Sabtu, 21 November 2015

Industri Manufaktur dan Kemandirian Alutsista


anoa
Bila Indonesia mau mempercepat kemandirian alutsista, mau tidak mau industri manufaktur di negeri ini harus digenjot ke tingkat yang lebih tinggi. Untuk mendapatkan penduduk yang bekerja banyak di industri manufaktur dibutuhkan skill / keahlian penduduk yang lebih tinggi. Dan untuk mendapatkan skill tersebut, pemerintah harus meningkatkan pendidikan rakyat Indonesia.
Jangan heran, jika militer Thailand mulai banyak membangun peralatan alutsista, upgrade alutsista di dalam negeri, mulai dari MLRS, IFV 8×8, Tank, Air Defence dan sebagainya. Hal itu bisa mereka lakukan karena industri manufaktur di negeri itu telah meningkat. Itu artinya, skill penduduk Thailand sudah jauh lebih baik.
Dengan adanya skill yang lebih baik, maka produktivitas dalam negeri akan meningkat. Dan hal ini juga akan terkait dengan neraca eksport impor. Semakin banyak barang manufaktur yang bisa diimpor Thailand, maka semakin kuat, mata uang negeri itu terhadap asing.
Sekarang, mari kita lihat dan bandingkan bagaimana perkembangan industri manufaktur Indonesia dibandingkan Thailand khususnya dan juga dibandingkan Malaysia.
Berikut ini artikel otomotif.kompas :

Industri Komponen Nasional Jauh Tertinggal Thailand dan Malaysia

MLRS DT-1 Thailand
MLRS DT-1 Thailand
Rivalitas Indonesia dengan Thailand menjadi negara otomotif terbesar di Asia Tenggara membawa semangat besar mengembangkan potensi dalam negeri.
Bila mau Indonesia bukan hanya saingan sebagai pasar otomotif tapi juga basis produksi, maka sudah saatnya kita membenahi industri komponen. Area itu ada di hulu, jadi perannya vital untuk kelangsungan siklus produksi.
Menurut Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo), basis pemasok komponen Indonesia masih masih lemah bila dibandingkan dengan Thailand dan Malaysia. Dari data yang dibeberkan Gaikindo, Thailand memiliki 1.965 pemasok sedangkan Indonesia hanya 709 pemasok.
Kapasitas total produksi Thailand mencapai 2,5 juta kendaraan, sedangkan Indonesia 1,2 juta unit.
Bila disandingkan dengan Malaysia, Indonesia kurang proporsional. Malaysia memiliki kapasitas produksi 720.000 unit per tahun yang didukung 480 pemasok komponen.
Masalah dan solusi
I Made Dana Tangkas, Ketua Pengembangan Industri Otomotif Gaikindo mengatakan, ada empat hal yang harus didukung untuk mengembangkan industri komponen, yaitu regulasi dan insentif, transfer teknologi, infrastruktur, dan Sumber Daya Manusia (SDM).
Diskusi terkait kendala itu telah diungkap saat Forum Group Discussion (FGD) digelar di Kementerian Perindustrian, Kamis (19/11/2015). Gaikindo mengharapkan bantuan semua pihak untuk mengejar cita-cita.
“Ujung-ujungnya produk kita bisa bersaing. Tidak hanya pasar, tapi basis produksi. Produk kita bisa, ujar Dana. (otomotif.kompas.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar