaran diatas adalah satu paket komplit yang diajukan Swedia kepada Indonesia. Yang artinya tawaran tersebut akan mulus masuk ke Indonesia jika Indonesia membeli paket tersebut secara komplit bukan setengah-setengah. Dilain sisi, Indonesia sudah cukup sering membeli alutsista dengan paket yang tidak komplet bahkan jumlah pembeliannya terkadang dicicil seperti kasus pesawat tempur Su-30MK2 dan SU-27 SKM beberapa tahun yang lalu.

Pertanyaannya adalah apakah Indonesia akan membeli paket komplit tawaran Swedia ini? Ataukah Indonesia hanya membeli pesawat tempur Gripen saja tanpa melibatkan pesawat Erieye AEW&C? Jika Indonesia tidak membeli paket komplit seperti yang ditawarkan, apakah tawaran-tawaran menarik seperti ToT, produksi lokal dan lainnya itu masih diberikan secara utuh? Tentu saja hal-hal seperti ini masih akan menjadi pertanyaan yang susah dijawab sampai adanya tandatangan kontrak yang menjelaskan apa detail kesepakatannya.

Berapa Biaya untuk Membeli Paket tawaran Alutsista ini?


Hal menarik untuk dibahas adalah berapa biaya yang harus dikeluarkan Indonesia untuk membeli paket komplit tawaran ini. Memang cukup sulit untuk mendapatkan angka pasti karena belum ada angka resmi yang dipublikasikan. Namun kita bisa memperkirakan secara kasar berapa biaya yang harus dikeluarkan Indonesia untuk membeli paket komplit ini.

Untuk pesawat tempur Gripen E/F terbaru tampaknya harga komplitnya yang sudah termasuk pelatihan, system pendukung dan tawaran transfer teknologi didalamnya tampaknya akan relative mahal. Sebut saja contoh Brazil yang membeli 36 unit Gripen E/F dengan segudang ToT didalamnya yang menelan biaya sekitar $6 Miliar. Memang didalamnya terdapat nilai $1.5 Miliar khusus untuk training, perawatan dan support selama 10 tahun. Itu artinya dana untuk membeli 36 unit Gripen E/F dan pendukungnya adalah sekitar $4.5 Miliar. Jika dibagi secara total 36 unit, maka per unitnya akan menelan biaya sekitar $125 Juta/unit.

Harga tersebut memang terlihat mahal namun sebanding dengan tawaran yang diberikan. Untuk kasus Indonesia, jika membeli paket komplitnya mungkin akan lebih murah dari Brazil namun tergantung kepada paket apa yang dibeli Indonesia. Namun tampaknya angka US$100 Juta/unit merupakan harga yang cukup pas untuk mendapatkan paket komplit ini. Jika Indonesia membeli sekitar 16 unit pesawat tempur Gripen E/F maka nilainya akan mencapai US$1.6 Miliar.

Namun harga itu masih harga 1 skuadron pesawat tempur Gripen E/F. Sedangkan untuk membeli sekitar 3-4 unit SAAB Erieye diperkirakan menghabiskan dana sekitar US$300 Juta. Hal ini didasari pembelian SAAB Erieye oleh Pakistan dan Uni Emirat Arab, setiap unit SAAB Erieye dibeli sekitar US$ 80 Juta sampai US$ 100 Juta.

Dengan system pendukung lainnya seperti ground based command and control, maka sepertinya dana untuk membeli paket komplit yang terdiri dari 1 skuadron pesawat tempur Gripen dan 3-4 unit SAAB Erieye akan menelan dana tak kurang dari US$ 2 Miliar. Dan akan lebih jika Indonesia membeli dalam jumlah yang lebih banyak. Harga yang cukup mahal namun masih pantas untuk sekian banyak tawaran menarik dibaliknya.

Pertanyaannya apakah pemerintah Indonesia saat ini memiliki dana sebesar itu saat ini? Terkait dana sebenarnya bisa diatur oleh pemerintah Indonesia asal memiliki kemauan dan sikap yang kuat terkait ini. Pemerintah Indonesia sendiri sudah beberapa kali menyampaikan pernyataan bahwa pesawat peringatan dini AEW&C juga merupakan salah satu alutsista yang di incar oleh militer Indonesia di periode kedua MEF (2015-2019) ini. Kita tunggu saja sikap resmi perintah Indonesia terkait tawaran ini.

Dan seperti apapun tawaran menarik dari Swedia ini, akan sangat menarik untuk menunggu apa hasil pertemuan Presiden RI Joko Widodo dengan pemerintah Amerika, dimana hari ini (Minggu, 25 Oktober 2015) beliau sudah tiba di Amerika. Yang jelas sekarang terlihat didepan mata adalah perlombaan dari beberapa produsen alutsista untuk memperebutkan pasar pembelian alutsista Indonesia tahun 2015-2019 ini.

Apakah tawaran Swedia ini akan masuk dalam daftar belanja alutsista tni 2015 ini tidak bisa kita pastikan sampai adanya keputusan final dari pemerintah. Apapaun hasilnya dan apapun yang diputuskan oleh pemerintah Indonesia nantinya, kita serahkan kembali kepada pemerintah. Pemerintah Indonesia pasti memiliki pertimbangan logis dibalik apapun yang akan diputuskannya, terlepas dari kandidat mana yang akhirnya di beli.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar