Minggu, 09 November 2014

SAAB Swedia tawarkan JAS39 Gripen serie NG

SAAB Swedia tawarkan JAS39 Gripen serie
JAS39E Gripen dalam satu penerbangan. Semua sistem peluru kendali dan bom konvensional pun bom cerdas standar NATO bisa dioperasikan dari pilon-plionnya. Dia dipakai di empat angkatan udara Eropa dan Thailand di ASEAN. (wikipedia.org)
 ... Kami menawarkan sistem terpadu... "
Jakarta (ANTARA News) - Pesawat tempur generasi '80-an F-5E Tiger II di Skuadron Udara 14 TNI AU akan segera diganti dan salah satu pihak yang berminat memasok pesawat baru adalah SAAB JAS39 Gripen serie.

"Kami menawarkan penggantinya, JAS39 Gripen serie dengan opsi seluas mungkin," kata Vice President Head of SAAB Indonesia, Peter Calrqvist.

"Mulai dari skema pembayaran dan pengadaan, transfer teknologi, memberi asistensi menuju kemandirian sistem logistik, pemeliharaan, dan oprasionalisasiGripen, dan lain sebagainya. Ini komitmen kami kepada Indonesia," kata Carlqvist, dalam percakapan di Jakarta, belum lama ini. 

"Kami menawarkan sistem terpadu," kata dia.

JAS39 Gripen serie akan bersaing dengan Sukhoi Su-35 Flanker E (Rusia), Dassault F1 Rafale (Prancis), dan Boeing-McDonnel Douglas F/A 18E/F Super Hornet(Amerika Serikat). TNI AU telah berpengalaman mengoperasikan pesawat tempur Amerika Serikat (di antaranya F-16A/B Fighting Falcon, OV-10F Bronco, dan F-5E/F Tiger II) dan Rusia (mulai dari masa Tupolev Tu-16 Badger dan kini Sukhoi Su-27/30MKI).

Di Asia Tenggara, Thailand merupakan negara operator JAS39 Gripen pertama; mereka memilih 12 unit JAS39E/F Gripen yang mulai berdatangan tahun depan.

Untuk Indonesia, SAAB juga membuka opsi jika Indonesia berminat membeli barisan terbaru paling andal, JAS39 Gripen NG, yang memiliki teknologi paling canggih dari semua Gripen serie. 

Carlqvist menyatakan, "Kami bukan sekedar menjual pesawat tempur, melainkan sistem pertahanan udara terpadu yang ampuh dengan biaya operasi sangat rendah namun efektif. Sebagai ilustrasi, Gripen sangat mudah dioperasikan, tidak memerlukan pangkalan udara karena sistem pendukungnya bisa digerakkan secara bergerak, bahkan dari jalan tol. Ini yang kami terapkan di Swedia," katanya.

Semua unit dan personel pendukung Gripen dalam kekuatan satu skuadron udara penuh, katanya, bisa digeser ke mana saja sesuai keperluan.

"Pangkalan udara pasti diincar paling awal dalam peperangan. Bagaimana jika landasan udara disabotase atau dibom? Ini salah satu hal penting yang kami antisipasi dalam pengembangan JAS39 Gripen serie," katanya.

Dia mengemukakan Gripen dikembangkan dengan berbagai teknologi canggih yang pas dengan keperluan.

Di antaranya adalah pijakan "pangkalan udara" yang mobile dan kesanggupan tiap unit Gripen untuk saling berkomunikasi dan bertukar data, baik di antara pesawat tempur itu, pangkalan udara, komando kendali, pusat logistik, dan lain sebagainya.

Dia mencontohkan, "Jika tiba-tiba ada target yang harus dimusnahkan namunGripen yang Anda terbangkan tidak memiliki sistem kesenjatan yang pas dengan keperluan itu, maka pusat kendali bisa mengetahui Gripen terdekat yang sanggup melaksanakan misi itu."

Jarak tempuh Gripen juga bisa dikompensasi dengan kehadiran "pangkalan-pangkalan udara" mobile itu.

Dia mencontohkan jalan tol Jagorawi yang bisa dipergunakan untuk keperluan itu.

Indonesia sangat kaya dengan pangkalan udara dengan infrastruktur yang bisa diterapkan bagi operasionalisasi Gripen.

"Meloloskan dan memasang kembali mesin Gripen cuma perlu 1 jam saja. Melengkapi semua sistem peluru kendali dan kesenjataannya hingga lengkap cuma 10 menit saja, termasuk mengisi ulang bahan bakarnya," kata dia.

Tentang penawaran JAS39 Gripen serie ini, Duta Besar Swedia untuk Indonesia, Ewa Polano, berkata, "Kami jelas sangat senang melihat Brazil memilih Gripen, disusul Thailand dan kabarnya Malaysia berminat juga. Bahkan Brazil juga kami bantu membangun pabrik suku cadangnya di Sao Paulo sebagai bentuk komitmen kami tentang transfer teknologi kesenjataan ini."

Polano, yang akan segera menempati pos barunya di Doha, Qatar, mengutarakan bahwa Indonesia juga akan mendapat perlakuan sama tentang semua hal itu.

"Swiss juga sedang mengadakan referendum tentang pengadaan Gripen ini, dan salah satu aspek penting yang kami tawarkan adalah hal ini," kata dia.
Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT © ANTARA 2014

Eurofighter Typhoon Dan Sukhoi Su 35 Indo Defense Blog

Welcome eurofighter typhoon tni au - jakartagreater, Jika tidak ada aral melintang, jet tempur eurofighter typhoon tni au akan tiba tahun depan, untuk memperkuat pertahanan udara indonesia. jet tempur eurofighter. Eurofighter’ future: tranche 3, | tactical, The eurofighter program emerged out of a long and conflicting set of multinational efforts to design a new european fighter. by 1983, britain, france, germany, italy. Indian mrca competition - wikipedia, free encyclopedia, 1 background. 1.1 indian air force summary; 1.2 iaf sanctioned fleet size; 1.3 aging migs; 2 requirements; 3 bidders. 3.1 dassault rafale; 3.2 eurofighter typhoon; 3.
MiG-35 vs F-35
500 x 363 · 16 kB · jpeg, MiG-35 vs F-35
LCA Tejas at AERO INDIA 2011
1600 x 800 · 108 kB · jpeg, LCA Tejas at AERO INDIA 2011
Eurofighter-vs-su-pak-fa
640 x 132 · 11 kB · jpeg, Eurofighter-vs-su-pak-fa
Eurofighter-vs-su-pak-fa
Pesawat su-35 lawan sepadan -35 - indo defense blog, Sukhoi 35 tu bukan stealth sdg f35 stealth, sukhoi punya radar penjejak sasaran yg jauh buat deteck f35,punya sped lebih cepat manuver lebih. http://indo-defense.blogspot.com/2013/06/pesawat-su-35-lawan-sepadan-f-35-as.html “ -35 match typhoon fighter jet , Dear cenciotti, 1st , billy flynn test pilot ef typhoon -35, talking planes.. http://theaviationist.com/2013/02/11/typhoon-aerial-combat/ Militer indonesia incar pesawat tempur sukhoi su-35, Panglima tni jenderal moeldoko mengatakan, ia tni bisa memiliki sukhoi su-35, seri terbaru pesawat tempur sukhoi rusia.. http://jakartagreater.com/su-35-2/

Unit Perdana Helikopter SAR Tempur EC725 Cougar TNI AU Diserahkan Ke PT Dirgantara Indonesia

cougar
Airbus Helicopters di Marignane, Perancis telah menyerahkan helikopter pertama dari enam unit rotorcraft EC725 yang dipesan oleh Indonesia untuk misi Combat SAR(CSAR) atau SAR Tempur Paskhas. Penyerahan ini dilakukan oleh Airbus Helicopters ke pihak PT Dirgantara Indonesia (DI). Dalam transaksi pembelian, PT DI akan berperan untuk menyelesaikan pemasangan serta penyesuaian peralatan penunjang misi di pabriknya di Bandung, Jawa Barat.
Penyerahan unit perdana EC725 Cougar pesanan TNI AU di hadiri anggota Kementerian Pertahanan RI, TNI AU serta perwakilan PT DI. Menurut jadwal yang telah disepakati, helikopter bermesin ganda dengan bobot 11 ton ini akan diserahkan ke pihak TNI AU pada pertengahan tahun 2015. “Kami akan terus bekerja sama dengan Airbus Helicopters untuk memastikan bahwa sisa unit lainnya terkirim tepat waktu, mengingat kemungkinan adanya pesanan tambahan dari TNI AU berupa 10 unit EC725 guna melengkapi skuadronnya menjadi 16 helikopter,” ujar Presiden PTDI, Budi Santoso
TNI AU terbilang familiar mengoperasikan helilopter di dalam keluarga Puma, seperti pada seri AS332 Super Puma dan SA330 Puma, dengan lisensi produksi PT DI sejak lebih dari 30 tahun yang lalu. EC725 Cougar mulai beroperasi pada tahun 2005 dan telah digunakan oleh Perancis, Brazil, Meksiko, Malaysia, dan Thailand. Heli tempur ini sudah battle proven dalam beberapa aksi tempur di Lebanon, Afghanistan dan Mali, sekaligus mendukung peran Prancis selama operasi yang dipimpin oleh NATO di Libya. (HANS)

PT DI Jual Eurofigther Typhoon untuk Asia


Eurofighter Typhoon
Eurofighter Typhoon
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) telah bersepakat dengan Airbus Helicopters untuk memasarkan pesawat tempur asal Eropa, Eurofighter Typhoon. Kerjasama ini disebutkan berlangsung karena Airbus mau mentransfer teknologi yang dimilikinya ke Indonesia lewat PTDI.
Budi Santoso, Direktur Utama PTDI mengaku sangat mengapresiasi kerjasama yang dilakukan antara pihaknya dengan Airbus. Ia pun berharap perusahaan kedirgantaraan lain dari seluruh dunia mau melakukan kemitraan serupa dengan PTDI.
“Semoga nanti ada lagi yang mau bekerjasama kaya begini walaupun saya yakin tak banyak yang akan mau melakukan transfer teknologi seperti yang sudah dilakukan oleh Airbus. Bahkan saya bilang tak akan ada lagi perusahaan lain yang akan mau secara terbuka memberikan transfer teknologi semua produknya ke kita,” ujar Budi.
Ungkapan rasa pesimis itu diungkapkan Budi bukan tanpa alasan. Menurutnya, teknologi militer merupakan bagian penting dari keamanan dan rahasia negara. Karena itulah kemungkinan vendor jet tempur mau bermitra dengan melibatkan transfer teknologi sangat kecil.
“Bagaimanapun teknologi militer itu rahasia negara. Kebanyakan perusahaan tidak akan mau melakukan transfer teknologi militernya karena berkaitan dengan rahasia negaranya, tapi Airbus kan bentuknya konsorsium negara Eropa jadi bukan sekedar rahasia satu negara makanya mereka mau bagi sama kita,” ungkap Budi.
Kerjasama yang dilakukan oleh Airbus dengan  PTDI diklaim sebagai kemitraan strategis yang unik. Ludovic Boistor, President Director Airbus Helicopter Indonesia mengklaim sistem kerjasama yang dilengkapi transfer teknologi seperti yang dilakukan Airbus dan PTDI tak pernah dilakukan pesaingnya.
“Kita berikan edukasi dan transfer teknologi milik Airbus kepada PT DI. Mereka nantinya akan membantu pemasaran, maintenance, dan service produk Eurofighter maupun helikopter ke pasar Indonesia,” ungkap Ludovic kepada tim Tekno Liputan6.com di pameran Indo Defence 2014. (Liputan6.com).

Indonesia Tertarik Akuisisi Sukhoi 35


http://nl.media.rbth.ru/web/id-rbth/images/2014-11/big/su35_468.jpg
(SU-35 , Sukhoi.org, 5 November 2014 Dmitriy Litovkin, RBTH)
Kementerian Pertahanan Indonesia tengah mempertimbangkan opsi pembelian 16 pesawat tempur Su-35 dari Rusia. Pesawat tersebut rencananya akan digunakan untuk menggantikan F-5 Tiger II yang dinilai sudah ketinggalan zaman, demikian diberitakan oleh Defense News.
—————————————————————————————————————————————————————————
Saat ini Indonesia memiliki 16 pesawat tempur Su-27SK/SKM dan Su-30 MK/MK2. Hingga 2024, akan ada delapan skuadron yang berisi 16 unit pesawat tipe “Su” per skuadronnya. Kemungkinan skuadron tersebut akan diisi oleh pesawat unggulan saat ini, yakni Su-35.
Opsi pembelian pesawat tersebut telah dibicarakan dalam pertemuan perwakilan Kementerian Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro dengan Kepala Staf dan Komando Angkatan Udara Rusia pada pertengahan Januari lalu.
Yusgiantoro menyatakan bahwa keputusan akhir mengenai pembelian Su-35 masih belum ditetapkan. Komando Angkatan Udara Indonesia juga tengah mempertimbangkan alternatif lain untuk menggantikan pesawat F-5 yang dinilai sudah menua. Selain Su-35, AU RI juga sedang mempelajari pesawat tempur JAS 39 Gripen buatan Swedia, pesawat F-16 Fighting Falcon Block 60, F-15 Silent Eagle dan F/A-18 Super Hornet asal AS, serta pesawat Rafale asal Prancis. Namun, Su-35 merupakan pilihan utama dari daftar kandidat tersebut.
Generasi Kelima
Semua pesawat tempur yang ikut serta dalam tender adalah pesawat paling modern dalam aviasi militer dunia. Jika pesawat tempur Amerika, Prancis, Swedia merupakan perwakilan generasi “4+”, Su-35 bisa disebut sebagai pesawat tempur generasi “5-“. Artinya, Su-35 memenuhi kriteria dan spesifikasi pesawat tempur generasi baru secara maksimal, seperti halnya pesawat tempur F-22 Raptor dan F-35. Su-35 tersebut kerap disandingkan sebagai pesaing utama pesawat tempur AS Raptor.
Biro Konstruksi Sukhoi dengan rendah hati mengategorikan pesawat Su-35 ini sebagai generasi “4++”, yakni pesawat yang lebih unggul dari generasi ke empat, namun belum menjadi generasi kelima. Padahal, banyak pesaing dunia yang menyebut Su-35 sebagai pesawat masa depan.
Lebih Unggul
Tak mudah bagi orang awam untuk membedakan pesawat Su-35 dari Su-27, ataupun Su-30MK. Namun sesungguhnya, terdapat perbedaan signifikan antara tiap pesawat tersebut. Skema aerodinamika fuselage (badan pesawat) Su-35 merupakan konfigurasi paling muktahir dibanding para pendahulunya. Su-35 juga memiliki bentuk yang lebih ramping (konfigurasi Kanard) dibanding Su-27, serta tidak memiliki kemudi horizontal bagian hidung pesawat seperti Su-30. Kemudi horizontal yang dibuat pada pesawat Su-30MKI oleh India dapat meningkatkan kemampuan manuver pesawat. Dengan dilengkapi mesin pesawat jet yang memiliki thrust vector control, pesawat Su-30 merupakan pesawat tempur terbaik di dunia.
Manuver udara Cobra Pugachev adalah gerakan pada saat pesawat menambah ketinggian dan pada momen tertentu pesawat tersebut berhenti dan menggantung di udara dengan bertumpu pada ekor (seperti bentuk kepala ular kobra), lalu hidung pesawat mulai menurun seperti halnya daun jatuh, sambil berputar kembali ke posisi semula. Manuver ini tidak dapat dilakukan oleh satupun pesawat tempur lain di dunia. Sukhoi juga mampu melakukan akselerasi dan berhenti seketika sambil mengangkat seluruh permukaan badan pesawat menghadap belakang. Dari posisi tersebut, pesawat Sukhoi dapat melanjutkan penerbangan mereka dengan kecepatan minimum. Bila hal itu dilakukan oleh pesawat tempur lain, kemungkinan mereka akan jatuh.
Kemampuan taktis tersebut digunakan oleh pilot-pilot asal India saat melakukan latihan bersama dengan AU AS serta negara-negara lain. Di salah satu latihan tersebut, pilot India dapat mengalahkan pilot AS yang mengendarai F-15C/D Eagle. Setelah pelaksanaan latihan bersama itu, Jendral AS Hal Homburg yang merupakan Kepala Komando Pertahanan Udara Angkatan Udara AS, dipaksa untuk mengakui bahwa hasil latihan tersebut menjadi kejutan besar bagi para pilot Amerika. “Kami ternyata bukan yang paling unggul di seluruh dunia. Pesawat tempur Su-30 MKI lebih baik dibanding F-15C. Angkatan udara negara yang memiliki pesawat tersebut tentu lebih kuat dan dapat menjadi ancaman bagi keadidayaan Amerika di udara pada masa yang akan datang,” ujar Homburg.
Kemampuan super manuver Su-35 didapat dari mesin pesawat 117S. Mesin tersebut dikembangkan dari pendahulunya, yakni mesin tipe AL-31F yang dipasang pada pesawat Su-27. Namun mesin 117S memiliki kekuatan dorong yang lebih besar, yakni 14,5 ton, sementara pendahulunya hanya memiliki kekuatan dorong 12,5 ton. Mesin ini juga memiliki keunggulan berupa sumber energi yang lebih besar dan penurunan pemakaian bahan bakar. Hal tersebut membuat mesin ini tidak hanya mampu memberikan kecepatan yang tinggi dan super manuver, tetapi juga kemampuan untuk membawa persenjataan lebih banyak. Mesin tersebut akan dipasang pada pesawat tempur seri pertama T-50 nantinya.
Pilot uji coba Biro Konstruksi Sukhoi Sergey Bogdan mengatakan, pada saat penerbangan pertama Su-35, mereka ditemani oleh pesawat Su-30MK. Ini membuat mereka dapat membandingkan kemampuan mesin masing-masing pesawat. Pada saat penerbangan tersebut, Su-35 melakukan percepatan maksimum dalam moda tanpa pembakaran lanjut, sedangkan Su-30MK harus mengejarnya dengan menggunakan moda pembakaran lanjut karena beberapa kali tertinggal dari Su-35. “Ini merupakan keunggulan tersendiri bagi Su-35 yang dapat memberi keuntungan dan kemampuan lebih besar saat melakukan pertempuran di udara,” tutur Bogdan.
Dibanding Su-27, kabin pesawat Su-35 tidak memiliki komponen analog dengan jarum penunjuk. Penunjuk analog tersebut digantikan oleh kristal cair berwarna. Petunjuk itu sama seperti televisi dalam mode Picture in Picture, yakni terdapat layar-layar yang menunjukkan semua informasi yang dibutuhkan oleh para pilot. Semua komponen hidrodinamika pengendali mesin penghasil tenaga digantikan dengan komponen elektronik. Para perancang pesawat mengatakan bahwa hal tersebut tidak hanya menghemat tempat dan beban pesawat, tetapi juga dapat membuat mesin pesawat tersebut bisa dikendalikan menggunakan kontrol jarak jauh. Itu berarti peran pilot sudah tidak dominan, karena komputer akan menentukan dengan kecepatan berapa dan moda mesin seperti apa yang akan digunakan untuk mengejar sasaran, serta pada momen apa saja pilot diizinkan menggunakan senjata.
Adapun mode penerbangan kompleks, seperti penerbangan di ketinggian yang sangat minim dengan relief permukaan yang berbukit, dapat dilakukan oleh pesawat Su-35. Selain itu, sistem komputer juga menjaga agar pilot menggunakan senjata tanpa membahayakan pesawat itu sendiri atau agar pesawat tidak lepas kendali. Su-35 juga dilengkapi dengan sistem radar Active Electronically Scanned Array muktahir milik T-50. Sistem radar serupa hanya dimiliki oleh pesawat F-22, dan kemungkinan juga akan dimiliki oleh Rafale. Berkat sistem radar tersebut, Su-35 dapat melihat semua hal yang ada di udara dan di darat dalam radius beberapa ratus kilometer. Su-35 dapat mengikat 30 sasaran sambil mengarahkan senjatanya pada sepuluh sasaran tersebut.
Komoditas Ekspor
Para pakar ahli yakin bahwa F-22 maupun T-50 tak akan menjadi komoditas ekspor. Harga satu unit Raptor mencapai 133,1 juta dolar AS, dan T-50 juga bukanlah pesawat murah. Adapun Su-35 yang merupakan generasi setelah “4+” ini dibanderol 30-38 juta dolar AS, yang menjadikan pesawat tersebut sebagai primadona ekspor berlabel “generasi 5-“. Ini bukan hanya sebuah langkah pemasaran yang cantik, namun Su-35 memang dibuat untuk melampaui pesawat tempur generasi “4+” asal Eropa seperti Rafale dan Eurofighter 2000, serta pesawat tempur yang sudah dimodernisasi buatan Amerika yakni F-15, F-16, dan F-18. Selain itu, pesawat Su-35 juga mampu menandingi pesawat generasi kelima, seperti F-35 dan F-22A. Hal tersebut diakui oleh para pakar dunia Barat, berdasarkan data-data pemodelan komputer. Kemungkinan fakta inilah yang menarik perhatian badan militer Indonesia.
Sumber : indonesia.rbth.com