Senin, 28 Desember 2015

Kapal Perang dan Kerjasama Misil, Rusia dan Indonesia


Kapal Perang Bystryy di Tanjung Priok, Jakarta
Kapal Perang Bystryy di Tanjung Priok, Jakarta
Jakarta – Wakil Komandan Pasukan Militer Glotilla di Samudera Pasifik Alexander Yuldashev mengatakan kapal perang Bystryy milik Rusia digunakan untuk menjaga perdamaian. “Kapal Bystryy sangat mampu dalam fungsinya untuk mempertahankan kedamaian dan stabilitas di laut,” ucap Yuldashev, di atas Kapal Perang Bystryy, di Pelabuhan Tanjung Priok, Senin (28/12/2015).
Alexander Yuldashev mengklaim kapal Bystryy merupakan salah satu kapal yang terkuat di Rusia. Kapal ini merupakan kapal yang sering bekerja sama dan bepergian ke luar negeri, termasuk Indonesia.
“Saya terkesan dengan Indonesia. Ada kerja sama misil juga dengan Indonesia. Besok awak kapal akan melakukan latihan bersama dengan militer angkatan laut Indonesia,” ujarnya.
Kapal ini sangat kuat, lanjut Yuldashev, dan memiliki kapasitas untuk menghentikan rudal. Kapal Bystryy sendiri diklaim bisa menghancurkan kapal selam.
Kapal ini sudah berlabuh sejak 25 hingga 29 Desember mendatang di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
Kunjungan kapal perang Destroyer (Perusak) Bystryy di Pelabuhan Tanjung Priok, untuk mendukung hubungan kerja sama pertahanan antara Indonesia dan Rusia.
“Kami harapkan kunjungan ini dapat berkontribusi pada hubungan pertahanan Rusia dan Indonesia. Sejarah kita sangat panjang, kerja sama angkatan laut kedua negara sudah terjalin sejak era 50an,” ujar Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Y. Galuzin di Jakarta, Senin sore.
Bystryy Sovremennyy-class destroyer
Bystryy Sovremennyy-class destroyer
Kapal yang memiliki arti “Yang Tercepat” itu, merupakan kapal dari jajaran “Sovremennyy Class” yang dibangun pada akhir era 80an dan berharap bisa meneruskan tradisi lama dalam hal pertukaran kerja sama pertahanan.
Mikhail Y. Galuzi menegaskan bahwa Indonesia merupakan sekutu strategis bagi Rusia dalam urusan pertahanan dan ingin mengajak untuk membicarakan bentuk-bentuk kerja sama lain secara lebih mendalam.
Bystryy merupakan kapal perang Angkatan Laut Rusia yang memiliki kemampuan untuk menyerang target permukaan seperti kapal perang lawan, udara, baik pesawat maupun peluru kendali, dan target bawah laut atau kapal selam.
Dengan kemampuannya tersebut, kapal yang bernomor lambung 715 itu dilengkapi sejumlah persenjataan utama sesuai matra pertempuran yang telah disebutkan di atas.
Untuk menghantam sasaran permukaan, Bystryy dilengkapi dengan senjata utama berupa delapan peluru kendali SSM P-270 Moskit yang tersimpan dalam tabung peluncur, dengan jumlah masing-masing empat tabung di sisi kanan-kiri kapal.
Di bagian dek depan dan belakang terdapat meriam berkaliber 130mm dengan konfigurasi 2×2.
Untuk pertahanan udara dipasang sejumlah persenjataan, salah satu yang terpantau Antara adalah senapan mesin multilaras berkaliber 30mm dengan kode desainasi AK-630, dengan jumlah empat unit dan terletak menyebar di dek atas Destroyer Bystryy.
Bystryy Sovremennyy-class destroyer
Bystryy Sovremennyy-class destroyer
Sebagai kapal berjenis destroyer, kemampuan Anti-Submarine Warfare (ASW) merupakan fitur mutlak bagi kapal perang tipe tersebut. Oleh sebab itu Bystryy juga dilengkapi juga dengan empat tabung peluncur torpedo, dengan konfigurasi 2×2 dan terletak di bagian kanan-kiri lambungnya.
“Kapal ini bertugas untuk menjaga keamanan dan kestabilan di laut yang sangat luas, kapal ini juga sangat kuat untuk menghalau ancaman bersama dengan partner kami termasuk Indonesia,” ujar Duta Besar Mikhail.
Antara

TNI AL akan Gelar Latihan Bareng AL Rusia


Kapal Perang rusia, Bystry
Kapal Perang rusia, Bystry

Angkatan Laut Indonesia dan Angkatan Laut Rusia dalam waktu dekat akan menggelar latihan perang bersama. Hal itu disampaikan oleh Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhael Y. Galuzin. Berbicara saat menggelar konfrensi pers di atas kapal perang tipe penghancur Rusia “Bystriy” yang sedang berlabuh di Tanjung Priok, Jakarta, Senin (28/12), Galuzin menuturkan, latihan perang paling dekat akan dilakukan pada esok hari.
“Besok kapal perang “Bystry” akan menggelar latihan perang dengan Angkatan Laut Indonesia, latihan perang akan berfokus pada latihan komunikasi dan startegi perang,” ucap Galuzin.
Selain akan melakukan latihan perang dengan Angkatan Laut Indonesia pada esok hari, tahun depan Rusia juga akan terlibat dalam latihan perang gabungan antara beberapa negara yang akan berlangsung di kawasan Nusa Tenggara Timur.
“Tahun depan, Angakatan Laut kami akan terlibat dalam latihan gabungan inernasional “Komodo” yang digelar oleh pemerintah Indonesia,” sambung diplomat senior Rusia tersebut di hadapan awak media. Selain semakin memperkokoh kerjasama militer, Latihan tersebut juga diharapkan akan meningkatkan kekuatan militer kedua Negara.

Perancis Menawarkan Sistem Tempur Kapal Selam Nuklir untuk KRI Cakra Indonesia

4971388_20130727104742
DCNS menawarkan sistem tempur yang digunakan kapal selam nuklir Angkatan Laut Perancis ke Indonesia. Sistem ditawarkan adalah bagian dari usulan DCNS untuk memperbaiki dan merombak kapal selam Cakra class milik Indonesia
Produsen kapal Perancis DCNS menawarkan sistem manajemen tempur kapal selam (Combat Management System – CMS) yang dikembangkan oleh anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki Underwater Defense Systems (UDS) untuk kapal selam diesel elektrik Cakra class (Type 209/1300) milik Angkatan Laut Indonesia.
61955
(foto: DCNS)
Sumber yang dekat dengan TNI-AL mengatakan kepada IHS Jane bahwa CMS, yang dikenal sebagai Submarine Tactical Integrated Combat System (SUBTICS), sedang ditawarkan sebagai bagian dari usulan DCNS untuk melaksanakan pengerjaan pemeliharaan, perbaikan, dan overhaul (Maintenance, Repair, And Overhaul – MRO) pada KRI Cakra (401).
Janes

TNI AD Target Bentuk Dua Kodam di Wilayah Timur

331830_620
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memastikan tidak akan menambah personel di wilayah perbatasan. Namun, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Mulyono menegaskan kebijakan tersebut tidak menghalangi rencana pembentukan sejumlah markas teritorial korps militer di sejumlah daerah untuk memperkuat pengamanan.
“Berbeda, memang pasukan operasional di perbatasan itu tidak ditambah. Tapi pembentukan (markas terorial) itu tetap dilanjut,” ujar Mulyono di Mabes TNI AD, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Senin (28/12/2015).
Mantan Pangkostrad tersebut menargetkan, di tahun 2016 mendatang, dua markas Komando Daerah Militer (Kodam) sudah bisa diresmikan. Kedua Kodam tersebut ialah di Sulawesi Utara dan Papua Barat.
“2016, dua Kodam kita resmikan, Sulawesi Utara dan Papua Barat,” imbuhnya.
Namun, pembangunan kedua markas tersebut saat ini masih 60 persen. Mulyono menyebut, pembentukan markas teritorial merupakan target jangka panjang TNI AD.
“Di Manado (Sulawesi Utara) sudah 60 persen, tinggal perumahan prajurit. Papua Barat juga. Selanjutnya pembangunan Madiv 3 Kostrad di Indonesia Timur, itu target jangka panjang,” pungkasnya.

Okezone

Rudal Penghancur Tank TNI AD

Keberadaan rudal penghancur tank dan kendaraan tempur lapis baja Anti Tank Guided Missile (ATGM) menambah kekuatan TNI AD. Dengan bobot 12,5 kg, ATGM ini dipilih karena praktis dan ringan, cocok untuk postur prajurit Asia khususnya Indonesia. ATGM NLAW cukup dioperasikan seorang prajurit untuk menghancurkan berbagai jenis tank tempur utama modern, dengan sekali tembak. Kemampuan yang dimiliki ATGM NLAW ini cukup hebat seperti mampu memprediksi garis pandang, menyeleksi mode serangan, serangan atas atau serangan langsung.
 Namun alat ini memiliki kelemahan. Yakni jarak tembaknya pendek, antara 20 hingga 600 meter. Tapi hal ini tak dianggap masalah jika dikaitkan dengan kondisi geografis Indonesia yang relatif banyak menyediakan tempat perlindungan seperti bukit, gunung maupun hutan dan rawa.
ilustrasi
Ukuran ATGM bervariasi. Mulai dari senjata yang ditembakkan dari bahu yang bisa dibawa satu prajurit, senjata yang lebih besar yang harus ditembakkan menggunakan tripod, sampai yang terpasang dan ditembakkan dari kendaraan dan pesawat udara. Dengan diperkenalkannya ATGM lebih kecil, yang mampu membawa hulu ledak besar pada medan perang modern, membuat infanteri memiliki kemampuan menghancurkan tank tempur utama yang kuat dari jarak sangat jauh, dan biasanya pada tembakan pertama. Sebelum ada ATGM, senjata-senjata infanteri TNI AD seperti senapan anti-tank, roket anti-tank, dan ranjau darat magnetik, memiliki daya tembus baja yang lemah sehingga mengharuskan seorang prajurit berada di dekat target. So, inikah awal kebangkitan sang macan Asia???

TNI AU Incar 2 Pesawat Amfibi



Beriev Be-200
TNI AU naksir berat dengan pesawat amfibi buatan Rusia Beriev Be-200. Kecanggihannya sebagai pesawat amfibi yang mampu lepas landas dan mendarat di air dirasa cocok untuk bentuk wilayah Indonesia. Beriev Be-200 pernah melakukan “promosi” saat memadamkan kebakaran hutan. Pesawat ini sangat efektif memadamkan kebakaran yang letaknya jauh dari sumber air atau pesisir pantai dan sungai.
Be-200 cukup “akrab” menangani kasus kebakaran hutan. Seperti pada 2007, Pemerintah Portugal menyewa pesawat ini untuk memadamkan api. Pesawat ini bekerja total selama 167 jam dengan membawa air dengan total mencapai 2.322 ton. Di tahun yang sama, pesawat ini juga disewa Pemerintah Yunani untuk menangani kebakaran hutan. Bahkan Pemerintah juga pernah menggunakan jasa pesawat ini pada 2006 selama 45 hari dengan biaya 5,2 juta dollar AS.
Beriev Be-200 2
Pada zaman Soviet, pesawat amfibi ini dibuat sebagai pesawat penerjun sekaligus penyelamatan bagi Angkatan Laut Rusia. Be-200 dapat terbang rendah sambil setengah menenggelamkan diri di air untuk menampung 12 ton air dalam waktu beberapa menit. Ia kemudian bisa kembali terbang ke udara menuju titik kebakaran dan menumpahkan seluruh tampungan air tersebut untuk memadamkan api. Setelah itu kembali ke sumber air terdekat dan mengulangi prosedur sebelumnya. Pesawat ini mulai diperkenalkan pada 1989, dan Pemerintah Rusia memberikan izin produksi pada 8 Desember 1990. Pada 1991, pesawat ini diperkenalkan dalam pameran dirgantara internasional, Paris Air Show. Be-200 memiliki kapasitas angkut air hingga 12 ton (12.000 liter atau 3.170 galon) serta 72 penumpang.
Beriev Be-200 3
Bagian bawah badan pesawat dibuat seperti lambung kapal laut, sementara mesin penggeraknya diletakkan di bagian atas sayap pesawat agar tidak tersentuh oleh air. Be-200 pada awalnya didesain untuk memenuhi kebutuhan militer, yaitu pesawat penerjun dan penyelamatan. Dalam modifikasi terbaru, pesawat amfibi ini juga dapat digunakan menjadi pesawat serbu penghancur kapal laut. Produk perusahaan Rusia, Beriev Aircraft Company ini dirancang untuk menjalankan beragam tugas, sebagai pemadam kebakaran, menjalani fungsi SAR, patroli keamanan laut, hingga membawa penumpang ataupun kargo. Harga per unitnya 40 juta dollar AS atau setara Rp 500 miliar.
Namun, Be-200 juga memiliki kompetitor berat dikelasnya, yakni pesawat amfibi US-2 yang diproduksi ShinMaywa Industries Ltd. Pesawat buatan Jepang ini telah lama diincar untuk kepentingan SAR (Search and Rescue). US-2, sebagai pesawat amfibi Short Take Off and Landing (STOL) dapat mendarat di tanah atau air. Menhan Ryamizard Ryacudu tertarik dengan salah satu keunggulan dari Pesawat Amphibi ShinMaywa Industries US-2 ini, yaitu pesawat ini bisa menahan gelombang ombak setinggi 3 meter saat berada di laut.
Pesawat ShinMaywa US-2
Pesawat ShinMaywa US-2
Pesawat ini juga mampu membawa 11 awak ditambah 20 penumpang atau 12 tandu pasien saat bertindak sebagai ambulance udara dengan beban maksimal sampai 17 ton. Pesawat dapat melaju 560 km per jam dengan mesin 4 × Rolls-Royce AE 2100J turboprop, 3,424 kW (4,591 shp), dan 6 baling-baling Dowty R414. US-2 dapat lepas landas di air dengan jarak pacu 280 meter.
Pesawat ShinMaywa US-2
Pesawat ShinMaywa US-2
Untuk lepas landas di daratan, dibutuhkan landas pacu sepanjang 490 meter. Kemampuan ini jelas membuatnya lebih superior ketimbang Beriev Be-200 Altair yang sempat menjadi incaran TNI-AU. Sebagai perbandingan, Be-200 memerlukan jarak pacu 2.300 meter di air dan landas pacu darat sepanjang 1.800 meter. Tampaknya TNI AU akan mendapatkan kedua pesawat ini mengingat kebutuhan lapangan. Kita tunggu saja

Kamis, 24 Desember 2015

Kapal Cepat Rudal 60 Meter Produksi PT PAL Surabaya

Kapal Cepat Rudal 60 Meter Produksi PT PAL
Kapal Cepat Rudal 60 Meter Produksi PT PAL
Kapal Cepat Rudal 60 meter adalah kapal Kapal Perang Indonesia yang dibuat oleh PT PAL di Surabaya. KRI 60 meter ini merupakan kapal pemukul reaksi cepat yang dalam pelaksanaan tugasnya mengutamakan unsur pendadakan, mengemban misi menyerang secara cepat, menghancurkan target sekali pukul dan menghindar dari serangan lawan dalam waktu singkat pula. Kapal berukuran panjang 60 meter, lebar 8,10 meter, dan berat 460 ton ini memiliki sistem pendorong handal yang mampu berlayar dan bermanuver dengan kecepatan 28 knot.
Kapal Cepat Rudal 60 Meter Produksi PT PAL
Kapal Cepat Rudal 60 Meter Produksi PT PAL

