Sabtu, 21 November 2015

Industri Manufaktur dan Kemandirian Alutsista


anoa
Bila Indonesia mau mempercepat kemandirian alutsista, mau tidak mau industri manufaktur di negeri ini harus digenjot ke tingkat yang lebih tinggi. Untuk mendapatkan penduduk yang bekerja banyak di industri manufaktur dibutuhkan skill / keahlian penduduk yang lebih tinggi. Dan untuk mendapatkan skill tersebut, pemerintah harus meningkatkan pendidikan rakyat Indonesia.
Jangan heran, jika militer Thailand mulai banyak membangun peralatan alutsista, upgrade alutsista di dalam negeri, mulai dari MLRS, IFV 8×8, Tank, Air Defence dan sebagainya. Hal itu bisa mereka lakukan karena industri manufaktur di negeri itu telah meningkat. Itu artinya, skill penduduk Thailand sudah jauh lebih baik.
Dengan adanya skill yang lebih baik, maka produktivitas dalam negeri akan meningkat. Dan hal ini juga akan terkait dengan neraca eksport impor. Semakin banyak barang manufaktur yang bisa diimpor Thailand, maka semakin kuat, mata uang negeri itu terhadap asing.
Sekarang, mari kita lihat dan bandingkan bagaimana perkembangan industri manufaktur Indonesia dibandingkan Thailand khususnya dan juga dibandingkan Malaysia.
Berikut ini artikel otomotif.kompas :

Industri Komponen Nasional Jauh Tertinggal Thailand dan Malaysia

MLRS DT-1 Thailand
MLRS DT-1 Thailand
Rivalitas Indonesia dengan Thailand menjadi negara otomotif terbesar di Asia Tenggara membawa semangat besar mengembangkan potensi dalam negeri.
Bila mau Indonesia bukan hanya saingan sebagai pasar otomotif tapi juga basis produksi, maka sudah saatnya kita membenahi industri komponen. Area itu ada di hulu, jadi perannya vital untuk kelangsungan siklus produksi.
Menurut Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo), basis pemasok komponen Indonesia masih masih lemah bila dibandingkan dengan Thailand dan Malaysia. Dari data yang dibeberkan Gaikindo, Thailand memiliki 1.965 pemasok sedangkan Indonesia hanya 709 pemasok.
Kapasitas total produksi Thailand mencapai 2,5 juta kendaraan, sedangkan Indonesia 1,2 juta unit.
Bila disandingkan dengan Malaysia, Indonesia kurang proporsional. Malaysia memiliki kapasitas produksi 720.000 unit per tahun yang didukung 480 pemasok komponen.
Masalah dan solusi
I Made Dana Tangkas, Ketua Pengembangan Industri Otomotif Gaikindo mengatakan, ada empat hal yang harus didukung untuk mengembangkan industri komponen, yaitu regulasi dan insentif, transfer teknologi, infrastruktur, dan Sumber Daya Manusia (SDM).
Diskusi terkait kendala itu telah diungkap saat Forum Group Discussion (FGD) digelar di Kementerian Perindustrian, Kamis (19/11/2015). Gaikindo mengharapkan bantuan semua pihak untuk mengejar cita-cita.
“Ujung-ujungnya produk kita bisa bersaing. Tidak hanya pasar, tapi basis produksi. Produk kita bisa, ujar Dana. (otomotif.kompas.com)

Penyuplai Teknologi Inti yang Dibutuhkan Pesawat KFX/IFX Militer


kfx_2012_c200
Banyak spekulasi dan sumber yang dikaburkan terkait akses informasi terhadap perkembangan program pesawat next generation nasional Korea Selatan.  Sayangnya hal itu terungkap saat Departemen Luar Negeri AS mengendus keterlibatan “PIHAK KETIGA” yang terlalu dalam daripada “PORSI YANG SEHARUSNYA” dan dengan tegas menolak untuk menyetujui transfer pada empat dari 25 teknologi yang dibutuhkan F-33.
Di tengah kontroversi yang berkembang, kepala DAPA Chang Myoung-jin bertemu dengan Presiden Park Geun-hye dan menjelaskan bagaimana lembaga R&D akan tetap terus menopang  proyek ini. Informasi yang ada menunjukkan Dapa akan menebus empat teknologi yang ditolak untuk diberikan oleh AS kepada Korsel.  Empat Teknologi penting dari pesawat siluman KFX/IFX yaiut sebuah Aesa radar, electronics optics dan piranti pencari dan pemindai infra merah, targeting pod and radio frequency jammer, yang akan dibangun kembali oleh perusahaan militer lokal dengan bantuan teknis dari Inggris Israel dan Swedia.
Park dilaporkan memerintahkan Chang untuk “mengelola proyek secara menyeluruh sehingga dapat meredam kekhawatiran publik.” Kantor berita domestik menafsirkan bahwa pernyataan ini menunjukkan dukungan baru presiden untuk kelanjutan proyek meskipun terjadi kemunduran baru-baru ini.
Pesawat tempur kerjasama Indonesia dengan Korsel yang diberi nama Korea Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX) merupakan jenis pesawat tempur generasi 4.5 namun akan lebih canggih dari pesawat F-16 dan akan sejajar dengan pesawat tempur siluman F-22 dan F-35. Pesawat siluman Indonesia akan mengudara
dan masuk ke produksi secara massal pada tahun 2020.

Lalu

Lalu

“Kim menambahkan bahwa KF-X tidak akan memiliki fungsi sepenuhnya sebagai pesawat siluman, tetapi hanya berteknologi
mengurangi jejak radar cross section (RCS)”
“Kami sudah menduganya, karena itu kami sudah punya jalan keluarnya. Hal ini tidak bisa berhenti sampai di sini. Ini adalah pertaruhan kita untuk memiliki kekuatan udara sendiri”
“1 skuadron, kami masih mempertimbangkan alih teknologi yang anda inginkan. Tapi, bila anda meminta 2 skuadron seperti cina, .. maka akan lain ceritanya.
We introduce,
The heavyweight high power KNIRTI SAP-14
Support Jammer ECM pod is a Russian analogue to the US ALQ-99E pod carried on the EA-6B Prowler and EA-18G Growler. It was developed for Flanker family aircraft and is carried on a large centreline pylon . To date little has been disclosed about this design, but it has been observed on the
Su-30MK Flanker G/H and Su-34 Fullback. It operates between 1 GHz and 4 GHz
The KNIRTI SAP-518 ECM pod is a new technology replacement for the established L005 Sorbstiya series wingtip ECM pods. It operates
between 5 GHz and 18 GHz
The UOMZ Sapsan E Electro-Optical Targeting System pod is likely to be offered as an alternative to the licenced French Thales Damocles targeting pod adalah 1 dari teknologi yang di butuhkan /IFX
KnAAPO IRST
Su-35 EO juga adalah salah satu teknologi dari 4 toknologi yang di butuhkan IFX.
Note:
Ada yang masih berkata ” F-35 adalah.. bla..bla.. dan bla..”
Jika msh ada, maka saya akan jawab…
“Kamu punya teknologi barat, kami sadar hal itu. Kamu memberi kami senjata yang kamu kenal dengan baik, kemampuannya, ketajamannya, ketahanannya. Karena itu kami berpikir unuk membuat sebuah pesawat di mana 2 keunggulan antara timur dan barat disatukan, maka saat kamu berpikir kamu berhadapan dengan sebuah teknologi F-16 maka kamu akan terlambat menyadari kamu sudah dijatuhkan oleh sebuah teknologi su-35”.
Ini jalan kami untuk lepas dari sistem yang kamu tetapkan, setidaknya kami memberontak dengan sikap yang anggun. Jadi, kamu tak punya alasan untuk melakukan apa-apa terhadap kedaulatan kami.
Oleh: B Stepanus

Negosiasi Jet Tempur KF-X Memasuki Tahap Akhir Internasional,

 
kfx
Korea Selatan mengaku telah dalam tahap akhir negosiasi dengan Indonesia tentang kemitraan pada program pengembangan jet tempur KF-X dan hasil dari negosiasi ini kemungkinan akan dicapai minggu depan.
“[Negosiasi bilateral] dalam tahap penyelesaikan,” kata Kim Si-cheol, juru bicara Defense Acquisition Program Administration (DAPA) pada konferensi pers Kamis 19 November 2015 dan dikutip defensenews.in. “Hasilnya mungkin akan ada awal minggu depan.”
ndonesia sebelumnya telah sepakat dengan Korea Selatan untuk menanggung 20 persen dari biaya untuk Korea Fighter Experimental (KF-X) yang di Indonesia disebut Indonesia Fighter Experimental (IF-X). Dengan investasi tersebut, Indonesia akan membawa pulang 50 pesawat baru.
Negosiasi terbaru akan menentukan secara spesifik dari kemitraan termasuk persyaratan keuangan dan tanggung jawab lainnya. Setelah kesepakatan didapat DAPA berencana untuk memulai proyek.
Proyek ini telah terhenti setelah AS menolak untuk menyetujui transfer empat teknologi utama yang dimiliki Lockheed Martin. Empat teknologi yang radar active electronically scaned array (AESA), Infra Red Search and Track (IRST), electronic optics targeting pod (EOTGP) dan radio frequency (RF) jammer. Empat teknologi merupakan bagian dari 25 teknologi penerbangan yang AS tawarkan sebagai kompensasi keputusan Korea Selatan untuk membeli 40 jet F-35 Lightning II tahun lalu.
Untuk transfer 21 teknologi Korea Selatan saat ini sedang dalam diskusi dengan Lockheed, kata Kim.

Tahun 2016, TNI AU Punya Pangkalan Udara ‘Pearl Harbor’


Pangkalan TNI AU Ranai, Natuna
Pangkalan TNI AU Ranai, Natuna
Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Agus Supriatna mengatakan pangkalan udara TNI AU Natuna dirancang untuk menjadi pangkalan militer terpadu.
“Kami memang bercita-cita membangun Pangkalan Udara TNI AU Natuna menjadi pangkalan militer terpadu, menjadi Pearl Harbor-nya Indonesia,” kata Agus di Karanganyar, Jawa Tengah, Jumat, 20 November 2015.
Menurut Agus, Pearl Harbor merupakan pangkalan militer Amerika Serikat terbesar di Kepulauan Hawaii. Sedangkan, Pangkalan Udara TNI AU Natuna kini tipenya masih C dan akan ditingkatkan menjadi tipe B, yang dikomandani seorang kolonel.
Untuk saat ini, kata Agus, Kementerian Pertahanan menurunkan lebih dari Rp 200 miliar sebagai dana penguatan Pangkalan Udara TNI AU Natuna dan diharapkan sudah selesai pada 2016.
Pangkalan Udara TNI AU Natuna diperkuat karena perairan di sana jalur pelayaran strategis dan juga untuk memantau keamanan di perbatasan Indonesia dengan negara-negara lain. “Jika ada negara lain yang saling mengklaim, tapi Indonesia berdiri di wilayah itu sebagai pihak ketiga, akan ikut menjaga keamanan,” katanya.

Pearl Harbour di Pulau Oahu, Kepulauan Hawaii, Amerika Serikat, berada sangat jauh dari tanah induk Amerika Serikat. Pulau Natuna juga berada di tepi Laut Cina Selatan, yang dalam beberapa tahun terakhir makin menghangat sejalan klaim sepihak Cina atas hampir seluruh perairan itu.
Jadilah Pulau Natuna dan Kepulauan Natuna menjadi pagar penting bangsa ini menghadapi berbagai dampak dinamika di Laut Cina Selatan.

F-16 Dan Dilema Embargo


TNI-AU-F-16C-TS-1637
F-16C Block 52 ID dengan nomor ekor TS-1637 milik Indonesia (foto: KUTV 2News)
Pilot dan pesawat tempur di Pangkalan Angkatan Udara Hill siap kapan saja ditugaskan untuk bertempur, tetapi Anda mungkin akan terkejut bahwa di pangkalan ini pesawat F-16 juga disiapkan bertempur untuk negara lain.
Dari Pakistan ke Polandia, dari Thailand ke Oman, dari Bahrain hingga Singapura, 24 negara telah membeli jet tempur F-16 dari Amerika Serikat.
“Hari ini kita telah melihat banyak negara yang berminat untuk membeli F-16,” kata Greg Brown, Wakil Direktur Program F-16, yang memiliki wilayah kerja di pangkalan angkatan udara Hill dan Wright-Patterson di Ohio.
Di landasan, dari dalam hanggar di pangkalan Hill pekan lalu, ditampilkan pesawat tempur F-16 untuk Indonesia, yang telah membeli lebih dari dua puluh pesawat, dengan harga yang dilaporkan di kisaran $ 700 juta.
“Tergantung spesifikasinya, apakah itu F-16 baru, pesawat bisa seharga antara $ 60-70 juta,” kata Pamela Lee, Kepala Cabang Internasional F-16.
F-16 telah dijual ke negara-negara yang stabil dan demokratis seperti Belgia, Denmark dan Norwegia. Tapi F-16 juga telah dijual ke negara yang dilanda kekerasan dan kekacauan politik.
F-16 baru saja dijual ke Irak, di mana ISIS masih mengontrol sebagian besar kota, Irak mungkin akan mendapatkan 36 pesawat tempur F-16. Pada bulan September, Irak dilaporkan telah menggunakan F-16 untuk menjatuhkan bom pada sasaran ISIS.
F-16 juga telah dijual ke Mesir, dimana masih ada protes, pergolakan politik, dan kudeta, meskipun Departemen Luar Negeri kemarin pernah menghentikan penjualan F-16 selama dua tahun.
Tapi apa yang menjadi jaminan bahwa pesawat militer Amerika tidak akan jatuh ke tangan musuh?
Dalam wawancara di Hill dengan juru bicara Departemen Luar Negeri, terungkap bahwa pembeli harus menyetujui pemantauan penggunaan F-16 dari AS, dan F-16 juga tidak dapat dijual kembali tanpa persetujuan AS. Apabila dilanggar Amerika Serikat dapat menghentikan dukungan teknis dan suku cadangnya.
Dia mengatakan penjualan F-16 berarti negara pembeli bersedia bersama-sama berbagi beban menjaga keamanan global.
Pesawat tempur bagaimanapun juga pernah jatuh ke tangan musuh. Pada 1970-an, Iran berbalik dari negara sahabat menjadi musuh.
Iran mungkin masih memiliki pesawat tempur F-4, F-5 dan F-14 yang mungkin berasal dai pangkalan Hill.
kutv

