Ditengah semakin meruncingnya persaingan untuk memperebutkan pasar
pengadaan alutsista Indonesia khususnya pesawat tempur pengganti F-5,
Swedia dan SAAB kembali membuat gebrakan baru. Meski tawarannya tidak
berbeda dengan tawaran sebelumnya, gebrakan baru Swedia dan SAAB ini
cukup menarik perhatian ditengah hingar bingar tawaran pesawat tempur
F-16 Viper dari Amerika dan Su-35BM dari Rusia.
Tawaran ini semakin menarik karena didengungkan kembali oleh Swedia dan
SAAB tidak lama setelah Amerika dan Lockheed Martin memberikan tawaran
terbarunya kepada Indonesia. Apalagi kita ketahui bersama saat ini
Presiden RI Joko Widodo sedang melakukan lawatan ke Amerika dan kabarnya
tawaran F-16V Viper ini akan menjadi salah satu agenda.
Maka bisa dipahami bahwa gebrakan baru Swedia dan SAAB ini adalah
untuk mengimbangi tawaran F-16V Viper dari Amerika dan Lockheed Martin,
serta melawan ‘terpilihnya’ pesawat tempur Su-35BM dari Rusia sebagai
pengganti F-5 TNI AU. Namun terlepas dari apa motivasi dibalik gebrakan
baru dengan tawaran tidak berbeda dari sebelumnya ini, kita akan
membahas apa saja tawaran dari SAAB dan Swedia.
Paket Komplit Tawaran Alutsista dari Swedia dan SAAB
Paket komplit tawaran alutsista dari SAAB dan Swedia untuk Indonesia
ini disebut dengan istilah “The Swedish Air Power Package”, yang tidak
berbeda jauh dengan tawaran sebelumnya namun dengan detail yang lebih
jelas. Tawaran “The Swedish Air Power Package” ini didengungkan kembali
oleh Swedia dan SAAB di acara konferensi pers yang dilakukan di Kedutaan
Besar Swedia di Indonesia, beberapa hari lalu. Dalam acara konfrensi
pers yang dahului dengan acara sarapan bersama ini, Swedia dan SAAB
secara khusus mengundang beberapa media Indonesia dan komunitas pecinta
dunia militer Indonesia.
Adapun paket komplit dari tawaran “The Swedish Air Power Package” ini terdiri dari :
a. Pesawat tempur SAAB Gripen terbaru
b. Pesawat peringatan dini SAAB Erieye AEW&C (Airbone Early Warning and Control)
c. Ground Based Command and Control
d. Tactical Data Link
e. Kerjasama Industri termasuk transfer of technology (ToT) dan produksi lokal.
f. Penciptaan lapangan pekerjaan.
Ke-enam point tawaran diatas adalah paket komplit dari tawaran terbaru dari Swedia dan SAAB untuk menambah
kekuatan militer Indonesia
dimasa datang. Tawaran ini sangat menggiurkan dan akan sangat sulit
untuk diabaikan begitu saja oleh pemerintah Indonesia. Namun sayang
sekali tidak disebutkan secara khusus berapa jumlah pesawat tempur
Gripen terbaru dan pesawat SAAB Erieye AEW&C yang harus dibeli
Indonesia beserta peralatan pendukungnya untuk memuluskan seluruh
tawaran ini masuk ke Indonesia.
Pesawat tempur SAAB Gripen C Republik Ceko. Source : Wikipedia.org
Pesawat tempur SAAB Gripen terbaru yang dimaksudkan dalam tawaran ini
akan tergantung kepada permintaan dari pihak Indonesia. Sehingga belum
bisa dipastikan apakah Gripen C/D ataukah Gripen E/F. Namun sepertinya
pihak Indonesia lebih tertarik dengan pesawat tempur Gripen E/F
dibandingkan dengan pesawat tempur Gripen C/D untuk memperkuat
alutsista TNI. Namun segala hal bisa saja terjadi jika TNI AU sebagai user dan pemerintah mempertimbangkan kembali tawaran ini.