Tahun 2016, Militer Indonesia Terima 6 Heli EC725 Dari PT DI

Kekuatan militer Indonesia khususnya armada helicopter akan bertambah pada tahun 2016 mendatang seiring dengan akan diterimanya Helikopter EC-725 Caracal dari PT Dirgantara Indonesia. Dikabarkan PT DI akan menyerahkan 6 unit helicopter tersebut ke militer Indonesia untuk memperkuat alutsista TNI pada awal tahun 2016 mendatang.
Saat ini beberapa unit dari 6 unit tersebut sudah selesai dibangun di PT Dirgantara Indonesia, dan beberapa sudah menjalani serangkaian uji terbang. Ke-enam unit Helikopter canggih ini merupakan pesanan militer Indonesia untuk memperkuat alutsista TNI AU. Sebelumnya TNI AU mencari helicopter yang memiliki fungsi khusus untuk combat, search and rescue (CSAR) yang akhinya menjatuhkan pilihan ke helicopter ini.
Helikopter ini akan digunakan oleh TNI AU untuk keperluan tempur dan SAR jika untuk menancari dan menyelamatkan personil militer Indonesia yang terjebak dalam peperangan dan sejenisnya. Helikopter canggih ini sudah dilengkapi dengan fitur auto pilot, anti peluru, dan recovery engine field. Dari beberapa foto yang beredar, terlihat Helikopter ini juga akan dilengkapi dengan perangkat FLIR (forward looking infra red).

Helikopter EC-725 Caracal pesanan Militer Indonesia dilengkapi perangkat FLIR.
Helikopter EC-725 Caracal pesanan Militer Indonesia dilengkapi perangkat FLIR. Image Source : defense-studies.blogspot.com
Helikopter canggih dengan harga perunit sekitar 26 Juta Euro ini merupakan produk dari Airbus Military, dimana PT Dirgantara Indonesia berperang sebagai subkontraktor untuk memperoduksi fuseleg dan tail rotor untuk helicopter ini. Khusus untuk pesanan militer Indonesia, helicopter ini dirakit dan difinishing di PT DIrgantara Indonesia.

Militer Indonesia Berduka, 1 Unit Pesawat Tempur T50i TNI AU Jatuh di Jogja

Militer Indonesia kembali berduka, satu unit pesawat tempur T-50i Golden Eagle dengan tail number TT-5007 mengalami musibah dan jatuh di Jogjakarta pada hari Minggu, 20 Desember 2015 pukul 09.50 WIB. Pesawat tempur latih andalan Indonesia ini jatuh ketika sedang melakukan atraksi pertunjukan udara di Jogjakarta dalam rangka Gebyar Dirgantara. Dua kru pesawat tempur baik pilot dan co-pilot dikabarkan gugur dalam kejadian ini.

Dikabarkan bahwa hari naas ini merupakan hari penutupan Gebyar Dirgantara tersebut, dan pesawat tempur naas ini tampil sebelum penutupan. Sebelum kejadian pesawat tempur T-50i dengan tail number TT-5007 ini sedang melakukan manuver aerobatic bersama satu pesawat tempur T-50i lainnya. Namun pesawat naas ini menukik kebawah terlalu tajam dan akhirnya jatuh menimpa bangunan kompleks militer.

Dari rekaman video amatir yang beredar di Youtube terlihat pilot dan co-pilot tidak sempat menyelamatkan diri dengan kursi pelontar. Dan akhirnya pesawat jatuh dan menimbulkan asap hitam yang membumbung tinggi ke udara. Dari siaran pers pihak militer Indonesia, dikonfirmasi kedua kru, pilot dan co-pilot dikabarkan gugur dalam kejadiaan naas ini.

Sampai saaat ini masih terjadi berita simpang siur terkait nama pilot TNI AU yang gugur dalam musibah ini. Namun beberapa sumber menyebutkan bahwa nama pilot yang menerbangkan pesawat dan gugur dalam kejadian ini adalah Letkol Penerbang Marda Sarjono dan Mayor Penerbang Dwi Cahyono. Dalam wawancara dengan Metro TV, Kadispen TNI AU juga menyebutkan nama yang sama. Namun untuk kebenaran informasinya kita tunggu kabar selanjutnya.

Pesawat tempur latih T-50i dengan tail number TT-5007 jatuh di Jogja 20 Desember 2015
Pesawat tempur latih T-50i dengan tail number TT-5007 jatuh di Jogja 20 Desember 2015. Image source: indomiliter.com

Sampai saat ini belum ada kepastian apa yang menjadi penyebab kejadian naas ini. Untuk mencari tau penyebabnya ini, sudah selayaknya kita menunggu konfirmasi dari pihak militer Indonesia dan pihak yang berwenang saja sehingga kita mendapatkan informasi yang benar. Penulis juga mengajak pembaca untuk tidak menduga-duga apa penyebabnya dan tidak menyebarkan informasi yang belum tentu kebenarannya terkait penyebab kejadian ini

Membedah Panser Canon Badak Buatan Pindad

PT Pindad (Persero) telah mengembangkan dan memproduksi panser roda 6 bernama Anoa 6X6. Panser yang laris manis ini telah dipakai oleh TNI untuk misi di dalam dan luar negeri.

Tak berhenti sampai di situ, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang pertahanan ini, mengembangkan panser dengan senjata berat jenis canon. Panser ini diberi nama 'Badak'.



Membedah Panser Canon Badak Buatan Pindad

Beda dengan Anoa yang lebih diperuntukan untuk angkut personil dan dilengkapi senjata ringan, Panser 'Badak' dilengkapi senjata berat jenis canon 90 mm di atas turret.

"Ini pengembangan dari Anoa ke Badak. Ini dilengkapi dengan senjata kaliber besar. Turret-nya ini kaliber 90 mm," kata Kepala Humas Pindad, Herdantono kepada detikFinance, Selasa (15/12/2015).


Konsep Panser badak mirip dengan tank namun bedanya ada di roda. "Badannya seperti tank, tapi ini roda ban. Tapi basic-nya memang panser," tambahnya

Untuk pengembangan turret atau canon, Pindad menggandeng perusahaan pertahanan dari Belgia yakni CMI Defence. CMI dinilai memiliki kemampuan kelas dunia dalam memproduksi turret.

"Kita kerja sama teknologi nggak dari awal, ini ada skema TOT (Transfer of technology). Tujuannya dari kita awal selalu ketinggalan," jelasnya.

Saat di medan tempur, Panser Badak bisa menahan tembakan dengan amunisi 12,7 mm. Saat ini, Panser Badak sedang melalui proses uji untuk memperoleh sertifikasi dari Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI Angkatan Darat.

Rencananya, produksi massal dilakukan pada triwulan I-2016 setelah lolos sertifikasi. (detik)

Kedatangan Pesawat Pesanan Terakhir CN 295


download (2)
Tepat pukul sepuluh lebih lima puluh menit (10.50 WIB) satu pesawat jenis CN 295, nomor registrasi A-2909 dari Lanud Husein Sastranegara Bandung, mendarat di Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta, Senin, (21/12). Pesawat A- 2909 yang diterbangkan Capten pilot, Komandan Skadron Udara 2 Wing I Lanud Halim Letkol Pnb Setiawan dan Copilot Lettu Pnb Enggal merupakan pesawat terakhir, atau pesawat ke- 9 pesanan pemerintah Indonesia kepada PT Dirgantara Indonesia, Bandung.
Pesawat CN 295 buatan Airbus Military Spanyol, dalam produksinya dikerjasamakan dengan PT Dirgantara Indonesia (PT DI) Bandung. Oleh TNI Angkatan Udara pesawat ditempatkan di Skadron Udara 2 Lanud Halim, sebagai pesawat angkut sedang. CN 295 ini mampu membawa cargo seberat 9 ton, sementara untuk mendukung pergeseran pasukan mampu membawa hingga 71 personil militer.
Danlanud Halim Marsma TNI Umar Sugeng Hariyono, S.IP., S.E., M.M. secara resmi menyambut kedatangan CN 295, dengan upacara militer di Shelter Selatan Skadron Udara 2, didampingi Komandan Wing I Lanud Halim, para Kepala Dinas dan para perwira staf serta para anggota Skadron Udara 2. Danlanud yang didampingi Komandan Skadron Udara 2 Wing 1 menyiram air bunga, tanda bahwa pesawat tersebut resmi memperkuat Skadon Udara 2.
Q9LalZid2W
Danlanud Halim Perdanakusuma Marsma TNI Umar Sugeng Hariyono mengatakan, dengan kedatangan satu pesawat A-2909 ini berarti pesawat sejenis telah lengkap berjumlah sembilan pesawat. “Untuk itu agar para anggota dapat merawat pesawat dengan baik. Pesawat ini merupakan pesawat canggih, pesawat multi guna sehingga Skadron Udara 2 ke depan akan lebih mampu dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan pimpinan dengan baik dan lancar, hindari kesalahan sekecil apapun, karena bila diabaikan yang kecil itu akan berdampak besar untuk itu pahami betul bidang tugasnya, laksanakan sesuai petunjuk sehingga Zerro Accident akan tercapai,” ujar Danlanud.
Sementara itu, pada kesempatan tersebut Komandan Skadron Udara 2 Letkol Pnb Setiawan berharap anggota Skadron Udara 2 mampu melaksanakan tugas pemeliharaan dengan baik sesuai bidang tugas yang dimiliki, sehingga ke depan dapat dilaksanakan tugas sesuai program kerja yang direncanakan, yang pada akhirnya bersama skadron udara di jajaran Wing 1 Lanud Halim Perdanakusuma mampu mendukung tugas operasional secara optimal.
TNI AU

Indonesia Ingin Pengadaan Kapal Perang Jadi Prioritas


iskmuda_zps47b0e276
JAKARTA – Pengadaan kapal perang menjadi prioritas dalam revisi Minimum Essential Force (MEF) 2015-2019 TNI AL. Langkah tersebut diambil untuk memenuhi kebutuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista) guna mendukung visi World Class Navy.
Hal itu disampaikan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Ade Supandi, saat membuka Rapat Pimpinan (Rapim) TNI AL 2016, di Mabesal Cilangkap, Jakarta Timur, kemarin.
“Jangan sampai terjadi kesalahan dalam merumuskan sebuah kebijakan. Tanpa kapal perang kita kembali ke tahun 1940-an. Kebutuhan kapal jadi perang prioritas utama,” kata Ade di Jakarta, kemarin.
Menurut Ade, sesuai dengan arahan kebijakan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dalam Rapim TNI 2016 lalu, revisi MEF harus disesuaikan dengan visi dan misi pemerintah saat ini serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
“Peningkatan alutsista ini sudah masuk dalam MEF. Alutsista-alutsista ini kita rencanakan untuk diremajakan,” ungkapnya.
“Kalau alutsistanya sudah tidak memenuhi syarat kita ganti, termasuk kalau sistem tempurnya sudah tidak layak lagi. Sebab untuk menjadi world class navy teknologi alutsista sangat penting,” imbuhnya.
Panglima TNI kata Ade, juga meminta agar TNI AL menata organisasi, mengelola anggaran secara efektif dan efisien serta transparan, peningkatan sarana dan prasarana pos-pos TNI di wilayah perbatasan dan pulau terluar.
Menurutnya, membangun sistem pengawasan di wilayah darat, laut dan udara yang terintegrasi serta peningkatan kesejahteraan prajurit.
Selain itu, di bidang operasi dan latihan Panglima TNI meminta perlunya peningkatan kualitas dan kuantitas latihan gabungan, kesiapsiagaan satuan operasi, efektivitas sistem komando dan pengendalian operasi serta melaksanakan kerja sama internasional, baik pengamanan, operasi perdamaian maupun latihan bersama.
“Kita menjadi tuan rumah event internasional, seperti International Fleet Review (IFR) 2016 dan 15th Western Pacific Naval Symposium (WPNS) 2016 serta 2nd Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2016 yang akan dilaksanakan di Kota Padang dan Mentawai, Sumatera Barat, pada April 2016 mendatang,” tutur Ade.
Rapim TNI AL 2016 yang mengangkat tema ‘Meningkatkan Disiplin, Hirerarki dan Kehormatan Militer sebagai Pedoman dalam Mewujudkan TNI AL yang handal dan disegani serta Berkelas Dunia’, merupakan sarana untuk menyampaikan berbagai arah dan kebijakan pimpinan TNI AL.
“Untuk menjadi TNI AL berkelas dunia, maka kualitas sumber daya manusianya perlu dikembangkan. Oleh karenanya, TNI juga meningkatkan kualitas pendidikan prajurit sehingga bukan hanya kompetisi militer saja, tapi perlu kompetisi akademisnya,” katanya.
Untuk memenuhi kebutuhan alutsista, TNI AL secara bertahap mulai mengadakan kapal-kapal seperti, kapal landing platform dock (LPD), kapal selam Changbogo.
“Kita juga sudah punya kemampuan untuk membangun kapal dalam negeri seperti, Kapal Perusak Kawal Rudal (PKR) produksi bersama PT PAL dan perusahaan Belanda. Kapal PKR 105 awal tahun 2016 ini akan diluncurkan. Kita siapkan alutsista untuk melaksanakan tugas TNI dalam operasi militer perang dan operasi militer selain perang,” ujarnya.
Sindonews