Cina Akui Hak Penuh RI atas Natuna di Laut Cina Selatan


KRI Sutedi Sena
KRI Sutedi Sena di Natuna
Jakarta -Pemerintah Cina akhirnya memberikan pernyataan resmi mengakui hak penuh Indonesia atas Kepulauan Natuna di Laut Cina Selatan. Wilayah ini telah memicu ketegangan sejak beberapa waktu, ketika Cina mereklamasi dan memperluas pulau-pulau kecil Mischief Reef dan Pulau Subi sebagai bagian Kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan.
Kepulauan Natuna, yang berada di antara ujung barat laut Indonesia di Kalimantan dan ujung selatan Vietnam, memiliki sekitar 270 pulau yang menjadi bagian Provinsi Kepulauan Riau Indonesia dengan 70 ribu penduduk.
Pada 12 November, Cina mengejutkan negara-negara di kawasan itu dengan mengeluarkan pernyataan publik mengenai Kepulauan Natuna. Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hong Lei, Indonesia tidak memiliki klaim teritorial ke China atas Kepulauan Spratly. “Pihak China tidak keberatan atas kedaulatan Indonesia di Kepulauan Natuna,” kata Hong Lei seperti dikutip Washington Times kemarin, Jumat 20 November 2015.
Pernyataan Cina ini penting meskipun Kepulauan Natuna berada di luar garis klaim Cina dalam Nine Dash Line yang mengklaim hampir semua wilayah Laut Cina Selatan dan zona ekonomi eksklusif (ZEE) dalam garis tersebut. Ini berarti ada pengakuan Cina terhadap legitimasi Indonesia atas ZEE yang berada dalam garis imajiner wilayah yang diklaim Cina.
7kri
7 KR Patroli di Natuna
Pernyataan Cina ini cukup mengagetkan karena Cina selama ini tidak ingin menunjukkan kelemahannya pada negara-negara yang menantang klaim maritimnya di Laut Cina Selatan. Kegagalan pemerintah Cina mengklarifikasi klaim Indonesia atas Kepulauan Natuna dan ZEE terletak pada akar kecemasan yang dirasakan oleh Jakarta selama beberapa dekade terakhir.
Pemerintah Indonesia menggunakan jalur diplomasi dengan Cina mengenai Natuna. Indonesia, sebagai negara terbesar ASEAN bersama empat negara ASEAN lain (Filipina, Vietnam, Malaysia dan Brunei) membantah klaim maritim CinaPemerintah Indonesia sebelumnya mengatakan mereka menerima jaminan dari Cina karena kedua negara tidak memiliki sengketa dalam wilayah tersebut. Cina tidak membantah kedaulatan Indonesia atas Kepulauan Natuna. Akan tetapi, pemerintah Cina sengaja menghindari diskusi publik terkait isu ZEE, yang memicu keraguan pemerintah Indonesia. Beberapa pengamat berpendapat Cina menggunakan strategi Fabian kepada Indonesia sehingga masalah ZEE seolah menguap.
Indonesia tidak sabar dengan sikap ambigu pemerintah Cina terkait ZEE. Cina memulai proyek reklamasi untuk merebut kawasan di sekitar Spratly. Ini memicu kemarahan, tidak hanya Vietnam dan Filipina, tetapi juga Jepang, Australia, Amerika Serikat, dan Indonesia. Perairan Kepulauan Natuna berpotensi konflik dan melibatkan angkatan laut dari beberapa negara di dunia.
Tempo.co / WASHINGTON TIMES

Indonesia Harus Menyiapkan $ 2 Milyar Untuk Project KF-X


033b5-kfx_heraldcorp
Korea Selatan dan Indonesia membahas hal keuangan dan tanggung jawab terkait kemitraan untuk menghasilkan project Korea Fighter Experimental (KFX).
Korea Selatan saat ini berada pada “tahap akhir” negosiasi dengan Indonesia untuk pengembangan program jet tempur dan hasilnya mungkin akan datang awal minggu depan.
Kim Si-cheol, juru bicara Defense Acquisition Program Administration (DAPA) mengatakan pada konferensi pers bahwa “hasilnya mungkin awal minggu depan.”
Indonesia dan Korea Selatan menandatangani perjanjian awal bulan lalu di mana Indonesia akan menanggung 20 persen total biaya pembangunan untuk proyek KF-X dengan imbalan 50 pesawat.
Proyek ini diharapkan sudah menghasilkan pesawat tempur pada tahun 2025. Media Indonesia telah melaporkan sebelumnya bahwa total biaya yang ditanggung Jakarta untuk berbagi proyek KF-X adalah sekitar US $ 1,5-2 milyar.
Seoul mengikat dan meyakinkan Jakarta pada project KFX, setelah AS menolak untuk menyetujui transfer empat teknologi kunci.
Lockheed Martin sebelumnya pernah menawarkan kesepakatan 25 transfer teknologi yang diimbangi,  dengan pembelian 40 pesawat siluman F-35 Lightning II oleh Korea Selatan.Untuk transfer sisa 21 teknologi standar, Korea Selatan saat ini sedang dalam diskusi dengan perusahaan Lockheed Martin di Seoul.
defenceworld

Alutsista Baru TNI AU Tahun 2016 – 2019

Su-35 diakui Amerika sebagai jet tempur paling kuat saat ini
Su-35
Karanganyar – Pada 2016-2019 nanti banyak peralatan perang alias arsenal militer baru yang dibeli. Ini diharapkan bisa sesuai dengan skema Kekuatan Efektif Minimum Tahap II, 2014-2019, yang ditetapkan pada masa pemerintahan Presiden Susilo Yudhoyono.
Belum semua target Kekuatan Efektif Minimum ini bisa dipenuhi negara, terutama karena keterbatasan anggaran belanja militer dari negara.
Begitupun, peralatan perang yang memerlukan dana operasi dan biaya perawatan tinggi alias boros biaya menjadi salah satu pilihan utama militer Indonesia untuk dibeli.
Seusai melantik lulusan Sekolah Pembentukan Perwira TNI AU 2015 di Lapangan Dirgantara Pangkalan Udara Utama TNI AU Adi Sumarmo, Karanganyar, Jawa Tengah, Jumat, Kepala Staf TNI AU, Marsekal TNI Agus Supriatna mengungkap salah satu yang disasar adalah satu skuadron pesawat tempur pengganti F-5E/F Tiger II di Skuadron Udara 14 TNI AU.
Disebut-sebut calon penggantinya adalah Sukhoi Su-35 atau F-16 Viper. Kedua merek ini sudah lama disebut, namun sampai sekarang kontrak pembelian belum pernah ditandatangani.
Publik mencermati proses pengadaan pesawat tempur ini, baik di media massa atau media sosial.
Pasal 43 UU Nomor 16/2012 tentang Industri Pertahanan, menyatakan, sepanjang produk pertahanan dan jasa itu belum bisa diproduksi di Tanah Air, maka boleh ditunjuk langsung.
Penunjukan langsung ini bukan tanpa kewajiban berat, tapi harus dibarengi transfer teknologi (yang relevan dengan arsenal yang dibeli), imbal dagang, penyertaan industri dalam negeri, dan kandungan komponen buatan dalam negeri minimal 85 persen,
Masih ditambah kandungan produk dalam negeri sebagaimana disebut di depan itu minimal 35 persen dengan peningkatan 10 persen setiap lima tahun, dan pemberlakuan offset paling lama 18 tahun sejak UU Nomor 16/2012 ini diberlakukan.
Hal-hal inilah yang tidak pernah diungkap pabrikan kepada publik secara terbuka, demikian juga dari pemerintah padahal dana pengadaan itu semua memakai dana rakyat dari APBN.Sukhoi tipe 35,” kata Supriatna.
Selain itu, TNI AU juga akan membeli helikopter angkut, pesawat angkutan berat C-130 Hercules, dan pesawat terbang multi fungsi antara lain dapat digunakan untuk SAR serta pemadam kebakaran yang dapat membawa air hingga 15 ton.
“Kami juga akan menambah pemasangan alat radar untuk menjaga kedaulatan wilayah Negara Kesatuan republik Indonesia. Pada 2016-2019 banyak peralatan akan dibeli dan kondisi baru dan lengkap,” kata dia.
Menyinggung soal helikopter untuk VVIP, Supriatna mengatakan rencana sesuai anggaran akan membeli tiga unit helikopter kepresidenan, yang juga dipergunakan untuk transportasi tamu negara.
Tentang ini, disebut-sebut Agusta-Westland AW-101 Merlin yang dipilih –juga proses tender tidak diungkap kepada publik– untuk menggantikan NAS-332 Super Puma buatan PT Dirgantara Indonesia yang selama ini dioperasikan di Skuadron Udara 45 VVIP.
Salah satu alasan pemilihan AW-101 Merlin adalah bisa dipasangi pelampung sehingga dalam keadaan darurat bisa mendarat dan mengapung di perairan.
Padahal, NAS-332 Super Puma yang juga sudah dipesan beberapa negara dari hanggar produksinya di PT Dirgantara Indonesia di Bandung, juga dipasangi pelampung itu.
AW-101 Merlin digadang-gadang tahan peluru, sementara plat-plat baja tahan peluru bisa dipasangkan pada helikopter lain sesuai keperluan.
ANTARA News

Natuna Akan Jadi Pearl Harbor Indonesia


Pearl Harbor
Pearl Harbor
Karanganyar – Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Agus Supriatna mengatakan, Pulau Natuna di Provinsi Kepulauan Riau akan dijadikan pangkalan militer terpadu seperti “Pearl Harbor” di Indonesia.
“Kami memang bercita-cita membangun Pangkalan Udara (Lanud) Natuna menjadi pangkalan militer terpadu seperti “Pearl Harbor” Indonesia,” kata Agus usai ikuti upacara pelantikan Perwira Setukpa 2015, di Lapangan Dirgantara Lanud Adi Sumarmo Karanganyar, Jumat (20/11/2015).
Pearl Harbor merupakan pangkalan militer Amerika Serikat terbesar di Kepulauan Hawai. Sedangkan, Landasan Udara (Lanud) Natuna saat ini masih bertipe C dan akan segera ditingkatkan menjadi tipe B.
Kegiatan pembangunan Lanud Natuna sudah mulai dilakukan tahun ini. Anggaran pembangunan didapat dari Kementerian Pertahanan dengan biaya lebih dari Rp 200 miliar.
Pengembangan dilakukan karena wilayah Pulau Natuna adalah jalur pelayaran yang strategis.
Pearl Harbor
Pearl Harbor
Selain itu, wilayah itu juga dijadikan tempat untuk memantau keamanan di perbatasan Indonesia dengan negara-negara lain.
“Sehingga, jika ada negara lain yang saling mengklaim, tetapi Indonesia berdiri di wilayah itu sebagai pihak ketiga, akan ikut menjaga keamanan,” katanya.
TNI AU berharap pembangunan Lanud Natuna bisa selesai pada pertengahan 2016 dan penambahan sarana prasarana dapat digunakan dengan maksimal.
Jika pengembangan Lanud Natuna tuntas, maka Lanud tersebut akan dipimpin oleh seorang perwira berpangkat kolonel.
Namun, Kasau menjelaskan karena pembangunan menyesuaikan anggaranya, maka Lanud Pulau Natuna belum bisa benar-benar menyerupai Pearl Harbor.
Kompas.com

Coba Tebak, Tahun 2016 Yang Datang Su-35 Atau F-16V ?


Su-30_F-16_16ou9
Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Agus Supriatna mengungkapkan, pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI AU akan dimulai pada tahun 2016 hingga 2019 mendatang.
Sejumlah alutsista yang akan dibeli ialah mulai dari pesawat F-16, Sukhoi-35, dan pesawat pemadam kebakaran Beriev BE-200.
“Pembelian alat-alat sistem persenjataan TNI AU yang lebih modern dibanding sekarang dimulai tahun depan hingga 2019,” kata Agus seusai mengikuti upacara pelantikan lulusan Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa) 2015 di Lapangan Dirgantara Lanud Adi Soemarmo, Karanganyar, Jumat (20/11/2015).
Menurut dia, sejumlah pembelian pesawat yang sudah dianggarkan selama tiga tahun mendatang adalah F-16 dari Amerika Serikat atau Sukhoi-35 dari Rusia. Kedua jenis pesawat itu ditujukan untuk mengganti jenis pesawat F-5.
Selain itu, TNI AU juga akan membeli helikopter angkut dan pesawat angkutan berat seperti Hercules. Pesawat terbang multifungsi juga akan dibeli untuk digunakan dalam kegiatan SAR dan bencana, seperti Beriev BE-200, yang mampu membawa muatan hingga 15 ton untuk memadamkan kebakaran.
“Kami juga akan menambah pemasangan alat radar untuk menjaga kedaulatan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pada 2016-2019, banyak peralatan yang akan dibeli dengan kondisi baru dan lengkap,” tutur jenderal bintang empat ini.
kompas

Selasa, 10 November 2015

Indonesian Light Strike Vehicle


ILSV-PT Jala Indonesia
Sebagai salah satu negara dengan jumlah penjualan produk otomotif yang terbesar di Dunia, Indonesia memang belum mempunyai brand merk kendaran nasional baik motor ataupun mobil yang cukup kuat atau penjualannya berhasil, semua proyek mobi/motor nasional gagal, hanya menjadi lip service sebagai bahan jualan politisi.
ILSV/ Indonesian Light Strike Vehicle
ILSV/ Indonesian Light Strike Vehicle
Hal berbeda terjadi di industri lain, sebagai salah satu contoh untuk industri pertahanan seperti pembuatan senjata dan sejenisnya, produk-produk dari BUMN PT Pindad sudah diakui dunia militer internasional. Di tengah berakhirnya program modernisasi militer MEF Tahap 1 dan saat ini sedang menuju Minimum Essential Force/MEF Tahap 2 (2015-2019) memang industri perthanan dalam negeri bisa digenjot untuk lebih berkarya, tercatat kesiapan PT PAL serta PT DI untuk ikut mengembangkan alusista dalam negeri.
Untuk kendaraan tempur atau ranpur, karya anak bangsa yang sudah dikenal adalah panser buatan Pindad seperti Anoa, dan saat ini dari perusahan swasta dalam negeri ada juga yang meluncurkan sebuah kendaraan serbu ringan/kendaraan angkut personel militer yang diberi nama ILSV/ Indonesian Light Strike Vehicle.
ILSV/ Indonesian Light Strike Vehicle
ILSV/ Indonesian Light Strike Vehicle
ILSV merupakan hasil kerjasama perusahaan lokal PT Jala Berikat Nusantara Perkasa (PT Jala) dengan PT Dirgantara Indonesia (PT DI), secara bentuk sedikit mirip dengan si legendaris Humvee buatan Amerika, harga ILSV ini dibanderol dengan harga Rp 4 Miliar/unit, tentunya belum dengan tambahan senjata, untuk spesifikasi teknis lainnya sih masih sedang tahap pencarian, soalnya mobil ini baru prototipe, untuk mesin sendiri menggunakan mesin diesel 3000CC yang masih dipasok oleh pihak ketiga.
4 
5

Proyeksi Kekuatan Militer Indonesia di Laut China Selatan


7kri
Ini adalah 7 kapal perang yang dikirim Indonesia ke Laut Natuna yang berbatasan langsung dengan wilayah sengketa, Laut China Selatan.  Kapal yang dikirim tampak beberapa jenis yang saling melengkapi. Ada kapal angkut Landing Dock Helikopter, Kapal anti-anti kapal selam di kiri dan kanan, serta kapal anti kapal permukaan. Tentu dalam formasi seperti ini, akan ada kapal selam yang berlayar di bawahnya. Mungkin warjager, bisa melengkapi cerita tentang jenis dan formasi kapal perang Indonesia ini.
Indonesia juga mengerahkan sejumlah jet tempur F-16 dan Hawk ke Laut Natuna. Hawk tampaknya diposisikan sebagai pesawat pengintai dan air covering untuk armada kapal perang ini, sementara F-16 akan bertugas sebagai elemen pemukul.
Adalah hal yang menarik mengapa TNI memilih F-16 di medan ini dan bukan Sukhoi 27/30. Tampaknya ancaman yang dianggap serius di  sini adalah armada China yang juga memiliki pesawat tempur Sukhoi dari Rusia, Untuk itu anti-dot nya, TNI memasang F-16, yang China tidak paham detil dari manuver pesawat ini.
Mungkin kalau yang dihadapi Australia, Indonesia akan memajukan Sukhoi SU27/30, yang Australia tidak paham detil dari kemampuan Sukhoi.  Jika asumsi ini benar, maka kemungkinan TNI AU ke depannya akan membeli juga F-16 Viper, atau dari blok barat lainnya, sebagai anti-dot dari pesawat tempur China alias Tiongkok. Jika tidak membeli Viper, kemungkinan TNI AU akan mengandalkan upgrade F-16 block 25ID, yang kini sedang proses pengiriman ke Indonesia. Sementara SU-35, akan bertugas jika berhadapan dengan armada pesawat tempur Australia, Singapura dan Malaysia. Untuk skenario di Laut China Selatan, SU 27/30 bisa menjadi back up bagi F-15 (reserve).
f-16 lcs
Hari senin kemarin Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan akan meminta penambahan alutsista karena situasi di Laut China Selatan memanas. Pernyataan ini diperkuat oleh Komandan Korpaskhas, bahwa mereka akan konsentrasi membeli pertahanan udara berbasis rudal. Dengan demikian patut diduga, di pulau Natuna ke depannya, akan dipasang sistem pertahanan udara jarak menegah/ jauh, untuk supremasi udara di wilayah itu, sekaligus melindungi armada TNI AL yang nantinya akan berjaga di sana. Jika tidak ada pertahanan udara jarak menengah/ jauh, akan berbahaya sekali bagi armada TNI AL yang ada di sana, karena rata rata sistem pertahanan kapal perang Indonesia masih berjarak pendek.
TNI AL juga akan membeli 6 kapal selam Kilo dan Amur yang diduga akan dijadikan anti-akses bagi armada lawan yang mencoba-coba masuk ke laut Natuna.  Indonesia juga sedang membeli helikopter Apache dan Chinok.  Menteri Pertahanan yang lalu mengatakan, Apache akan ditempatkan di Natuna, sebagai tank-killer, jika ada lapis baja musuh yang coba mendarat. Sementara Chinook bisa mendeploy pasukan dengan cepat, untuk pergerakan pasukan.
Indonesia yang tadinya tampak pasif dan seperti gadis manis, kini mulai menunjukkan jati diri dan mulai  serius dalam menjaga wilayah di Laut China Selatan

Indonesia Kirim Jet Tempur, Amankan Wilayahnya di Laut China Selatan


F-16 TNI AU (Photo: @Didik)
F-16 TNI AU (Photo: @Didik)
Konflik di Laut China Selatan semakin memanas seiring dibangunnya pangkalan militer China di sana. Untuk mengantisipasi segala kemungkinan, TNI AU Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru meningkatkan intensitas berpatroli di wilayah perbatasan Indonesia.
“Situasi di Laut China Selatan semakin memanas, dan Indonesia perlu hadir di sana. Makanya dilakukan Operasi Baruna Nusantara,” kata Komandan Lanud Roesdin Nurjadin Pekanbaru, Riau, Marsma TNI Henri Alfiandi, Selasa (10/11).
Bahkan tahun depan Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru akan lebih meningkatkan intensitas patroli perbatasan. Saat ini segala sarana dan pra sarana sedang dipersiapkan.
“Sarana dan prasarana sudah dipersiapkan. Itu yang patroli adalah Pesawat Hawk dan F-16,” jelas Hendri.
Tidak hanya Lanud Roesmin Nurjadin saja, Operasi Baruna Nusantara juga dilakukan TNI AU di Kalimantan, serta dari Halim Perdanakusuma Jakarta. Menurut Henri, ini dilakukan untuk menjaga udara Indonesia dari sejumlah negara yang sedang bersengketa di kawasan tersebut. Bahkan, Amerika Serikat mulai mengintip aktivitas para militer negeri Tirai Bambu tersebut.
F-16 TNI AU (Photo: @Didik)
F-16 TNI AU (Photo: @Didik)
Konflik di Laut China Selatan semakin memanas seiring dibangunnya pangkalan militer China di sana. Untuk mengantisipasi segala kemungkinan, TNI AU Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru meningkatkan intensitas berpatroli di wilayah perbatasan Indonesia.
“Situasi di Laut China Selatan semakin memanas, dan Indonesia perlu hadir di sana. Makanya dilakukan Operasi Baruna Nusantara,” kata Komandan Lanud Roesdin Nurjadin Pekanbaru, Riau, Marsma TNI Henri Alfiandi, Selasa (10/11).
Bahkan tahun depan Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru akan lebih meningkatkan intensitas patroli perbatasan. Saat ini segala sarana dan pra sarana sedang dipersiapkan.
“Sarana dan prasarana sudah dipersiapkan. Itu yang patroli adalah Pesawat Hawk dan F-16,” jelas Hendri.
Tidak hanya Lanud Roesmin Nurjadin saja, Operasi Baruna Nusantara juga dilakukan TNI AU di Kalimantan, serta dari Halim Perdanakusuma Jakarta. Menurut Henri, ini dilakukan untuk menjaga udara Indonesia dari sejumlah negara yang sedang bersengketa di kawasan tersebut. Bahkan, Amerika Serikat mulai mengintip aktivitas para militer negeri Tirai Bambu tersebut.
Perlu diketahui, China sempat mengajak TNI untuk latihan bersama, namun Panglima TNI Jendral Gatoto secara terang-terangan menolak ajakan tersebut. Beberapa waktu lalu, China mulai mengusik Laut China Selatan, hingga ke perbatasan wilayah Indonesia.
Tak ayal, ini membuat TNI mengirimkan armada tempur ke Kepulauan Natuna, Kepulauan Riau (Kepri). TNI mengirimkan 7 kapal perang untuk menjaga kedaulatan NKRI dari ancaman China, ditambah dengan patroli pesawat tempur TNI AU.
Merdeka.com

Senin, 09 November 2015

Indonesia Tahap Finalisasi Kerja sama Konstruksi KF-X/IF-X

Model Pesawat KFX
PT Dirgantara Indonesia (Persero) masih bekerja menuju fase akhir kerjasama pembuatan pesawat tempur siluman multirole IF-X. PT DI akan bekerjasama dengan Defence Acquisition Program Administration (Dapa) Korea Selatan memproduksi pesawat tempur IF-X untuk Angkatan Udara Indonesia. IF-X adalah nama yang diberikan untuk versi Indonesia, sedangkan versi Korea menggunakan nama KF-X.
Ade Yuyu Wahyuana, VP Business Development & Marketing PTDI, mengatakan kepada Daily News, “Kami masih melakukan diskusi yang intensif untuk mendapatkan 30% kerjasama konstruksi, dan perjanjian kerjasama konstruksi tersebut belum ditandatangani dengan Dapa “.
“Kami melihat dua pekerjaan besar, paket engineering work package dan aircraft manufacturing untuk KF-X.” Ade melanjutkan, “Kami tidak berniat untuk menjadi produsen pesawat tempur. Kami ingin memanfaatkan teknologi yang kami peroleh dari program ini untuk program pesawat komersial kami. Prioritas utama bagi PTDI adalah memberikan pesawat tempur IF-X yang terbaik yang sesuai dengan persyaratan operasional Angkatan Udara Indonesia ”.
“Akan ada beberapa perbedaan antara KF-X Korea dan IF-X Indonesia, dan kami masih mencari cara untuk memenuhi persyaratan ini,” kata Ade. Beberapa perbedaan antara IF-X dan KF-X adalah, rem parasut untuk pendaratan, probe pengisian bahan bakar di udara, dan tangki bahan bakar cadangan untuk meningkatkan jangkauan.
KF-X dan IF-X adalah pesawat tempur siluman generasi 4,5 yang tersedia dalam konfigurasi kokpit tunggal dan tandem. Pesawat tempur memiliki desain aerodinamis canggih dan fitur siluman seperti integrated chine dan faceted fuselage, caret shape ramp intake dan a diamond Shape Wing.
KF-X /IF-X akan dilengkapi dengan radar AESA dan avionic canggih. Berkemampuan mengangkut persenjataan hingga £ 16.000 (7250 kg) pada 10 cantelan senjata disayap dan bawah badan pesawat, juga dilengkapi empat hard poin didalam badan pesawat untuk rudal AMRAAM.
Dailynews

TNI AL di antara, Kapal Selam Kilo, Lada, dan Amur

Pandangan Umum
Pemerintah melalui Kemenhan telah memtuskan untuk kembali melanjutkan rencana pembelian Kapal Selam baru  dari Rusia. Ada pun yang dipilih adalah tipe Kilo class, Amur class  atau  Lada class  yang semuanya mempunyai  kemampuan menembakan rudal  dari dalam laut  ke udara atau darat.

S
ementara jika kita lihat kembali ke  sejarah  awal,  rencana pembelian sudah dianggarkan pada tahun 2003  oleh mantan Presiden Megawati melalui kredit export dan  perkembangan selanjutnya ditindaklanjuti  oleh mantan Presiden  SBY dengan kredit export baru dari Rusia  untuk pembelian 4 unit Kilo class submarine  dan Sukhoi SU-30MK. tahun 2005-2007.

N
amun perkembangan selanjutnya tidak jelas, apakah pembelian tersebut sudah terjadi atau tidak, serta apakah telah  dilakukan  pengiriman ke pihak TNI AL atau belum. Beberapa  bocoran dan clue ada yang menyatakan  sudah dikirim dan menjadi rahasia negara yang tidak boleh dipublikasikan. Namun  ada juga menyatakan  kita hanya menyewa.

L
alu atas dasar itulah maka pemerintah kembali menyatakan akan membeli beberapa unit kapal  selam  Kilo atau Amur  dari Rusia dengan alasan “KITA SUDAH BIASA MENGUNAKAN  DAN SUDAH FAMILIAR DENGAN KAPAL SELAM DARI RUSIA”  hal  ini  mirip dengan pernyataan dari TNI AU yang menyatakan akan membeli  pesawat tempur Sukhoi dan F-16 dengan alasan sudah terbiasa mengunakannya. Jadi tidak salah jika TNI AL akan membeli kapal selam  dari Rusia  karena sudah terbiasa mengunakannya.
 
 Dalam sebuah berita dari kantor berita Rusia, ITAR-TASS menyebutkan TNI AL tertarik dan telah memesan beberapa kapal selam kelas kilo class ,lada class  dan Amur-class 1650 / amur 950 dengan VLS. Hal ini  disampaikan Direktur Rosoboronexport  sendiri. Prosesnya kita  tunggu pertemuan dengan pemerintah Indonesia  dalam waktu dekat dan kita siap memberikan apa yang diminta oleh sahabat kita Indonesia dan akan kita beri yang terbaik  untuk sahabat kami.

Ibarat   sebuah istilah yaitu  “PALUGADA” yang artinya  ” apa yang elu mau  gue ada” hal ini ditujukan  Rusia  kepada  Indonesia. Mau  cash  boleh, mau utang  boleh, mau barter  boleh. “everything you can eat” , sebuah anekdot atas gampangnya metode pembayaran yang ditawarkan oleh Rusia.
 
Sementara itu  dari Pemerintah yang diwakili oleh Kementerian Pertananan membenarkannya. Menhan Ryamizard Ryacudu pernah  menyatakan, ketertarikannya  pada kapal selam produksi  Rusia yang mampu menembak rudal dari dalam laut ke udara/daratan, serta beberapa model lainnya yang mempunyai teknologi tinggi dan menjadi idaman TNI AL. “Kita minta yang tercanggih dan barang baru” bukan  bekas. Kira kira begitu ungkapannya. Dananya sudah  kita siapkan.




 
Sumber lain dari media lokal juga membenarkan hal tersebut “Untuk rencana pengadaan kapal selam produk Rusia masih dalam tahap pengkajian. Tapi belum ada pembicaraan terkait model kapalnya  (kilo,lada atau amur)  yang akan di pilih maupun pendanaannya dan skenario pengadaannya,(pengiriman) menunggu  keputusan dari pemerintah R.I.
 
Hal ini  mungkin didasarkan atas momen gagalnya mengakuisisi (memperoleh) Kapal Selam Kilo 2 unit bekas Rusia, beberapa  waktu lalu yang saat itu delegasi dipimpin sendiri oleh Pak Ade Supandi  yang sekarang menjadi KSAL, dan alasan lain Kemenhan masih mencoba memilih milih versi apa yang akan dibeli. Yang pasti itu barang baru alias bukan bekas. Namun prosesnya  itu akan disesuaikan dengan anggaran yang ada  karena mahalnya harga kapal selam  baru  jika di banding barang bekas.

“Masih kita pelajari, yang bekas dari segi ekonomi tidak jadi pilihan. Kita bisa beli, tapi belum tentu bisa merawat, makanya kita kaji. Tapi kita sesungguhnya menginginkan itu untuk laut dalam. Tapi uang kita masih di tipe laut dangkal. Kalau ekonomi semakin membaik, diharapkan pemenuhan 12 kapal selam bisa terpenuhi,” karena kita akan beli  yang baru dan hebat karena mampu meluncurkan rudal dari dalam laut  untuk menembak kapal permukaan dan pesawat terbang. kata seorang pejabat KeMenhan  

Aspek Kawasan

M
emanasnya LCS juga mengundang kehadiran kekuatan negara negara besar seperti  Amerika, Jepang, Australia ikut bermain. Lalu hal ini dilihat pemerintah Indonesia sebagai  lampu kuning yang mengharuskan kesiapan negara pada umumnya dan TNI pada khususnya  untuk bersiap sedia payung sebelum hujan. Yang artinya bersiap sebelum pecah  konflik. Jangan sampai setelah terjadi konflik baru sibuk belanja alutsista.
  


LCS yang 99% adalah lautan adalah medan yang cocok untuk diterjunkannya kapal selam baik untuk  pengawasan ataupun patroli. Menurut pengamat militer dari Amerika Serikat, mantan  kepala staff Armada Gabungan mengatakan, perang di LCS adalah perangnya kapal selam, kapal permukaan. Jadi  siapa  yang berkuasa di laut maka akan berkuasa di LCS.

J
adi  tidak salah jika TNI AL mengingikan alusista kapal selam  yang canggih  untuk memodernisasi alusistanya. Sehingga  keinginan untuk memiliki  kapal selam canggih adalah suatu keharusan yang tidak  bisa di tunda lagi.sebelum bom  waktu  LCS meledak.

Jadi  jika  melihat  ke depannya maka  jika boleh menebak Kapal selam apa yang akan dibeli  TNI AL, maka  kemungkinan  besar  adalah  tipe  Amur class  dengan  VLS.  Hal  ini  dilihat  dari silsilah  kapal selam  itu sendiri, di mana  kapal selam Kilo merupakan  nenek  moyang  kapal selam AIP  yang sangat sunyi, yang dijuluki  NATO “black hole” dari  Rusia, lalu dari pengembangannya lahirlah Lada class dan KS Amur class -1650  / Amur -950


Tentang Amur class -1650 dan 950

Kapal Selam kelas Amur-1650 /950 adalah versi ekspor kelas Lada yang lebih canggih atau Kapal Selam Kilo modern yang telah ditingkatkan kemampuan acoustic stealth-nya, AIP, dan sistem persenjataan dengan teknologi terbaru  untuk  laut dalam
 
Amur-  class bisa bertugas pada segala cuaca. Di laut dangkal maupun dalam selama 45 hari tanpa kembali ke pangkalan.serta mampu di persenjatai dengan  rudal taktis jarak jauh dan mematikan. karena kilo atau amur dibutuhkan oleh TNI AL untuk melakukan pengamanan di laut dalam. Sementara untuk laut dangkal kita akan pakai produk yang dari Korea Selatan.

 
Melihat wilayah laut Indonesia yang 50 persen mempunyai kedalam rata-rata di bawah 100 meter, Indonesia juga memerlukan kapal selam kecil (midget). Untuk memenuhi kapal selam kecil, tim dari BPPT dan Dislitbang TNI AL telah mengembangkannya, namun  untuk mewujudkan kedalam prototipe butuh  dukungan dana dari pemerintah.

Kapal selam yang dirancang Rubin Central Design Bureau ini memiliki panjang 66,8 meter, tinggi 6,4 meter dan bisa menyelam dengan kedalaman hingga 300 meter. Kapal selam diesel ini bisa meluncurkan hingga 18 torpedo dan menembakkan rudal jelajah tipe Club-S dengan jarak 300 km.
 
Sambil menungu kedatangan  KS Rusia,  sementara TNI AL harus tetap  tabah  sampai akhir dengan KS Cakra dan Nanggala kebanggaan bangsa Indonesia.
Terimakasih
oleh : Telik Sandi

Ads by SavePass v2.2Ad Options

(Breaking News) Indonesia Telah Putuskan Pembelian Su-35


su-35-8
Indonesia tertarik tidak hanya membeli Su-35, tetapi juga membangun pusat layanan teknis di wilayahnya dan memperoleh transfer teknologi perakitan pesawat.
“Indonesia telah mengambil keputusan mengenai pembelian pesawat tempur Rusia Su-35, sekarang dibicarakan transfer teknologi perakitan pesawat”, ucap Kepala Departemen Kerja Sama Internasional Perusahaan “Rostech” Viktor Kladov kepada agensi berita RIA Novosti di pameran aviasi internasional Dubai Airshow-2015.
“Indonesia telah mengambil keputusan, apa langkah berikutnya? Tunggu saja “, kata Kladov, menjawab pertanyaan wartawan mengenai proses negosiasi pemasokan Su-35 ke Indonesia (08/11/2015).
Beliau menambahkan bahwa Indonesia tertarik tidak hanya membeli Su-35, tetapi juga membangun pusat layanan teknis di wilayahnya dan memperoleh transfer teknologi perakitan pesawat.
“Negosiasi menjadi lebih kompleks karena saat ini dibicarakan bukan hanya pemasokan Su-35, tetapi juga transfer teknologi”, tutur Kladov.
Pada bulan September Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu mengumumkan niatnya untuk menggantikan pesawat tempur F-5 Tiger milik Amerika yang usianya sudah mencapai umur empat dekade. RBTH

Kamis, 05 November 2015

Indonesia Upgrades ESM Capability




Selex offers key benefits of SAGE : (1) Single platform highly accurate geo-location enabling accurate sensor cueing at tactically significant range, (2) rapid decision making by shortening the ‘Find Fix’ element of the F2T2EA (Find, Fix, Track, Target, Engage, Assess) Timeline, (3) Identification and categorisation of complex emitters, (4) Enhanced platform survivability through advanced Radar Warning capability, (5) Data recording for further analysis and sovereign EW database creation. (photo : M Rafi Hadytama)

Finmeccanica-Selex ES has supplied its SAGE Electronic Support Measure (ESM) for integration on Indonesian Air Force CN-235 maritime patrol aircraft (MPA).

This is the first time that the system is being installed on a fixed-wing maritime patrol aircraft. Other CN-235 operators worldwide are also veing considered by Selex ES as potential customers for the ESM system.



The first SAGE 600 system was delivered to the Indonesian Air Force a short while ago and integration of the system onto an Indonesian Air Force CN-235 aircraft is being performed by US-based prime contractor Integrated Surveillance and Defence Inc.


The modified CN-235 will be used by the Indonesian Air Force for maritime patrol mission.


The system is drawing attention in the region for its ESM capability that borders on ELINT, passively collecting emitter data from RF sources and then identifying and geo-locating any threats to an aircraft.

Prior to this, the SAGE system has been in use with the UK MoD. Selex ES will also be delivering its Helicopter Integrated Defensive Aids System (HIDAS-15) with integrated SAGE ESM for the Republic of Korea Navy's Maritime Operational Helicopter (MOH) program. As part of the programme Selex ES has delivered a training programme and developing the capabilityin country, transferring the knowledge required to allow the Republic of Korea to adapt the MOH's electronic warfare systems in response to new and developing threats.

(Defense & Security 2015 Daily News)

PT. Lundin's X18 "Tank Boat" Breaks Cover




Lundin X-18 tank boat (image : Lundin)

One of the most innovative product designs being exhibited at D&S 2015 is the X18 "Tank Boat" developed by PT. Lundin (North Sea Boats) in cooperation with Pindad and CMI Defence. Also involved in the project is OIP Sensor Systems which will be responsible for the boat's sensors suite.

John Lundin from PT Lundin explained to MT that the X18 concept builds on some of the ideas of Igor Sikorsky whose company Sikorsky Aircraft developed an Assault Support Patrol Boat prototype during the Vietnam war. Armed with a 105mm gun as well as two 20mm guns, the ASPB prototype was delivered to the US Navy in 1969, too late to see operational use in Vietnam. It was subsequently used by US special forces to train for riverine warfare until 1980 when it was withdrawn from service. Lundin said that like the US forces that were deployed in Vietnam, many countries in Asia and elsewhere are in need of better boats for riverine operations. Aimed at "filling a niche in the market", the X18 appears well suited for Indonesia's military that is confronted with defending an archipelago that consists of over 17,000 islands and which understands that most populated areas are located near the country's vast network of rivers or near the coast. It is known that the heavy Leopard 2 MBTs which Indonesia has purchased from Germany cannot deal with much of the country's terrain including its ricefields or many of its bridges. Hence, PT. Lundin's decision to develop a "tank boat" that features a turret that has "almost half the weight of traditional turrets". This is where CMI Defence from Belgium comes in.

The company's lightweight Cockerill CT-CV 105HP turret that features a 105mm gun is on the one hand capable of providing direct fire support, an essential capability needed to destroy hardened positions using HESH rounds for instance when supporting an amphibibious assault. However, the lightweight turret also enables indirect fire support up to 10 km due to the gun's elevation which can reach 42 degrees. In addition, the gun can be used to launch the Cockerill Falarick 105 anti tank guided munition which is guided by SAL and which has a range of 5 km. To be manned by a crew of four, the X18 will also typically feature a Bofors Lemur RCWS with a 7.62mm machinegun and a 30mm cannon.

