Senin, 28 Desember 2015

Kapal Perang dan Kerjasama Misil, Rusia dan Indonesia


Kapal Perang Bystryy di Tanjung Priok, Jakarta
Kapal Perang Bystryy di Tanjung Priok, Jakarta
Jakarta – Wakil Komandan Pasukan Militer Glotilla di Samudera Pasifik Alexander Yuldashev mengatakan kapal perang Bystryy milik Rusia digunakan untuk menjaga perdamaian. “Kapal Bystryy sangat mampu dalam fungsinya untuk mempertahankan kedamaian dan stabilitas di laut,” ucap Yuldashev, di atas Kapal Perang Bystryy, di Pelabuhan Tanjung Priok, Senin (28/12/2015).
Alexander Yuldashev mengklaim kapal Bystryy merupakan salah satu kapal yang terkuat di Rusia. Kapal ini merupakan kapal yang sering bekerja sama dan bepergian ke luar negeri, termasuk Indonesia.
“Saya terkesan dengan Indonesia. Ada kerja sama misil juga dengan Indonesia. Besok awak kapal akan melakukan latihan bersama dengan militer angkatan laut Indonesia,” ujarnya.
Kapal ini sangat kuat, lanjut Yuldashev, dan memiliki kapasitas untuk menghentikan rudal. Kapal Bystryy sendiri diklaim bisa menghancurkan kapal selam.
Kapal ini sudah berlabuh sejak 25 hingga 29 Desember mendatang di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
Kunjungan kapal perang Destroyer (Perusak) Bystryy di Pelabuhan Tanjung Priok, untuk mendukung hubungan kerja sama pertahanan antara Indonesia dan Rusia.
“Kami harapkan kunjungan ini dapat berkontribusi pada hubungan pertahanan Rusia dan Indonesia. Sejarah kita sangat panjang, kerja sama angkatan laut kedua negara sudah terjalin sejak era 50an,” ujar Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Y. Galuzin di Jakarta, Senin sore.
Bystryy Sovremennyy-class destroyer
Bystryy Sovremennyy-class destroyer
Kapal yang memiliki arti “Yang Tercepat” itu, merupakan kapal dari jajaran “Sovremennyy Class” yang dibangun pada akhir era 80an dan berharap bisa meneruskan tradisi lama dalam hal pertukaran kerja sama pertahanan.
Mikhail Y. Galuzi menegaskan bahwa Indonesia merupakan sekutu strategis bagi Rusia dalam urusan pertahanan dan ingin mengajak untuk membicarakan bentuk-bentuk kerja sama lain secara lebih mendalam.
Bystryy merupakan kapal perang Angkatan Laut Rusia yang memiliki kemampuan untuk menyerang target permukaan seperti kapal perang lawan, udara, baik pesawat maupun peluru kendali, dan target bawah laut atau kapal selam.
Dengan kemampuannya tersebut, kapal yang bernomor lambung 715 itu dilengkapi sejumlah persenjataan utama sesuai matra pertempuran yang telah disebutkan di atas.
Untuk menghantam sasaran permukaan, Bystryy dilengkapi dengan senjata utama berupa delapan peluru kendali SSM P-270 Moskit yang tersimpan dalam tabung peluncur, dengan jumlah masing-masing empat tabung di sisi kanan-kiri kapal.
Di bagian dek depan dan belakang terdapat meriam berkaliber 130mm dengan konfigurasi 2×2.
Untuk pertahanan udara dipasang sejumlah persenjataan, salah satu yang terpantau Antara adalah senapan mesin multilaras berkaliber 30mm dengan kode desainasi AK-630, dengan jumlah empat unit dan terletak menyebar di dek atas Destroyer Bystryy.
Bystryy Sovremennyy-class destroyer
Bystryy Sovremennyy-class destroyer
Sebagai kapal berjenis destroyer, kemampuan Anti-Submarine Warfare (ASW) merupakan fitur mutlak bagi kapal perang tipe tersebut. Oleh sebab itu Bystryy juga dilengkapi juga dengan empat tabung peluncur torpedo, dengan konfigurasi 2×2 dan terletak di bagian kanan-kiri lambungnya.
“Kapal ini bertugas untuk menjaga keamanan dan kestabilan di laut yang sangat luas, kapal ini juga sangat kuat untuk menghalau ancaman bersama dengan partner kami termasuk Indonesia,” ujar Duta Besar Mikhail.
Antara

TNI AL akan Gelar Latihan Bareng AL Rusia


Kapal Perang rusia, Bystry
Kapal Perang rusia, Bystry

Angkatan Laut Indonesia dan Angkatan Laut Rusia dalam waktu dekat akan menggelar latihan perang bersama. Hal itu disampaikan oleh Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhael Y. Galuzin. Berbicara saat menggelar konfrensi pers di atas kapal perang tipe penghancur Rusia “Bystriy” yang sedang berlabuh di Tanjung Priok, Jakarta, Senin (28/12), Galuzin menuturkan, latihan perang paling dekat akan dilakukan pada esok hari.
“Besok kapal perang “Bystry” akan menggelar latihan perang dengan Angkatan Laut Indonesia, latihan perang akan berfokus pada latihan komunikasi dan startegi perang,” ucap Galuzin.
Selain akan melakukan latihan perang dengan Angkatan Laut Indonesia pada esok hari, tahun depan Rusia juga akan terlibat dalam latihan perang gabungan antara beberapa negara yang akan berlangsung di kawasan Nusa Tenggara Timur.
“Tahun depan, Angakatan Laut kami akan terlibat dalam latihan gabungan inernasional “Komodo” yang digelar oleh pemerintah Indonesia,” sambung diplomat senior Rusia tersebut di hadapan awak media. Selain semakin memperkokoh kerjasama militer, Latihan tersebut juga diharapkan akan meningkatkan kekuatan militer kedua Negara.

Perancis Menawarkan Sistem Tempur Kapal Selam Nuklir untuk KRI Cakra Indonesia

4971388_20130727104742
DCNS menawarkan sistem tempur yang digunakan kapal selam nuklir Angkatan Laut Perancis ke Indonesia. Sistem ditawarkan adalah bagian dari usulan DCNS untuk memperbaiki dan merombak kapal selam Cakra class milik Indonesia
Produsen kapal Perancis DCNS menawarkan sistem manajemen tempur kapal selam (Combat Management System – CMS) yang dikembangkan oleh anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki Underwater Defense Systems (UDS) untuk kapal selam diesel elektrik Cakra class (Type 209/1300) milik Angkatan Laut Indonesia.
61955
(foto: DCNS)
Sumber yang dekat dengan TNI-AL mengatakan kepada IHS Jane bahwa CMS, yang dikenal sebagai Submarine Tactical Integrated Combat System (SUBTICS), sedang ditawarkan sebagai bagian dari usulan DCNS untuk melaksanakan pengerjaan pemeliharaan, perbaikan, dan overhaul (Maintenance, Repair, And Overhaul – MRO) pada KRI Cakra (401).
Janes

TNI AD Target Bentuk Dua Kodam di Wilayah Timur

331830_620
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memastikan tidak akan menambah personel di wilayah perbatasan. Namun, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Mulyono menegaskan kebijakan tersebut tidak menghalangi rencana pembentukan sejumlah markas teritorial korps militer di sejumlah daerah untuk memperkuat pengamanan.
“Berbeda, memang pasukan operasional di perbatasan itu tidak ditambah. Tapi pembentukan (markas terorial) itu tetap dilanjut,” ujar Mulyono di Mabes TNI AD, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Senin (28/12/2015).
Mantan Pangkostrad tersebut menargetkan, di tahun 2016 mendatang, dua markas Komando Daerah Militer (Kodam) sudah bisa diresmikan. Kedua Kodam tersebut ialah di Sulawesi Utara dan Papua Barat.
“2016, dua Kodam kita resmikan, Sulawesi Utara dan Papua Barat,” imbuhnya.
Namun, pembangunan kedua markas tersebut saat ini masih 60 persen. Mulyono menyebut, pembentukan markas teritorial merupakan target jangka panjang TNI AD.
“Di Manado (Sulawesi Utara) sudah 60 persen, tinggal perumahan prajurit. Papua Barat juga. Selanjutnya pembangunan Madiv 3 Kostrad di Indonesia Timur, itu target jangka panjang,” pungkasnya.

Okezone

Rudal Penghancur Tank TNI AD

Keberadaan rudal penghancur tank dan kendaraan tempur lapis baja Anti Tank Guided Missile (ATGM) menambah kekuatan TNI AD. Dengan bobot 12,5 kg, ATGM ini dipilih karena praktis dan ringan, cocok untuk postur prajurit Asia khususnya Indonesia. ATGM NLAW cukup dioperasikan seorang prajurit untuk menghancurkan berbagai jenis tank tempur utama modern, dengan sekali tembak. Kemampuan yang dimiliki ATGM NLAW ini cukup hebat seperti mampu memprediksi garis pandang, menyeleksi mode serangan, serangan atas atau serangan langsung.
 Namun alat ini memiliki kelemahan. Yakni jarak tembaknya pendek, antara 20 hingga 600 meter. Tapi hal ini tak dianggap masalah jika dikaitkan dengan kondisi geografis Indonesia yang relatif banyak menyediakan tempat perlindungan seperti bukit, gunung maupun hutan dan rawa.
ilustrasi
Ukuran ATGM bervariasi. Mulai dari senjata yang ditembakkan dari bahu yang bisa dibawa satu prajurit, senjata yang lebih besar yang harus ditembakkan menggunakan tripod, sampai yang terpasang dan ditembakkan dari kendaraan dan pesawat udara. Dengan diperkenalkannya ATGM lebih kecil, yang mampu membawa hulu ledak besar pada medan perang modern, membuat infanteri memiliki kemampuan menghancurkan tank tempur utama yang kuat dari jarak sangat jauh, dan biasanya pada tembakan pertama. Sebelum ada ATGM, senjata-senjata infanteri TNI AD seperti senapan anti-tank, roket anti-tank, dan ranjau darat magnetik, memiliki daya tembus baja yang lemah sehingga mengharuskan seorang prajurit berada di dekat target. So, inikah awal kebangkitan sang macan Asia???

TNI AU Incar 2 Pesawat Amfibi



Beriev Be-200
TNI AU naksir berat dengan pesawat amfibi buatan Rusia Beriev Be-200. Kecanggihannya sebagai pesawat amfibi yang mampu lepas landas dan mendarat di air dirasa cocok untuk bentuk wilayah Indonesia. Beriev Be-200 pernah melakukan “promosi” saat memadamkan kebakaran hutan. Pesawat ini sangat efektif memadamkan kebakaran yang letaknya jauh dari sumber air atau pesisir pantai dan sungai.
Be-200 cukup “akrab” menangani kasus kebakaran hutan. Seperti pada 2007, Pemerintah Portugal menyewa pesawat ini untuk memadamkan api. Pesawat ini bekerja total selama 167 jam dengan membawa air dengan total mencapai 2.322 ton. Di tahun yang sama, pesawat ini juga disewa Pemerintah Yunani untuk menangani kebakaran hutan. Bahkan Pemerintah juga pernah menggunakan jasa pesawat ini pada 2006 selama 45 hari dengan biaya 5,2 juta dollar AS.
Beriev Be-200 2
Pada zaman Soviet, pesawat amfibi ini dibuat sebagai pesawat penerjun sekaligus penyelamatan bagi Angkatan Laut Rusia. Be-200 dapat terbang rendah sambil setengah menenggelamkan diri di air untuk menampung 12 ton air dalam waktu beberapa menit. Ia kemudian bisa kembali terbang ke udara menuju titik kebakaran dan menumpahkan seluruh tampungan air tersebut untuk memadamkan api. Setelah itu kembali ke sumber air terdekat dan mengulangi prosedur sebelumnya. Pesawat ini mulai diperkenalkan pada 1989, dan Pemerintah Rusia memberikan izin produksi pada 8 Desember 1990. Pada 1991, pesawat ini diperkenalkan dalam pameran dirgantara internasional, Paris Air Show. Be-200 memiliki kapasitas angkut air hingga 12 ton (12.000 liter atau 3.170 galon) serta 72 penumpang.
Beriev Be-200 3
Bagian bawah badan pesawat dibuat seperti lambung kapal laut, sementara mesin penggeraknya diletakkan di bagian atas sayap pesawat agar tidak tersentuh oleh air. Be-200 pada awalnya didesain untuk memenuhi kebutuhan militer, yaitu pesawat penerjun dan penyelamatan. Dalam modifikasi terbaru, pesawat amfibi ini juga dapat digunakan menjadi pesawat serbu penghancur kapal laut. Produk perusahaan Rusia, Beriev Aircraft Company ini dirancang untuk menjalankan beragam tugas, sebagai pemadam kebakaran, menjalani fungsi SAR, patroli keamanan laut, hingga membawa penumpang ataupun kargo. Harga per unitnya 40 juta dollar AS atau setara Rp 500 miliar.
Namun, Be-200 juga memiliki kompetitor berat dikelasnya, yakni pesawat amfibi US-2 yang diproduksi ShinMaywa Industries Ltd. Pesawat buatan Jepang ini telah lama diincar untuk kepentingan SAR (Search and Rescue). US-2, sebagai pesawat amfibi Short Take Off and Landing (STOL) dapat mendarat di tanah atau air. Menhan Ryamizard Ryacudu tertarik dengan salah satu keunggulan dari Pesawat Amphibi ShinMaywa Industries US-2 ini, yaitu pesawat ini bisa menahan gelombang ombak setinggi 3 meter saat berada di laut.
Pesawat ShinMaywa US-2
Pesawat ShinMaywa US-2
Pesawat ini juga mampu membawa 11 awak ditambah 20 penumpang atau 12 tandu pasien saat bertindak sebagai ambulance udara dengan beban maksimal sampai 17 ton. Pesawat dapat melaju 560 km per jam dengan mesin 4 × Rolls-Royce AE 2100J turboprop, 3,424 kW (4,591 shp), dan 6 baling-baling Dowty R414. US-2 dapat lepas landas di air dengan jarak pacu 280 meter.
Pesawat ShinMaywa US-2
Pesawat ShinMaywa US-2
Untuk lepas landas di daratan, dibutuhkan landas pacu sepanjang 490 meter. Kemampuan ini jelas membuatnya lebih superior ketimbang Beriev Be-200 Altair yang sempat menjadi incaran TNI-AU. Sebagai perbandingan, Be-200 memerlukan jarak pacu 2.300 meter di air dan landas pacu darat sepanjang 1.800 meter. Tampaknya TNI AU akan mendapatkan kedua pesawat ini mengingat kebutuhan lapangan. Kita tunggu saja

Kamis, 24 Desember 2015

Kapal Cepat Rudal 60 Meter Produksi PT PAL Surabaya

Kapal Cepat Rudal 60 Meter Produksi PT PAL
Kapal Cepat Rudal 60 Meter Produksi PT PAL
Kapal Cepat Rudal 60 meter adalah kapal Kapal Perang Indonesia yang dibuat oleh PT PAL di Surabaya. KRI 60 meter ini merupakan kapal pemukul reaksi cepat yang dalam pelaksanaan tugasnya mengutamakan unsur pendadakan, mengemban misi menyerang secara cepat, menghancurkan target sekali pukul dan menghindar dari serangan lawan dalam waktu singkat pula. Kapal berukuran panjang 60 meter, lebar 8,10 meter, dan berat 460 ton ini memiliki sistem pendorong handal yang mampu berlayar dan bermanuver dengan kecepatan 28 knot.
Kapal Cepat Rudal 60 Meter Produksi PT PAL
Kapal Cepat Rudal 60 Meter Produksi PT PAL

Tahun 2016, Militer Indonesia Terima 6 Heli EC725 Dari PT DI

Kekuatan militer Indonesia khususnya armada helicopter akan bertambah pada tahun 2016 mendatang seiring dengan akan diterimanya Helikopter EC-725 Caracal dari PT Dirgantara Indonesia. Dikabarkan PT DI akan menyerahkan 6 unit helicopter tersebut ke militer Indonesia untuk memperkuat alutsista TNI pada awal tahun 2016 mendatang.
Saat ini beberapa unit dari 6 unit tersebut sudah selesai dibangun di PT Dirgantara Indonesia, dan beberapa sudah menjalani serangkaian uji terbang. Ke-enam unit Helikopter canggih ini merupakan pesanan militer Indonesia untuk memperkuat alutsista TNI AU. Sebelumnya TNI AU mencari helicopter yang memiliki fungsi khusus untuk combat, search and rescue (CSAR) yang akhinya menjatuhkan pilihan ke helicopter ini.
Helikopter ini akan digunakan oleh TNI AU untuk keperluan tempur dan SAR jika untuk menancari dan menyelamatkan personil militer Indonesia yang terjebak dalam peperangan dan sejenisnya. Helikopter canggih ini sudah dilengkapi dengan fitur auto pilot, anti peluru, dan recovery engine field. Dari beberapa foto yang beredar, terlihat Helikopter ini juga akan dilengkapi dengan perangkat FLIR (forward looking infra red).

Helikopter EC-725 Caracal pesanan Militer Indonesia dilengkapi perangkat FLIR.
Helikopter EC-725 Caracal pesanan Militer Indonesia dilengkapi perangkat FLIR. Image Source : defense-studies.blogspot.com
Helikopter canggih dengan harga perunit sekitar 26 Juta Euro ini merupakan produk dari Airbus Military, dimana PT Dirgantara Indonesia berperang sebagai subkontraktor untuk memperoduksi fuseleg dan tail rotor untuk helicopter ini. Khusus untuk pesanan militer Indonesia, helicopter ini dirakit dan difinishing di PT DIrgantara Indonesia.

Militer Indonesia Berduka, 1 Unit Pesawat Tempur T50i TNI AU Jatuh di Jogja

Militer Indonesia kembali berduka, satu unit pesawat tempur T-50i Golden Eagle dengan tail number TT-5007 mengalami musibah dan jatuh di Jogjakarta pada hari Minggu, 20 Desember 2015 pukul 09.50 WIB. Pesawat tempur latih andalan Indonesia ini jatuh ketika sedang melakukan atraksi pertunjukan udara di Jogjakarta dalam rangka Gebyar Dirgantara. Dua kru pesawat tempur baik pilot dan co-pilot dikabarkan gugur dalam kejadian ini.

Dikabarkan bahwa hari naas ini merupakan hari penutupan Gebyar Dirgantara tersebut, dan pesawat tempur naas ini tampil sebelum penutupan. Sebelum kejadian pesawat tempur T-50i dengan tail number TT-5007 ini sedang melakukan manuver aerobatic bersama satu pesawat tempur T-50i lainnya. Namun pesawat naas ini menukik kebawah terlalu tajam dan akhirnya jatuh menimpa bangunan kompleks militer.

Dari rekaman video amatir yang beredar di Youtube terlihat pilot dan co-pilot tidak sempat menyelamatkan diri dengan kursi pelontar. Dan akhirnya pesawat jatuh dan menimbulkan asap hitam yang membumbung tinggi ke udara. Dari siaran pers pihak militer Indonesia, dikonfirmasi kedua kru, pilot dan co-pilot dikabarkan gugur dalam kejadiaan naas ini.

Sampai saaat ini masih terjadi berita simpang siur terkait nama pilot TNI AU yang gugur dalam musibah ini. Namun beberapa sumber menyebutkan bahwa nama pilot yang menerbangkan pesawat dan gugur dalam kejadian ini adalah Letkol Penerbang Marda Sarjono dan Mayor Penerbang Dwi Cahyono. Dalam wawancara dengan Metro TV, Kadispen TNI AU juga menyebutkan nama yang sama. Namun untuk kebenaran informasinya kita tunggu kabar selanjutnya.

Pesawat tempur latih T-50i dengan tail number TT-5007 jatuh di Jogja 20 Desember 2015
Pesawat tempur latih T-50i dengan tail number TT-5007 jatuh di Jogja 20 Desember 2015. Image source: indomiliter.com

Sampai saat ini belum ada kepastian apa yang menjadi penyebab kejadian naas ini. Untuk mencari tau penyebabnya ini, sudah selayaknya kita menunggu konfirmasi dari pihak militer Indonesia dan pihak yang berwenang saja sehingga kita mendapatkan informasi yang benar. Penulis juga mengajak pembaca untuk tidak menduga-duga apa penyebabnya dan tidak menyebarkan informasi yang belum tentu kebenarannya terkait penyebab kejadian ini

Membedah Panser Canon Badak Buatan Pindad

PT Pindad (Persero) telah mengembangkan dan memproduksi panser roda 6 bernama Anoa 6X6. Panser yang laris manis ini telah dipakai oleh TNI untuk misi di dalam dan luar negeri.

Tak berhenti sampai di situ, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang pertahanan ini, mengembangkan panser dengan senjata berat jenis canon. Panser ini diberi nama 'Badak'.



Membedah Panser Canon Badak Buatan Pindad

Beda dengan Anoa yang lebih diperuntukan untuk angkut personil dan dilengkapi senjata ringan, Panser 'Badak' dilengkapi senjata berat jenis canon 90 mm di atas turret.

"Ini pengembangan dari Anoa ke Badak. Ini dilengkapi dengan senjata kaliber besar. Turret-nya ini kaliber 90 mm," kata Kepala Humas Pindad, Herdantono kepada detikFinance, Selasa (15/12/2015).


Konsep Panser badak mirip dengan tank namun bedanya ada di roda. "Badannya seperti tank, tapi ini roda ban. Tapi basic-nya memang panser," tambahnya

Untuk pengembangan turret atau canon, Pindad menggandeng perusahaan pertahanan dari Belgia yakni CMI Defence. CMI dinilai memiliki kemampuan kelas dunia dalam memproduksi turret.

"Kita kerja sama teknologi nggak dari awal, ini ada skema TOT (Transfer of technology). Tujuannya dari kita awal selalu ketinggalan," jelasnya.

Saat di medan tempur, Panser Badak bisa menahan tembakan dengan amunisi 12,7 mm. Saat ini, Panser Badak sedang melalui proses uji untuk memperoleh sertifikasi dari Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI Angkatan Darat.

Rencananya, produksi massal dilakukan pada triwulan I-2016 setelah lolos sertifikasi. (detik)

Kedatangan Pesawat Pesanan Terakhir CN 295


download (2)
Tepat pukul sepuluh lebih lima puluh menit (10.50 WIB) satu pesawat jenis CN 295, nomor registrasi A-2909 dari Lanud Husein Sastranegara Bandung, mendarat di Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta, Senin, (21/12). Pesawat A- 2909 yang diterbangkan Capten pilot, Komandan Skadron Udara 2 Wing I Lanud Halim Letkol Pnb Setiawan dan Copilot Lettu Pnb Enggal merupakan pesawat terakhir, atau pesawat ke- 9 pesanan pemerintah Indonesia kepada PT Dirgantara Indonesia, Bandung.
Pesawat CN 295 buatan Airbus Military Spanyol, dalam produksinya dikerjasamakan dengan PT Dirgantara Indonesia (PT DI) Bandung. Oleh TNI Angkatan Udara pesawat ditempatkan di Skadron Udara 2 Lanud Halim, sebagai pesawat angkut sedang. CN 295 ini mampu membawa cargo seberat 9 ton, sementara untuk mendukung pergeseran pasukan mampu membawa hingga 71 personil militer.
Danlanud Halim Marsma TNI Umar Sugeng Hariyono, S.IP., S.E., M.M. secara resmi menyambut kedatangan CN 295, dengan upacara militer di Shelter Selatan Skadron Udara 2, didampingi Komandan Wing I Lanud Halim, para Kepala Dinas dan para perwira staf serta para anggota Skadron Udara 2. Danlanud yang didampingi Komandan Skadron Udara 2 Wing 1 menyiram air bunga, tanda bahwa pesawat tersebut resmi memperkuat Skadon Udara 2.
Q9LalZid2W
Danlanud Halim Perdanakusuma Marsma TNI Umar Sugeng Hariyono mengatakan, dengan kedatangan satu pesawat A-2909 ini berarti pesawat sejenis telah lengkap berjumlah sembilan pesawat. “Untuk itu agar para anggota dapat merawat pesawat dengan baik. Pesawat ini merupakan pesawat canggih, pesawat multi guna sehingga Skadron Udara 2 ke depan akan lebih mampu dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan pimpinan dengan baik dan lancar, hindari kesalahan sekecil apapun, karena bila diabaikan yang kecil itu akan berdampak besar untuk itu pahami betul bidang tugasnya, laksanakan sesuai petunjuk sehingga Zerro Accident akan tercapai,” ujar Danlanud.
Sementara itu, pada kesempatan tersebut Komandan Skadron Udara 2 Letkol Pnb Setiawan berharap anggota Skadron Udara 2 mampu melaksanakan tugas pemeliharaan dengan baik sesuai bidang tugas yang dimiliki, sehingga ke depan dapat dilaksanakan tugas sesuai program kerja yang direncanakan, yang pada akhirnya bersama skadron udara di jajaran Wing 1 Lanud Halim Perdanakusuma mampu mendukung tugas operasional secara optimal.
TNI AU

Indonesia Ingin Pengadaan Kapal Perang Jadi Prioritas


iskmuda_zps47b0e276
JAKARTA – Pengadaan kapal perang menjadi prioritas dalam revisi Minimum Essential Force (MEF) 2015-2019 TNI AL. Langkah tersebut diambil untuk memenuhi kebutuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista) guna mendukung visi World Class Navy.
Hal itu disampaikan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Ade Supandi, saat membuka Rapat Pimpinan (Rapim) TNI AL 2016, di Mabesal Cilangkap, Jakarta Timur, kemarin.
“Jangan sampai terjadi kesalahan dalam merumuskan sebuah kebijakan. Tanpa kapal perang kita kembali ke tahun 1940-an. Kebutuhan kapal jadi perang prioritas utama,” kata Ade di Jakarta, kemarin.
Menurut Ade, sesuai dengan arahan kebijakan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dalam Rapim TNI 2016 lalu, revisi MEF harus disesuaikan dengan visi dan misi pemerintah saat ini serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
“Peningkatan alutsista ini sudah masuk dalam MEF. Alutsista-alutsista ini kita rencanakan untuk diremajakan,” ungkapnya.
“Kalau alutsistanya sudah tidak memenuhi syarat kita ganti, termasuk kalau sistem tempurnya sudah tidak layak lagi. Sebab untuk menjadi world class navy teknologi alutsista sangat penting,” imbuhnya.
Panglima TNI kata Ade, juga meminta agar TNI AL menata organisasi, mengelola anggaran secara efektif dan efisien serta transparan, peningkatan sarana dan prasarana pos-pos TNI di wilayah perbatasan dan pulau terluar.
Menurutnya, membangun sistem pengawasan di wilayah darat, laut dan udara yang terintegrasi serta peningkatan kesejahteraan prajurit.
Selain itu, di bidang operasi dan latihan Panglima TNI meminta perlunya peningkatan kualitas dan kuantitas latihan gabungan, kesiapsiagaan satuan operasi, efektivitas sistem komando dan pengendalian operasi serta melaksanakan kerja sama internasional, baik pengamanan, operasi perdamaian maupun latihan bersama.
“Kita menjadi tuan rumah event internasional, seperti International Fleet Review (IFR) 2016 dan 15th Western Pacific Naval Symposium (WPNS) 2016 serta 2nd Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2016 yang akan dilaksanakan di Kota Padang dan Mentawai, Sumatera Barat, pada April 2016 mendatang,” tutur Ade.
Rapim TNI AL 2016 yang mengangkat tema ‘Meningkatkan Disiplin, Hirerarki dan Kehormatan Militer sebagai Pedoman dalam Mewujudkan TNI AL yang handal dan disegani serta Berkelas Dunia’, merupakan sarana untuk menyampaikan berbagai arah dan kebijakan pimpinan TNI AL.
“Untuk menjadi TNI AL berkelas dunia, maka kualitas sumber daya manusianya perlu dikembangkan. Oleh karenanya, TNI juga meningkatkan kualitas pendidikan prajurit sehingga bukan hanya kompetisi militer saja, tapi perlu kompetisi akademisnya,” katanya.
Untuk memenuhi kebutuhan alutsista, TNI AL secara bertahap mulai mengadakan kapal-kapal seperti, kapal landing platform dock (LPD), kapal selam Changbogo.
“Kita juga sudah punya kemampuan untuk membangun kapal dalam negeri seperti, Kapal Perusak Kawal Rudal (PKR) produksi bersama PT PAL dan perusahaan Belanda. Kapal PKR 105 awal tahun 2016 ini akan diluncurkan. Kita siapkan alutsista untuk melaksanakan tugas TNI dalam operasi militer perang dan operasi militer selain perang,” ujarnya.
Sindonews

Konstruksi Kapal Fregat Pertama Jenis PKR-105 Hampir Selesai


Konstruksi kapal fregat pertama TNI AL dari jenis PKR-105 yang berasal dari desain Damen Schelde (DSNS) Sigma 10514 telah hampir selesai dibuat di galangan kapal PT PAL Surabaya. Di galangan ini PT PAL membuat dua fregat pesanan Kementerian Pertahanan untuk memperkuat armada kombatan TNI AL.

Kontrak kapal fregat pertama ditanda-tangani pada 5 Juni 2012, kapal akan diselesaikan dalam jangka waktu 49 bulan. Proses first steel-cutting di PT PAL baru dilakukan pada 15 Januari 2014, namun PT PAL akan menyelesaikan kapal ini pada Januari tahun 2017.
Kontrak kapal fregat kedua ditanda-tangani pada 14 Februari 2013 namun proses seremoni first-steel cutting dilakukan di PT PAL pada 17 September 2014. PT PAL akan menyelesaikan kapal fregat kedua ini pada bulan Oktober 2017, sehingga kedua kapal ini akan selesai pada tahun 2017.
 
 
Kapal PKR 105 memiliki spesifikasi panjang 105.11 meter, lebar 14.02 meter, tinggi 3,7 meter, berat 2.365 ton, kecepatan 28/18/15 knot dan jarak jelajah 5000 NM. Fregat ini dapat membawa helikopter dengan berat 10 ton dan membawa dua RHIB. Kapal didesain untuk mampu melakukan anti serangan permukaan, anti serangan udara, anti serangan bawah air, dan anti serangan elektronika. 
 
 
Setelah kapal ini selesai di dok kering, kapal akan diluncurkan dan pengerjaan kapal akan dipindahkan ke dok basah meliputi pekerjaan elektrikal kapal dan detail interior. Kapal ini selanjutnya akan dilakukan integrasi sistem elektronika, pemindaian dan persenjataan, kemudian dilanjutkan dengan uji laut.
 
Kapal yang sebuahnya bernilai 220 juta dolar AS (belum termasuk persenjataan) ini dibiayai kredit eksport dengan alokasi multiyears.

Dalam proses joint production, engineer dari PT PAL juga sudah belajar secara teknis di DSNS sejak rencana pembuatan kapal ini dimulai pada 2011 lalu.

Pembangunan kapal fregat ini, dibagi dalam enam modul (bagian), empat modul diantaranya dibuat di PT PAL, sedangkan dua modul yang terdiri dari permesinan dan anjungan kapal dibangun di Belanda. Dua modul dari Balanda dibawa dan dirakit di PT PAL, untuk dijadikan satu dengan empat modul lainnya. 
 
Kapal fregat pertama dari jenis PKR-105 ini rencananya akan memakai nomor lambung 331 dengan nama KRI Martadinata. Nomor lambung yang sama pernah digunakan untuk KRI Martha Kristina Tiyahahu ex Tribal class (Type 81) yaitu fregat 2.700 ton ex Royal Navy yang dibeli pada tahun 1984. Nama Martadinata juga pernah dipakai TNI AL untuk fregat ex US Navy kelas Claud Jones dengan berat 1.970 ton yang pernah dibeli pada tahun 1974.

Rencananya TNI AL akan membuat enam fregat kelas PKR-105 ini, dua dibangun melalui kontrak dengan Damen Schelde melalui joint production dengan PT PAL, sedangkan empat lainnya direncanakan dibangun sepenuhnya di PT PAL dengan supervisi dari Damen Schelde.

Keenam fregat baru ini akan menggantikan enam fregat kelas Van Speijk ex Royal Netherlands Navy yang dibeli pada tahun 1986. Keenam fregat kelas Van Speijk dengan berat 2.850 ton memang sudah terlalu tua untuk dioperasikan karena telah berdinas di Royal Netherlands Navy sejak tahun 1965 meskipun telah menjalani beberapa kali perpanjangan usia pakai.
 

Sabtu, 21 November 2015

Industri Manufaktur dan Kemandirian Alutsista


anoa
Bila Indonesia mau mempercepat kemandirian alutsista, mau tidak mau industri manufaktur di negeri ini harus digenjot ke tingkat yang lebih tinggi. Untuk mendapatkan penduduk yang bekerja banyak di industri manufaktur dibutuhkan skill / keahlian penduduk yang lebih tinggi. Dan untuk mendapatkan skill tersebut, pemerintah harus meningkatkan pendidikan rakyat Indonesia.
Jangan heran, jika militer Thailand mulai banyak membangun peralatan alutsista, upgrade alutsista di dalam negeri, mulai dari MLRS, IFV 8×8, Tank, Air Defence dan sebagainya. Hal itu bisa mereka lakukan karena industri manufaktur di negeri itu telah meningkat. Itu artinya, skill penduduk Thailand sudah jauh lebih baik.
Dengan adanya skill yang lebih baik, maka produktivitas dalam negeri akan meningkat. Dan hal ini juga akan terkait dengan neraca eksport impor. Semakin banyak barang manufaktur yang bisa diimpor Thailand, maka semakin kuat, mata uang negeri itu terhadap asing.
Sekarang, mari kita lihat dan bandingkan bagaimana perkembangan industri manufaktur Indonesia dibandingkan Thailand khususnya dan juga dibandingkan Malaysia.
Berikut ini artikel otomotif.kompas :

Industri Komponen Nasional Jauh Tertinggal Thailand dan Malaysia

MLRS DT-1 Thailand
MLRS DT-1 Thailand
Rivalitas Indonesia dengan Thailand menjadi negara otomotif terbesar di Asia Tenggara membawa semangat besar mengembangkan potensi dalam negeri.
Bila mau Indonesia bukan hanya saingan sebagai pasar otomotif tapi juga basis produksi, maka sudah saatnya kita membenahi industri komponen. Area itu ada di hulu, jadi perannya vital untuk kelangsungan siklus produksi.
Menurut Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo), basis pemasok komponen Indonesia masih masih lemah bila dibandingkan dengan Thailand dan Malaysia. Dari data yang dibeberkan Gaikindo, Thailand memiliki 1.965 pemasok sedangkan Indonesia hanya 709 pemasok.
Kapasitas total produksi Thailand mencapai 2,5 juta kendaraan, sedangkan Indonesia 1,2 juta unit.
Bila disandingkan dengan Malaysia, Indonesia kurang proporsional. Malaysia memiliki kapasitas produksi 720.000 unit per tahun yang didukung 480 pemasok komponen.
Masalah dan solusi
I Made Dana Tangkas, Ketua Pengembangan Industri Otomotif Gaikindo mengatakan, ada empat hal yang harus didukung untuk mengembangkan industri komponen, yaitu regulasi dan insentif, transfer teknologi, infrastruktur, dan Sumber Daya Manusia (SDM).
Diskusi terkait kendala itu telah diungkap saat Forum Group Discussion (FGD) digelar di Kementerian Perindustrian, Kamis (19/11/2015). Gaikindo mengharapkan bantuan semua pihak untuk mengejar cita-cita.
“Ujung-ujungnya produk kita bisa bersaing. Tidak hanya pasar, tapi basis produksi. Produk kita bisa, ujar Dana. (otomotif.kompas.com)

Penyuplai Teknologi Inti yang Dibutuhkan Pesawat KFX/IFX Militer


kfx_2012_c200
Banyak spekulasi dan sumber yang dikaburkan terkait akses informasi terhadap perkembangan program pesawat next generation nasional Korea Selatan.  Sayangnya hal itu terungkap saat Departemen Luar Negeri AS mengendus keterlibatan “PIHAK KETIGA” yang terlalu dalam daripada “PORSI YANG SEHARUSNYA” dan dengan tegas menolak untuk menyetujui transfer pada empat dari 25 teknologi yang dibutuhkan F-33.
Di tengah kontroversi yang berkembang, kepala DAPA Chang Myoung-jin bertemu dengan Presiden Park Geun-hye dan menjelaskan bagaimana lembaga R&D akan tetap terus menopang  proyek ini. Informasi yang ada menunjukkan Dapa akan menebus empat teknologi yang ditolak untuk diberikan oleh AS kepada Korsel.  Empat Teknologi penting dari pesawat siluman KFX/IFX yaiut sebuah Aesa radar, electronics optics dan piranti pencari dan pemindai infra merah, targeting pod and radio frequency jammer, yang akan dibangun kembali oleh perusahaan militer lokal dengan bantuan teknis dari Inggris Israel dan Swedia.
Park dilaporkan memerintahkan Chang untuk “mengelola proyek secara menyeluruh sehingga dapat meredam kekhawatiran publik.” Kantor berita domestik menafsirkan bahwa pernyataan ini menunjukkan dukungan baru presiden untuk kelanjutan proyek meskipun terjadi kemunduran baru-baru ini.
Pesawat tempur kerjasama Indonesia dengan Korsel yang diberi nama Korea Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX) merupakan jenis pesawat tempur generasi 4.5 namun akan lebih canggih dari pesawat F-16 dan akan sejajar dengan pesawat tempur siluman F-22 dan F-35. Pesawat siluman Indonesia akan mengudara
dan masuk ke produksi secara massal pada tahun 2020.

Lalu

Lalu

“Kim menambahkan bahwa KF-X tidak akan memiliki fungsi sepenuhnya sebagai pesawat siluman, tetapi hanya berteknologi
mengurangi jejak radar cross section (RCS)”
“Kami sudah menduganya, karena itu kami sudah punya jalan keluarnya. Hal ini tidak bisa berhenti sampai di sini. Ini adalah pertaruhan kita untuk memiliki kekuatan udara sendiri”
“1 skuadron, kami masih mempertimbangkan alih teknologi yang anda inginkan. Tapi, bila anda meminta 2 skuadron seperti cina, .. maka akan lain ceritanya.
We introduce,
The heavyweight high power KNIRTI SAP-14
Support Jammer ECM pod is a Russian analogue to the US ALQ-99E pod carried on the EA-6B Prowler and EA-18G Growler. It was developed for Flanker family aircraft and is carried on a large centreline pylon . To date little has been disclosed about this design, but it has been observed on the
Su-30MK Flanker G/H and Su-34 Fullback. It operates between 1 GHz and 4 GHz
The KNIRTI SAP-518 ECM pod is a new technology replacement for the established L005 Sorbstiya series wingtip ECM pods. It operates
between 5 GHz and 18 GHz
The UOMZ Sapsan E Electro-Optical Targeting System pod is likely to be offered as an alternative to the licenced French Thales Damocles targeting pod adalah 1 dari teknologi yang di butuhkan /IFX
KnAAPO IRST
Su-35 EO juga adalah salah satu teknologi dari 4 toknologi yang di butuhkan IFX.
Note:
Ada yang masih berkata ” F-35 adalah.. bla..bla.. dan bla..”
Jika msh ada, maka saya akan jawab…
“Kamu punya teknologi barat, kami sadar hal itu. Kamu memberi kami senjata yang kamu kenal dengan baik, kemampuannya, ketajamannya, ketahanannya. Karena itu kami berpikir unuk membuat sebuah pesawat di mana 2 keunggulan antara timur dan barat disatukan, maka saat kamu berpikir kamu berhadapan dengan sebuah teknologi F-16 maka kamu akan terlambat menyadari kamu sudah dijatuhkan oleh sebuah teknologi su-35”.
Ini jalan kami untuk lepas dari sistem yang kamu tetapkan, setidaknya kami memberontak dengan sikap yang anggun. Jadi, kamu tak punya alasan untuk melakukan apa-apa terhadap kedaulatan kami.
Oleh: B Stepanus

Negosiasi Jet Tempur KF-X Memasuki Tahap Akhir Internasional,

 
kfx
Korea Selatan mengaku telah dalam tahap akhir negosiasi dengan Indonesia tentang kemitraan pada program pengembangan jet tempur KF-X dan hasil dari negosiasi ini kemungkinan akan dicapai minggu depan.
“[Negosiasi bilateral] dalam tahap penyelesaikan,” kata Kim Si-cheol, juru bicara Defense Acquisition Program Administration (DAPA) pada konferensi pers Kamis 19 November 2015 dan dikutip defensenews.in. “Hasilnya mungkin akan ada awal minggu depan.”
ndonesia sebelumnya telah sepakat dengan Korea Selatan untuk menanggung 20 persen dari biaya untuk Korea Fighter Experimental (KF-X) yang di Indonesia disebut Indonesia Fighter Experimental (IF-X). Dengan investasi tersebut, Indonesia akan membawa pulang 50 pesawat baru.
Negosiasi terbaru akan menentukan secara spesifik dari kemitraan termasuk persyaratan keuangan dan tanggung jawab lainnya. Setelah kesepakatan didapat DAPA berencana untuk memulai proyek.
Proyek ini telah terhenti setelah AS menolak untuk menyetujui transfer empat teknologi utama yang dimiliki Lockheed Martin. Empat teknologi yang radar active electronically scaned array (AESA), Infra Red Search and Track (IRST), electronic optics targeting pod (EOTGP) dan radio frequency (RF) jammer. Empat teknologi merupakan bagian dari 25 teknologi penerbangan yang AS tawarkan sebagai kompensasi keputusan Korea Selatan untuk membeli 40 jet F-35 Lightning II tahun lalu.
Untuk transfer 21 teknologi Korea Selatan saat ini sedang dalam diskusi dengan Lockheed, kata Kim.

Tahun 2016, TNI AU Punya Pangkalan Udara ‘Pearl Harbor’


Pangkalan TNI AU Ranai, Natuna
Pangkalan TNI AU Ranai, Natuna
Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Agus Supriatna mengatakan pangkalan udara TNI AU Natuna dirancang untuk menjadi pangkalan militer terpadu.
“Kami memang bercita-cita membangun Pangkalan Udara TNI AU Natuna menjadi pangkalan militer terpadu, menjadi Pearl Harbor-nya Indonesia,” kata Agus di Karanganyar, Jawa Tengah, Jumat, 20 November 2015.
Menurut Agus, Pearl Harbor merupakan pangkalan militer Amerika Serikat terbesar di Kepulauan Hawaii. Sedangkan, Pangkalan Udara TNI AU Natuna kini tipenya masih C dan akan ditingkatkan menjadi tipe B, yang dikomandani seorang kolonel.
Untuk saat ini, kata Agus, Kementerian Pertahanan menurunkan lebih dari Rp 200 miliar sebagai dana penguatan Pangkalan Udara TNI AU Natuna dan diharapkan sudah selesai pada 2016.
Pangkalan Udara TNI AU Natuna diperkuat karena perairan di sana jalur pelayaran strategis dan juga untuk memantau keamanan di perbatasan Indonesia dengan negara-negara lain. “Jika ada negara lain yang saling mengklaim, tapi Indonesia berdiri di wilayah itu sebagai pihak ketiga, akan ikut menjaga keamanan,” katanya.

Pearl Harbour di Pulau Oahu, Kepulauan Hawaii, Amerika Serikat, berada sangat jauh dari tanah induk Amerika Serikat. Pulau Natuna juga berada di tepi Laut Cina Selatan, yang dalam beberapa tahun terakhir makin menghangat sejalan klaim sepihak Cina atas hampir seluruh perairan itu.
Jadilah Pulau Natuna dan Kepulauan Natuna menjadi pagar penting bangsa ini menghadapi berbagai dampak dinamika di Laut Cina Selatan.

F-16 Dan Dilema Embargo


TNI-AU-F-16C-TS-1637
F-16C Block 52 ID dengan nomor ekor TS-1637 milik Indonesia (foto: KUTV 2News)
Pilot dan pesawat tempur di Pangkalan Angkatan Udara Hill siap kapan saja ditugaskan untuk bertempur, tetapi Anda mungkin akan terkejut bahwa di pangkalan ini pesawat F-16 juga disiapkan bertempur untuk negara lain.
Dari Pakistan ke Polandia, dari Thailand ke Oman, dari Bahrain hingga Singapura, 24 negara telah membeli jet tempur F-16 dari Amerika Serikat.
“Hari ini kita telah melihat banyak negara yang berminat untuk membeli F-16,” kata Greg Brown, Wakil Direktur Program F-16, yang memiliki wilayah kerja di pangkalan angkatan udara Hill dan Wright-Patterson di Ohio.
Di landasan, dari dalam hanggar di pangkalan Hill pekan lalu, ditampilkan pesawat tempur F-16 untuk Indonesia, yang telah membeli lebih dari dua puluh pesawat, dengan harga yang dilaporkan di kisaran $ 700 juta.
“Tergantung spesifikasinya, apakah itu F-16 baru, pesawat bisa seharga antara $ 60-70 juta,” kata Pamela Lee, Kepala Cabang Internasional F-16.
F-16 telah dijual ke negara-negara yang stabil dan demokratis seperti Belgia, Denmark dan Norwegia. Tapi F-16 juga telah dijual ke negara yang dilanda kekerasan dan kekacauan politik.
F-16 baru saja dijual ke Irak, di mana ISIS masih mengontrol sebagian besar kota, Irak mungkin akan mendapatkan 36 pesawat tempur F-16. Pada bulan September, Irak dilaporkan telah menggunakan F-16 untuk menjatuhkan bom pada sasaran ISIS.
F-16 juga telah dijual ke Mesir, dimana masih ada protes, pergolakan politik, dan kudeta, meskipun Departemen Luar Negeri kemarin pernah menghentikan penjualan F-16 selama dua tahun.
Tapi apa yang menjadi jaminan bahwa pesawat militer Amerika tidak akan jatuh ke tangan musuh?
Dalam wawancara di Hill dengan juru bicara Departemen Luar Negeri, terungkap bahwa pembeli harus menyetujui pemantauan penggunaan F-16 dari AS, dan F-16 juga tidak dapat dijual kembali tanpa persetujuan AS. Apabila dilanggar Amerika Serikat dapat menghentikan dukungan teknis dan suku cadangnya.
Dia mengatakan penjualan F-16 berarti negara pembeli bersedia bersama-sama berbagi beban menjaga keamanan global.
Pesawat tempur bagaimanapun juga pernah jatuh ke tangan musuh. Pada 1970-an, Iran berbalik dari negara sahabat menjadi musuh.
Iran mungkin masih memiliki pesawat tempur F-4, F-5 dan F-14 yang mungkin berasal dai pangkalan Hill.
kutv

Cina Akui Hak Penuh RI atas Natuna di Laut Cina Selatan


KRI Sutedi Sena
KRI Sutedi Sena di Natuna
Jakarta -Pemerintah Cina akhirnya memberikan pernyataan resmi mengakui hak penuh Indonesia atas Kepulauan Natuna di Laut Cina Selatan. Wilayah ini telah memicu ketegangan sejak beberapa waktu, ketika Cina mereklamasi dan memperluas pulau-pulau kecil Mischief Reef dan Pulau Subi sebagai bagian Kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan.
Kepulauan Natuna, yang berada di antara ujung barat laut Indonesia di Kalimantan dan ujung selatan Vietnam, memiliki sekitar 270 pulau yang menjadi bagian Provinsi Kepulauan Riau Indonesia dengan 70 ribu penduduk.
Pada 12 November, Cina mengejutkan negara-negara di kawasan itu dengan mengeluarkan pernyataan publik mengenai Kepulauan Natuna. Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hong Lei, Indonesia tidak memiliki klaim teritorial ke China atas Kepulauan Spratly. “Pihak China tidak keberatan atas kedaulatan Indonesia di Kepulauan Natuna,” kata Hong Lei seperti dikutip Washington Times kemarin, Jumat 20 November 2015.
Pernyataan Cina ini penting meskipun Kepulauan Natuna berada di luar garis klaim Cina dalam Nine Dash Line yang mengklaim hampir semua wilayah Laut Cina Selatan dan zona ekonomi eksklusif (ZEE) dalam garis tersebut. Ini berarti ada pengakuan Cina terhadap legitimasi Indonesia atas ZEE yang berada dalam garis imajiner wilayah yang diklaim Cina.
7kri
7 KR Patroli di Natuna
Pernyataan Cina ini cukup mengagetkan karena Cina selama ini tidak ingin menunjukkan kelemahannya pada negara-negara yang menantang klaim maritimnya di Laut Cina Selatan. Kegagalan pemerintah Cina mengklarifikasi klaim Indonesia atas Kepulauan Natuna dan ZEE terletak pada akar kecemasan yang dirasakan oleh Jakarta selama beberapa dekade terakhir.
Pemerintah Indonesia menggunakan jalur diplomasi dengan Cina mengenai Natuna. Indonesia, sebagai negara terbesar ASEAN bersama empat negara ASEAN lain (Filipina, Vietnam, Malaysia dan Brunei) membantah klaim maritim CinaPemerintah Indonesia sebelumnya mengatakan mereka menerima jaminan dari Cina karena kedua negara tidak memiliki sengketa dalam wilayah tersebut. Cina tidak membantah kedaulatan Indonesia atas Kepulauan Natuna. Akan tetapi, pemerintah Cina sengaja menghindari diskusi publik terkait isu ZEE, yang memicu keraguan pemerintah Indonesia. Beberapa pengamat berpendapat Cina menggunakan strategi Fabian kepada Indonesia sehingga masalah ZEE seolah menguap.
Indonesia tidak sabar dengan sikap ambigu pemerintah Cina terkait ZEE. Cina memulai proyek reklamasi untuk merebut kawasan di sekitar Spratly. Ini memicu kemarahan, tidak hanya Vietnam dan Filipina, tetapi juga Jepang, Australia, Amerika Serikat, dan Indonesia. Perairan Kepulauan Natuna berpotensi konflik dan melibatkan angkatan laut dari beberapa negara di dunia.
Tempo.co / WASHINGTON TIMES

Indonesia Harus Menyiapkan $ 2 Milyar Untuk Project KF-X


033b5-kfx_heraldcorp
Korea Selatan dan Indonesia membahas hal keuangan dan tanggung jawab terkait kemitraan untuk menghasilkan project Korea Fighter Experimental (KFX).
Korea Selatan saat ini berada pada “tahap akhir” negosiasi dengan Indonesia untuk pengembangan program jet tempur dan hasilnya mungkin akan datang awal minggu depan.
Kim Si-cheol, juru bicara Defense Acquisition Program Administration (DAPA) mengatakan pada konferensi pers bahwa “hasilnya mungkin awal minggu depan.”
Indonesia dan Korea Selatan menandatangani perjanjian awal bulan lalu di mana Indonesia akan menanggung 20 persen total biaya pembangunan untuk proyek KF-X dengan imbalan 50 pesawat.
Proyek ini diharapkan sudah menghasilkan pesawat tempur pada tahun 2025. Media Indonesia telah melaporkan sebelumnya bahwa total biaya yang ditanggung Jakarta untuk berbagi proyek KF-X adalah sekitar US $ 1,5-2 milyar.
Seoul mengikat dan meyakinkan Jakarta pada project KFX, setelah AS menolak untuk menyetujui transfer empat teknologi kunci.
Lockheed Martin sebelumnya pernah menawarkan kesepakatan 25 transfer teknologi yang diimbangi,  dengan pembelian 40 pesawat siluman F-35 Lightning II oleh Korea Selatan.Untuk transfer sisa 21 teknologi standar, Korea Selatan saat ini sedang dalam diskusi dengan perusahaan Lockheed Martin di Seoul.
defenceworld

Alutsista Baru TNI AU Tahun 2016 – 2019

Su-35 diakui Amerika sebagai jet tempur paling kuat saat ini
Su-35
Karanganyar – Pada 2016-2019 nanti banyak peralatan perang alias arsenal militer baru yang dibeli. Ini diharapkan bisa sesuai dengan skema Kekuatan Efektif Minimum Tahap II, 2014-2019, yang ditetapkan pada masa pemerintahan Presiden Susilo Yudhoyono.
Belum semua target Kekuatan Efektif Minimum ini bisa dipenuhi negara, terutama karena keterbatasan anggaran belanja militer dari negara.
Begitupun, peralatan perang yang memerlukan dana operasi dan biaya perawatan tinggi alias boros biaya menjadi salah satu pilihan utama militer Indonesia untuk dibeli.
Seusai melantik lulusan Sekolah Pembentukan Perwira TNI AU 2015 di Lapangan Dirgantara Pangkalan Udara Utama TNI AU Adi Sumarmo, Karanganyar, Jawa Tengah, Jumat, Kepala Staf TNI AU, Marsekal TNI Agus Supriatna mengungkap salah satu yang disasar adalah satu skuadron pesawat tempur pengganti F-5E/F Tiger II di Skuadron Udara 14 TNI AU.
Disebut-sebut calon penggantinya adalah Sukhoi Su-35 atau F-16 Viper. Kedua merek ini sudah lama disebut, namun sampai sekarang kontrak pembelian belum pernah ditandatangani.
Publik mencermati proses pengadaan pesawat tempur ini, baik di media massa atau media sosial.
Pasal 43 UU Nomor 16/2012 tentang Industri Pertahanan, menyatakan, sepanjang produk pertahanan dan jasa itu belum bisa diproduksi di Tanah Air, maka boleh ditunjuk langsung.
Penunjukan langsung ini bukan tanpa kewajiban berat, tapi harus dibarengi transfer teknologi (yang relevan dengan arsenal yang dibeli), imbal dagang, penyertaan industri dalam negeri, dan kandungan komponen buatan dalam negeri minimal 85 persen,
Masih ditambah kandungan produk dalam negeri sebagaimana disebut di depan itu minimal 35 persen dengan peningkatan 10 persen setiap lima tahun, dan pemberlakuan offset paling lama 18 tahun sejak UU Nomor 16/2012 ini diberlakukan.
Hal-hal inilah yang tidak pernah diungkap pabrikan kepada publik secara terbuka, demikian juga dari pemerintah padahal dana pengadaan itu semua memakai dana rakyat dari APBN.Sukhoi tipe 35,” kata Supriatna.
Selain itu, TNI AU juga akan membeli helikopter angkut, pesawat angkutan berat C-130 Hercules, dan pesawat terbang multi fungsi antara lain dapat digunakan untuk SAR serta pemadam kebakaran yang dapat membawa air hingga 15 ton.
“Kami juga akan menambah pemasangan alat radar untuk menjaga kedaulatan wilayah Negara Kesatuan republik Indonesia. Pada 2016-2019 banyak peralatan akan dibeli dan kondisi baru dan lengkap,” kata dia.
Menyinggung soal helikopter untuk VVIP, Supriatna mengatakan rencana sesuai anggaran akan membeli tiga unit helikopter kepresidenan, yang juga dipergunakan untuk transportasi tamu negara.
Tentang ini, disebut-sebut Agusta-Westland AW-101 Merlin yang dipilih –juga proses tender tidak diungkap kepada publik– untuk menggantikan NAS-332 Super Puma buatan PT Dirgantara Indonesia yang selama ini dioperasikan di Skuadron Udara 45 VVIP.
Salah satu alasan pemilihan AW-101 Merlin adalah bisa dipasangi pelampung sehingga dalam keadaan darurat bisa mendarat dan mengapung di perairan.
Padahal, NAS-332 Super Puma yang juga sudah dipesan beberapa negara dari hanggar produksinya di PT Dirgantara Indonesia di Bandung, juga dipasangi pelampung itu.
AW-101 Merlin digadang-gadang tahan peluru, sementara plat-plat baja tahan peluru bisa dipasangkan pada helikopter lain sesuai keperluan.
ANTARA News

Natuna Akan Jadi Pearl Harbor Indonesia


Pearl Harbor
Pearl Harbor
Karanganyar – Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Agus Supriatna mengatakan, Pulau Natuna di Provinsi Kepulauan Riau akan dijadikan pangkalan militer terpadu seperti “Pearl Harbor” di Indonesia.
“Kami memang bercita-cita membangun Pangkalan Udara (Lanud) Natuna menjadi pangkalan militer terpadu seperti “Pearl Harbor” Indonesia,” kata Agus usai ikuti upacara pelantikan Perwira Setukpa 2015, di Lapangan Dirgantara Lanud Adi Sumarmo Karanganyar, Jumat (20/11/2015).
Pearl Harbor merupakan pangkalan militer Amerika Serikat terbesar di Kepulauan Hawai. Sedangkan, Landasan Udara (Lanud) Natuna saat ini masih bertipe C dan akan segera ditingkatkan menjadi tipe B.
Kegiatan pembangunan Lanud Natuna sudah mulai dilakukan tahun ini. Anggaran pembangunan didapat dari Kementerian Pertahanan dengan biaya lebih dari Rp 200 miliar.
Pengembangan dilakukan karena wilayah Pulau Natuna adalah jalur pelayaran yang strategis.
Pearl Harbor
Pearl Harbor
Selain itu, wilayah itu juga dijadikan tempat untuk memantau keamanan di perbatasan Indonesia dengan negara-negara lain.
“Sehingga, jika ada negara lain yang saling mengklaim, tetapi Indonesia berdiri di wilayah itu sebagai pihak ketiga, akan ikut menjaga keamanan,” katanya.
TNI AU berharap pembangunan Lanud Natuna bisa selesai pada pertengahan 2016 dan penambahan sarana prasarana dapat digunakan dengan maksimal.
Jika pengembangan Lanud Natuna tuntas, maka Lanud tersebut akan dipimpin oleh seorang perwira berpangkat kolonel.
Namun, Kasau menjelaskan karena pembangunan menyesuaikan anggaranya, maka Lanud Pulau Natuna belum bisa benar-benar menyerupai Pearl Harbor.
Kompas.com

Coba Tebak, Tahun 2016 Yang Datang Su-35 Atau F-16V ?


Su-30_F-16_16ou9
Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Agus Supriatna mengungkapkan, pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI AU akan dimulai pada tahun 2016 hingga 2019 mendatang.
Sejumlah alutsista yang akan dibeli ialah mulai dari pesawat F-16, Sukhoi-35, dan pesawat pemadam kebakaran Beriev BE-200.
“Pembelian alat-alat sistem persenjataan TNI AU yang lebih modern dibanding sekarang dimulai tahun depan hingga 2019,” kata Agus seusai mengikuti upacara pelantikan lulusan Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa) 2015 di Lapangan Dirgantara Lanud Adi Soemarmo, Karanganyar, Jumat (20/11/2015).
Menurut dia, sejumlah pembelian pesawat yang sudah dianggarkan selama tiga tahun mendatang adalah F-16 dari Amerika Serikat atau Sukhoi-35 dari Rusia. Kedua jenis pesawat itu ditujukan untuk mengganti jenis pesawat F-5.
Selain itu, TNI AU juga akan membeli helikopter angkut dan pesawat angkutan berat seperti Hercules. Pesawat terbang multifungsi juga akan dibeli untuk digunakan dalam kegiatan SAR dan bencana, seperti Beriev BE-200, yang mampu membawa muatan hingga 15 ton untuk memadamkan kebakaran.
“Kami juga akan menambah pemasangan alat radar untuk menjaga kedaulatan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pada 2016-2019, banyak peralatan yang akan dibeli dengan kondisi baru dan lengkap,” tutur jenderal bintang empat ini.
kompas