Pesawat peringatan dini SAAB Erieye AEW&C sendiri adalah pesawat
peringatan dini dan komando buatan SAAB Swedia yang sudah memperkuat
alutsista beberapa negara seperti Swedia, Thailand, Mexico, Yunani, Uni
Emirate Arab, Brazil dan Pakistan. SAAB sendiri punya dua pilihan
flatform Erieye ini yaitu berbasis SAAB-340 Erieye dan SAAB-2000 Erieye
yang bisa disesuaikan dengan pilihan konsumen.
Ground Based Command and control ini sendiri adalah perangkat vital yang
akan menjadi pusat komando di darat dari operasional pesawat tempur
Gripen dan Erieye AEW&C nantinya. Perangkat ini akan menjadi
pengendali dari keseluruhan operasional untuk mengoptimalkan semua
taktik dan system dalam menjalankan misi.
Sedangkan tactical data link sendiri sudah lama didengungkan akan
menjadi tawaran dari SAAB kepada Indonesia. Tactical data link ini akan
memungkinkan (jika dibeli) pesawat tempur Gripen Indonesia bisa saling
berbagi data satu dengan lainnya dalam menghadapi ancaman dari musuh.
Tawaran seperti ini sudah pernah diberikan SAAB kepada Thailand ketika
Thailand membeli 12 unit Gripen C/D dan 2 unit SAAB Erieye AEW&C.
Pesawat peringatan dini SAAB-340 Erieye milik Thailand. Image Source: defenseindustrydaily.com
Hal lain yang turut dalam tawaran SAAB ini adalah paket transfer of technology (ToT) dan kemungkinan adanya produksi lokal
pesawat tempur
ini. Namun kemungkinan produksi lokal ini tampaknya baru akan terwujud
jika Indonesia membeli lebih dari 1 skuadron pesawat tempur Gripen.
Demikian juga dengan tawaran lapangan pekerjaan diatas juga akan terkait
dengan seberapa banyak yang dibeli Indonesia.
Untuk masalah pembiayaan, Swedia tidak mau kalah dari Amerika, Rusia dan
konsorsium EuroFighter dimana mereka juga menawarkan pembiayaan dengan
skema kredit eksport yang cukup menjanjikan.
Detail tawaran diatas adalah satu paket komplit yang diajukan Swedia
kepada Indonesia. Yang artinya tawaran tersebut akan mulus masuk ke
Indonesia jika Indonesia membeli paket tersebut secara komplit bukan
setengah-setengah. Dilain sisi, Indonesia sudah cukup sering membeli
alutsista dengan paket yang tidak komplet bahkan jumlah pembeliannya
terkadang dicicil seperti kasus pesawat tempur Su-30MK2 dan SU-27 SKM
beberapa tahun yang lalu.
Pertanyaannya adalah apakah Indonesia akan membeli paket komplit tawaran
Swedia ini? Ataukah Indonesia hanya membeli pesawat tempur Gripen saja
tanpa melibatkan pesawat Erieye AEW&C? Jika Indonesia tidak membeli
paket komplit seperti yang ditawarkan, apakah tawaran-tawaran menarik
seperti ToT, produksi lokal dan lainnya itu masih diberikan secara utuh?
Tentu saja hal-hal seperti ini masih akan menjadi pertanyaan yang susah
dijawab sampai adanya tandatangan kontrak yang menjelaskan apa detail
kesepakatannya.
Berapa Biaya untuk Membeli Paket tawaran Alutsista ini?
Hal menarik untuk dibahas adalah berapa biaya yang harus dikeluarkan
Indonesia untuk membeli paket komplit tawaran ini. Memang cukup sulit
untuk mendapatkan angka pasti karena belum ada angka resmi yang
dipublikasikan. Namun kita bisa memperkirakan secara kasar berapa biaya
yang harus dikeluarkan Indonesia untuk membeli paket komplit ini.
Untuk pesawat tempur Gripen E/F terbaru tampaknya harga komplitnya yang
sudah termasuk pelatihan, system pendukung dan tawaran transfer
teknologi didalamnya tampaknya akan relative mahal. Sebut saja contoh
Brazil yang membeli 36 unit Gripen E/F dengan segudang ToT didalamnya
yang menelan biaya sekitar $6 Miliar. Memang didalamnya terdapat nilai
$1.5 Miliar khusus untuk training, perawatan dan support selama 10
tahun. Itu artinya dana untuk membeli 36 unit Gripen E/F dan
pendukungnya adalah sekitar $4.5 Miliar. Jika dibagi secara total 36
unit, maka per unitnya akan menelan biaya sekitar $125 Juta/unit.
Harga tersebut memang terlihat mahal namun sebanding dengan tawaran yang
diberikan. Untuk kasus Indonesia, jika membeli paket komplitnya mungkin
akan lebih murah dari Brazil namun tergantung kepada paket apa yang
dibeli Indonesia. Namun tampaknya angka US$100 Juta/unit merupakan harga
yang cukup pas untuk mendapatkan paket komplit ini. Jika Indonesia
membeli sekitar 16 unit pesawat tempur Gripen E/F maka nilainya akan
mencapai US$1.6 Miliar.
Namun harga itu masih harga 1 skuadron pesawat tempur Gripen E/F.
Sedangkan untuk membeli sekitar 3-4 unit SAAB Erieye diperkirakan
menghabiskan dana sekitar US$300 Juta. Hal ini didasari pembelian SAAB
Erieye oleh Pakistan dan Uni Emirat Arab, setiap unit SAAB Erieye dibeli
sekitar US$ 80 Juta sampai US$ 100 Juta.
Dengan system pendukung lainnya seperti ground based command and
control, maka sepertinya dana untuk membeli paket komplit yang terdiri
dari 1 skuadron pesawat tempur Gripen dan 3-4 unit SAAB Erieye akan
menelan dana tak kurang dari US$ 2 Miliar. Dan akan lebih jika Indonesia
membeli dalam jumlah yang lebih banyak. Harga yang cukup mahal namun
masih pantas untuk sekian banyak tawaran menarik dibaliknya.
Pertanyaannya apakah pemerintah Indonesia saat ini memiliki dana sebesar
itu saat ini? Terkait dana sebenarnya bisa diatur oleh pemerintah
Indonesia asal memiliki kemauan dan sikap yang kuat terkait ini.
Pemerintah Indonesia sendiri sudah beberapa kali menyampaikan pernyataan
bahwa pesawat peringatan dini AEW&C juga merupakan salah satu
alutsista yang di incar oleh
militer Indonesia di periode kedua MEF (2015-2019) ini. Kita tunggu saja sikap resmi perintah Indonesia terkait tawaran ini.
Dan seperti apapun tawaran menarik dari Swedia ini, akan sangat menarik
untuk menunggu apa hasil pertemuan Presiden RI Joko Widodo dengan
pemerintah Amerika, dimana hari ini (Minggu, 25 Oktober 2015) beliau
sudah tiba di Amerika. Yang jelas sekarang terlihat didepan mata adalah
perlombaan dari beberapa produsen alutsista untuk memperebutkan pasar
pembelian alutsista Indonesia tahun 2015-2019 ini.
Apakah tawaran Swedia ini akan masuk dalam daftar belanja alutsista tni
2015 ini tidak bisa kita pastikan sampai adanya keputusan final dari
pemerintah. Apapaun hasilnya dan apapun yang diputuskan oleh pemerintah
Indonesia nantinya, kita serahkan kembali kepada pemerintah. Pemerintah
Indonesia pasti memiliki pertimbangan logis dibalik apapun yang akan
diputuskannya, terlepas dari kandidat mana yang akhirnya di beli.