To be powered by two MAN 1200 HP diesel engines driving two MJP450 waterjets, the versatile "tank boat" will also be able to accommodate 20 troops and a RIB that can be used for interdiction or insertion of forces. Alternatively, it could also be used for logistics support up river or for medevac, Lundin claims. A foil assisted catamaran design with a draught of 1 m, the X18's hull material consists mainly of infused vinylester composite. "The challenge was to develop a small boat that can cope with the recoil of a 105mm gun", Lundin said. Unlike Sikorsky's steel monohull design which Lundin says was three times as heavy, the 18 m X18 will feature a gyrostabilized gun and better protection. In an effort to save weight and improve protection at the same time, Lundin says he will opt for "integrating the materials needed for ballistic protection into the boat's structural design". Meanwhile, CMI's regional director Patrick Ledig indicated during the event in Bangkok that "the (Indonesian) MoD has indicated that it wants to join the R&D project" with potential government to government sales to countries in Asia, Africa and Latin America likely to be looked into.

(Miltech)

Rabu, 04 November 2015

Boeing Tawarkan Pesawat Pengintai Maritim


pesawat-pengintai-boeing-n614ba-di-bandara-halim-perdana_20151104_112656
Boeing MSA di bandara Halim Perdanakusumah (photo : TribunNews)
Jakarta -Produsen pesawat asal Amerika Serikat, Boeing, menawarkan pesawat pengintai untuk keperluan kemaritiman kepada pemerintah Indonesia. Pesawat yang ditawarkan adalah Boeing jenis Maritime Surveillance Aircraft N614BA.
Menko Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli dan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti berkesempatan mencoba pesawat canggih tersebut pagi ini. Kedua menteri tersebut take off pukul 09.00 WIB, sempat terbang selama 1,5 jam.
rizal-ramli-dan-menteri-kelautan-dan-perikanan-susi-pudjiastuti_20151104_115319
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Rizal Ramli dan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mencoba pesawat pengintai Boeing N614 BA, Rabu (4/11/2015)
Setelah mendarat, Rizal menyatakan bahwa Indonesia memang membutuhkan pesawat pengintai semacam ini untuk menjaga sumber daya kelautan. Saat ini TNI Angkatan Udara (AU) memang sudah memiliki pesawat sejenis, tapi usianya sudah tua dan teknologinya tertinggal.
“Tadi saya bicara dengan salah satu perwira tinggi TNI AU, kita punya tapi sudah tua, sistem monitoringnya sudah tertinggal. Jadi kita perlu beli ini,” kata Rizal saat ditemui di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (4/11/2015).
Rizal meminta Boeing memberikan diskon khusus pada pemerintah Indonesia untuk pembelian pesawat ini. Jika tidak ada diskon yang memuaskan, Rizal menyatakan Indonesia tidak akan membeli dari Boeing.
“Memang diperlukan tapi tergantung deal. Kalau diskonnya nggak jelas kita nggak beli,” ujarnya.
Ia menambahkan, pembelian pesawat pengintai untuk kemaritiman akan? digunakan bersama-sama oleh berbagai kementerian dan lembaga pemerintahan supaya tidak boros anggaran.
Penggunaan kalau bisa dikoordinasikan, jangan tiap lembaga beli. Kalau bisa beli 1 tapi data dishare. Harus ada sharing penggunaan dan data supaya kedaulatan laut udara bisa ditegakkan,” tandasnya.
Sementara itu, Menteri Susi menyatakan bahwa Indonesia belum berencana membeli pesawat pengintai untuk kemaritiman di 2016. Pembelian pun masih akan dikaji, bisa saja dari produsen pesawat selain Boeing. ?
“Kita belum ada rencana untuk 2016. Pesawatnya bisa apa saja, bisa CN, bisa Bombardier. Tergantung kebutuhan, tentu yang biaya operasional lebih murah, dan sebagainya,” tutupnya.
Detik

Brazil Kirimkan Batch Ketiga Super Tucano


A29ind
Empat pesawat A-29/EMB-314 TNI AU di bandara Sao Jose dos Campos, Brazil (photo : Roberto Antenore)
Empat pesawat EMB-314/A-29 Super Tucano buatan pabrikan pesawat Embraer dari Brazil yang merupakan batch ke-3 dari pesanan 16 pesawat Super Tucano tengah dalam perjalanan ke Indonesia.
Pada tanggal 27 Oktober 2015 keempat pesawat ini masih terlihat di bandara Sao Jose dos Campos – Brazil, dan pada tanggal 1 November 2015 keempat pesawat ini sudah terlihat berada di bandara Las Palmas Airport, Gran Canaria, Spanyol.

6312-pt_zoj
Selanjutnya keempat pesawat akan meneruskan perjalanan hingga ke markas Skadron Udara 21 di lanud Abdulrachman Saleh, Malang.
Dengan kedatangan empat pesawat ini maka hingga batch ketiga sudah ada 12 pesawat Super Tucano yang diserahkan kepada TNI AU, dan masih tersisa empat pesawat lagi yang belum dikirimkan.
6312-pt_zoh
Pesawat Super Tucano di bandara Gran Canaria, Spanyol (photo : airfighter)
Super Tucano adalah pesawat yang didesain untuk melakukan serangan anti-gerilya, pengintaian, dan patroli, Pesawat ini mempunyai 5 hardpoint yang terletak di fuselage dan sayap untuk mengangkut rudal, roket atau bom hingga seberat 1,5 ton.
Defencestudies

Anggaran Kementerian Pertahanan 2016 Sebesar Rp 99,5 Triliun


4DHE8yr
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KPUPR) mendapat anggaran paling banyak dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) 2016, dengan nilai Rp104,1 triliun.
Bambang Brodjonegoro, Menteri Keuangan, mengatakan KPUPR menjadi lembaga dengan porsi anggaran terbesar dari APBN 2016. Kementerian Pertahanan mendapatkan anggaran terbesar kedua setelah KPUPR dengan nilai Rp99,5 triliun.
“Kepolisian mendapat Rp73 triliun di urutan ketiga, dan Kementerian Kesehatan menjadi lembaga yang mendapat anggaran terbesar keempat senilai Rp63,5 triliun,” katanya di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (2/11).
Bambang menuturkan Kementerian Agama juga menjadi salah satu penerima anggaran terbanyak, karena memperoleh Rp57,1 triliun dari APBN 2016. Kemudian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang memperoleh Rp49,2 triliun berada di urutan keenam.
Adapun Kementerian Perhubungan menempati posisi ketujuh sebagai kementerian dan lembaga yang memperoleh anggaran terbanyak dengan nilai Rp48,5 triliun, dan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi di posisi delapan dengan Rp40,6 triliun.
Kementerian Keuangan sendiri menempati posisi sembilan, karena menerima Rp39,3 triliun daei APBN 2016. Kementerian Pertanian juga menjadi penerima anggaran terbanyak urutan sepuluh, karena memiliki anggaran Rp31,5 teiliun pada tahun depan.
Sekedar diketahui, dalam APBN 2016 yang telah disetujui oleh DPR disebutkan beberapa asumsi dasar, seperti pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3%, inflasi 4,7%, dan tingkat bunga SPN 3 bulan 5,5%.
Kemudian nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berada pada level Rp13.900 per US$, dan harga minyak menteh mencapai US$50 per barel dengan lifting minyak sebanyak 630.000 barel per hari.
Bisnis