Konstruksi Kapal Fregat Pertama Jenis PKR-105 Hampir Selesai


Konstruksi kapal fregat pertama TNI AL dari jenis PKR-105 yang berasal dari desain Damen Schelde (DSNS) Sigma 10514 telah hampir selesai dibuat di galangan kapal PT PAL Surabaya. Di galangan ini PT PAL membuat dua fregat pesanan Kementerian Pertahanan untuk memperkuat armada kombatan TNI AL.

Kontrak kapal fregat pertama ditanda-tangani pada 5 Juni 2012, kapal akan diselesaikan dalam jangka waktu 49 bulan. Proses first steel-cutting di PT PAL baru dilakukan pada 15 Januari 2014, namun PT PAL akan menyelesaikan kapal ini pada Januari tahun 2017.
Kontrak kapal fregat kedua ditanda-tangani pada 14 Februari 2013 namun proses seremoni first-steel cutting dilakukan di PT PAL pada 17 September 2014. PT PAL akan menyelesaikan kapal fregat kedua ini pada bulan Oktober 2017, sehingga kedua kapal ini akan selesai pada tahun 2017.
 
 
Kapal PKR 105 memiliki spesifikasi panjang 105.11 meter, lebar 14.02 meter, tinggi 3,7 meter, berat 2.365 ton, kecepatan 28/18/15 knot dan jarak jelajah 5000 NM. Fregat ini dapat membawa helikopter dengan berat 10 ton dan membawa dua RHIB. Kapal didesain untuk mampu melakukan anti serangan permukaan, anti serangan udara, anti serangan bawah air, dan anti serangan elektronika. 
 
 
Setelah kapal ini selesai di dok kering, kapal akan diluncurkan dan pengerjaan kapal akan dipindahkan ke dok basah meliputi pekerjaan elektrikal kapal dan detail interior. Kapal ini selanjutnya akan dilakukan integrasi sistem elektronika, pemindaian dan persenjataan, kemudian dilanjutkan dengan uji laut.
 
Kapal yang sebuahnya bernilai 220 juta dolar AS (belum termasuk persenjataan) ini dibiayai kredit eksport dengan alokasi multiyears.

Dalam proses joint production, engineer dari PT PAL juga sudah belajar secara teknis di DSNS sejak rencana pembuatan kapal ini dimulai pada 2011 lalu.

Pembangunan kapal fregat ini, dibagi dalam enam modul (bagian), empat modul diantaranya dibuat di PT PAL, sedangkan dua modul yang terdiri dari permesinan dan anjungan kapal dibangun di Belanda. Dua modul dari Balanda dibawa dan dirakit di PT PAL, untuk dijadikan satu dengan empat modul lainnya. 
 
Kapal fregat pertama dari jenis PKR-105 ini rencananya akan memakai nomor lambung 331 dengan nama KRI Martadinata. Nomor lambung yang sama pernah digunakan untuk KRI Martha Kristina Tiyahahu ex Tribal class (Type 81) yaitu fregat 2.700 ton ex Royal Navy yang dibeli pada tahun 1984. Nama Martadinata juga pernah dipakai TNI AL untuk fregat ex US Navy kelas Claud Jones dengan berat 1.970 ton yang pernah dibeli pada tahun 1974.

Rencananya TNI AL akan membuat enam fregat kelas PKR-105 ini, dua dibangun melalui kontrak dengan Damen Schelde melalui joint production dengan PT PAL, sedangkan empat lainnya direncanakan dibangun sepenuhnya di PT PAL dengan supervisi dari Damen Schelde.

Keenam fregat baru ini akan menggantikan enam fregat kelas Van Speijk ex Royal Netherlands Navy yang dibeli pada tahun 1986. Keenam fregat kelas Van Speijk dengan berat 2.850 ton memang sudah terlalu tua untuk dioperasikan karena telah berdinas di Royal Netherlands Navy sejak tahun 1965 meskipun telah menjalani beberapa kali perpanjangan usia pakai.