Selasa, 10 November 2015

Indonesian Light Strike Vehicle


ILSV-PT Jala Indonesia
Sebagai salah satu negara dengan jumlah penjualan produk otomotif yang terbesar di Dunia, Indonesia memang belum mempunyai brand merk kendaran nasional baik motor ataupun mobil yang cukup kuat atau penjualannya berhasil, semua proyek mobi/motor nasional gagal, hanya menjadi lip service sebagai bahan jualan politisi.
ILSV/ Indonesian Light Strike Vehicle
ILSV/ Indonesian Light Strike Vehicle
Hal berbeda terjadi di industri lain, sebagai salah satu contoh untuk industri pertahanan seperti pembuatan senjata dan sejenisnya, produk-produk dari BUMN PT Pindad sudah diakui dunia militer internasional. Di tengah berakhirnya program modernisasi militer MEF Tahap 1 dan saat ini sedang menuju Minimum Essential Force/MEF Tahap 2 (2015-2019) memang industri perthanan dalam negeri bisa digenjot untuk lebih berkarya, tercatat kesiapan PT PAL serta PT DI untuk ikut mengembangkan alusista dalam negeri.
Untuk kendaraan tempur atau ranpur, karya anak bangsa yang sudah dikenal adalah panser buatan Pindad seperti Anoa, dan saat ini dari perusahan swasta dalam negeri ada juga yang meluncurkan sebuah kendaraan serbu ringan/kendaraan angkut personel militer yang diberi nama ILSV/ Indonesian Light Strike Vehicle.
ILSV/ Indonesian Light Strike Vehicle
ILSV/ Indonesian Light Strike Vehicle
ILSV merupakan hasil kerjasama perusahaan lokal PT Jala Berikat Nusantara Perkasa (PT Jala) dengan PT Dirgantara Indonesia (PT DI), secara bentuk sedikit mirip dengan si legendaris Humvee buatan Amerika, harga ILSV ini dibanderol dengan harga Rp 4 Miliar/unit, tentunya belum dengan tambahan senjata, untuk spesifikasi teknis lainnya sih masih sedang tahap pencarian, soalnya mobil ini baru prototipe, untuk mesin sendiri menggunakan mesin diesel 3000CC yang masih dipasok oleh pihak ketiga.
4 
5

Proyeksi Kekuatan Militer Indonesia di Laut China Selatan


7kri
Ini adalah 7 kapal perang yang dikirim Indonesia ke Laut Natuna yang berbatasan langsung dengan wilayah sengketa, Laut China Selatan.  Kapal yang dikirim tampak beberapa jenis yang saling melengkapi. Ada kapal angkut Landing Dock Helikopter, Kapal anti-anti kapal selam di kiri dan kanan, serta kapal anti kapal permukaan. Tentu dalam formasi seperti ini, akan ada kapal selam yang berlayar di bawahnya. Mungkin warjager, bisa melengkapi cerita tentang jenis dan formasi kapal perang Indonesia ini.
Indonesia juga mengerahkan sejumlah jet tempur F-16 dan Hawk ke Laut Natuna. Hawk tampaknya diposisikan sebagai pesawat pengintai dan air covering untuk armada kapal perang ini, sementara F-16 akan bertugas sebagai elemen pemukul.
Adalah hal yang menarik mengapa TNI memilih F-16 di medan ini dan bukan Sukhoi 27/30. Tampaknya ancaman yang dianggap serius di  sini adalah armada China yang juga memiliki pesawat tempur Sukhoi dari Rusia, Untuk itu anti-dot nya, TNI memasang F-16, yang China tidak paham detil dari manuver pesawat ini.
Mungkin kalau yang dihadapi Australia, Indonesia akan memajukan Sukhoi SU27/30, yang Australia tidak paham detil dari kemampuan Sukhoi.  Jika asumsi ini benar, maka kemungkinan TNI AU ke depannya akan membeli juga F-16 Viper, atau dari blok barat lainnya, sebagai anti-dot dari pesawat tempur China alias Tiongkok. Jika tidak membeli Viper, kemungkinan TNI AU akan mengandalkan upgrade F-16 block 25ID, yang kini sedang proses pengiriman ke Indonesia. Sementara SU-35, akan bertugas jika berhadapan dengan armada pesawat tempur Australia, Singapura dan Malaysia. Untuk skenario di Laut China Selatan, SU 27/30 bisa menjadi back up bagi F-15 (reserve).
f-16 lcs
Hari senin kemarin Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan akan meminta penambahan alutsista karena situasi di Laut China Selatan memanas. Pernyataan ini diperkuat oleh Komandan Korpaskhas, bahwa mereka akan konsentrasi membeli pertahanan udara berbasis rudal. Dengan demikian patut diduga, di pulau Natuna ke depannya, akan dipasang sistem pertahanan udara jarak menegah/ jauh, untuk supremasi udara di wilayah itu, sekaligus melindungi armada TNI AL yang nantinya akan berjaga di sana. Jika tidak ada pertahanan udara jarak menengah/ jauh, akan berbahaya sekali bagi armada TNI AL yang ada di sana, karena rata rata sistem pertahanan kapal perang Indonesia masih berjarak pendek.
TNI AL juga akan membeli 6 kapal selam Kilo dan Amur yang diduga akan dijadikan anti-akses bagi armada lawan yang mencoba-coba masuk ke laut Natuna.  Indonesia juga sedang membeli helikopter Apache dan Chinok.  Menteri Pertahanan yang lalu mengatakan, Apache akan ditempatkan di Natuna, sebagai tank-killer, jika ada lapis baja musuh yang coba mendarat. Sementara Chinook bisa mendeploy pasukan dengan cepat, untuk pergerakan pasukan.
Indonesia yang tadinya tampak pasif dan seperti gadis manis, kini mulai menunjukkan jati diri dan mulai  serius dalam menjaga wilayah di Laut China Selatan

Indonesia Kirim Jet Tempur, Amankan Wilayahnya di Laut China Selatan


F-16 TNI AU (Photo: @Didik)
F-16 TNI AU (Photo: @Didik)
Konflik di Laut China Selatan semakin memanas seiring dibangunnya pangkalan militer China di sana. Untuk mengantisipasi segala kemungkinan, TNI AU Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru meningkatkan intensitas berpatroli di wilayah perbatasan Indonesia.
“Situasi di Laut China Selatan semakin memanas, dan Indonesia perlu hadir di sana. Makanya dilakukan Operasi Baruna Nusantara,” kata Komandan Lanud Roesdin Nurjadin Pekanbaru, Riau, Marsma TNI Henri Alfiandi, Selasa (10/11).
Bahkan tahun depan Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru akan lebih meningkatkan intensitas patroli perbatasan. Saat ini segala sarana dan pra sarana sedang dipersiapkan.
“Sarana dan prasarana sudah dipersiapkan. Itu yang patroli adalah Pesawat Hawk dan F-16,” jelas Hendri.
Tidak hanya Lanud Roesmin Nurjadin saja, Operasi Baruna Nusantara juga dilakukan TNI AU di Kalimantan, serta dari Halim Perdanakusuma Jakarta. Menurut Henri, ini dilakukan untuk menjaga udara Indonesia dari sejumlah negara yang sedang bersengketa di kawasan tersebut. Bahkan, Amerika Serikat mulai mengintip aktivitas para militer negeri Tirai Bambu tersebut.
F-16 TNI AU (Photo: @Didik)
F-16 TNI AU (Photo: @Didik)
Konflik di Laut China Selatan semakin memanas seiring dibangunnya pangkalan militer China di sana. Untuk mengantisipasi segala kemungkinan, TNI AU Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru meningkatkan intensitas berpatroli di wilayah perbatasan Indonesia.
“Situasi di Laut China Selatan semakin memanas, dan Indonesia perlu hadir di sana. Makanya dilakukan Operasi Baruna Nusantara,” kata Komandan Lanud Roesdin Nurjadin Pekanbaru, Riau, Marsma TNI Henri Alfiandi, Selasa (10/11).
Bahkan tahun depan Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru akan lebih meningkatkan intensitas patroli perbatasan. Saat ini segala sarana dan pra sarana sedang dipersiapkan.
“Sarana dan prasarana sudah dipersiapkan. Itu yang patroli adalah Pesawat Hawk dan F-16,” jelas Hendri.
Tidak hanya Lanud Roesmin Nurjadin saja, Operasi Baruna Nusantara juga dilakukan TNI AU di Kalimantan, serta dari Halim Perdanakusuma Jakarta. Menurut Henri, ini dilakukan untuk menjaga udara Indonesia dari sejumlah negara yang sedang bersengketa di kawasan tersebut. Bahkan, Amerika Serikat mulai mengintip aktivitas para militer negeri Tirai Bambu tersebut.
Perlu diketahui, China sempat mengajak TNI untuk latihan bersama, namun Panglima TNI Jendral Gatoto secara terang-terangan menolak ajakan tersebut. Beberapa waktu lalu, China mulai mengusik Laut China Selatan, hingga ke perbatasan wilayah Indonesia.
Tak ayal, ini membuat TNI mengirimkan armada tempur ke Kepulauan Natuna, Kepulauan Riau (Kepri). TNI mengirimkan 7 kapal perang untuk menjaga kedaulatan NKRI dari ancaman China, ditambah dengan patroli pesawat tempur TNI AU.
Merdeka.com